Robert masih terus menatap mata Hema, mencari-cari kejujuran yang hendak ia lontarkan. Dia tak bodoh, gelagat Hema terkesan mencurigakan. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Tiga tahun hidup bersamanya, dan tidak ada gangguan apa-apa, malah membuat Robert bertanya-tanya.
Akankah Hema sebenarnya adalah orang yang benar-benar baik baginya. Atau malah sebaliknya.
"Tolong di jawab, Ma. Kenapa kamu gak pernah mau kasih liat aku isi dari surat-surat yang kamu terima???" tanya Robert.
Hema berusaha mencairkan suasana, dia tertawa, "Robert, kamu apaan sih? Gak apa-apa. Gak ada apa-apa. Ngapain aku nyembunyiin sesuatu dari kamu? Aku kan sayang kamu!"
Robert diam menatap Hema.
Hema gelagapan lalu menaruh surat itu di saku mantel Axel, "Nih, Xel! Lo urus deh ya. Tagihan bulan ini. Nanti gua telpon Bokap"
Axel mau tak mau mengiyakan saja suruhan Hema barusan. Dia keluar dari kamar asrama tersebut, meninggalkan Hema dan Robert berdua.
Selepas Axel pergi, Hema pun turut memegang kedua bahu Robert dengan lembut. "Sayaaang, udah kamu tenang aja ya... mana mungkin sih, aku sembunyiin sesuatu dari kamu, Bert? Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Jadi aku gak mau kamu kepikiran ini itu, Bert"
Robert terdiam lamat, menundukkan kepalanya. Lalu dia pun mengangguk.
Hema tersenyum seketika, "Yaudah, yuk kita lunch. Abis itu kan mesti ke dormnya Valerie untuk serahin tugas kita"
Robert manggut-manggut lagi. Tapi pikirannya berjalan.
~
"3 tahun belakangan ini... kamu itu kayak gak bersemangat, Kan! Kerjaan kamu juga seringkali mandet. Daddy mau tau, sebenarnya apa sih yang membuat kamu muram seperti ini?" tanya Tuan Arthur di meja makan.
Ada Maudi, Arsen dan juga Kristoff disana.
Arkan memilih diam, menyantap makanannya tak bersemangat.
Arsen memandang Arkan seketika, lalu dia tertawa usil, "Pengen nikah lagi, kali" celetuknya. Membuat Tuan Arthur tersedak. Kristoff langsung mengambilkannya air minum.
"Hus! Arsen, ah! Kalo ngomong yang sopan dong, sayaaang" tukas Maudi.
"Yaaa siapa tau kan?" ujar Arsen, "Ya gak, Dad?"
Arkan hanya tersenyum lalu mengelus rambut Arsen. "Habiskan makanannya ya"
Arsen manggut-manggut. Lalu Arkan beranjak dari meja makan.
"Arkan! Kamu mau kemana?" tanya Tuan Arthur.
Arkan masuk ke dalam kamar, disusul Tuan Arthur yang ikut masuk ke dalam kamar Arkan. "Kita belum selesai bicara, Arkan!" tukas Tuan Arthur.
"Daddy mau ngomong apa lagi? Mau tanya apa lagi? Aku udah tau kok, apa yang akan Daddy mau omongin. Dan aku pikir, Daddy juga tau, apa yang bikin aku murung selama 3 tahun belakangan ini" cetus Arkan.
"Iya! Robert, kan???" tukas Arthur.
"Itu Daddy tau! Ngapain, nanya saya lagi, Dad???" cetus Arkan.
"Arkan! Sudahlah, hentikanlah semua ini! Untuk apa kamu memikirkan orang yang sama sekali tidak memikirkan kamu!" tegas Tuan Arthur.
"Dia pasti mikirin saya juga, Dad!"
"Tau darimana kamu?"
"Saya bisa merasakan itu, Dad!"
"Bullshit! Sampai sekarang saja, dia itu sudah gak ada kabarnya lagi. Hilang di telan bumi. Mungkin saja dia sudah mati!"
"Enggak! Dia baik-baik saja, dan akan selalu baik-baik saja! Please, Daddy. You not helping me. Just go"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...