Chapter 10

1.7K 176 23
                                    

Robert pulang dengan senang hati. Jualannya hari ini pun laris, hanya menyisakan dua bungkus susu kedelai.

Dia melewati warung Syifa yang di sampingnya sudah nongkrong anak-anak muda di kursi siskamling sebelah rumah Syifa. Jadi di sebelah warung Syifa terdapat lahan kosong dimana Pak Haji, ayah Syifa membuat untuk tempat siskamling. Eh, malah dipake sama anak-anak setempat. Jadilah adanya, Syifa yang cantik selalu jadi bahan godaan mereka. Untungnya, Syifa sudah terbiasa dengan anak-anak kompleks itu. Mereka adalah teman-teman Hema. Iwang, Ican, Alim, Kanam. Keempatnya laki-laki. Disana juga ada Hema yang duduk di kursi paling atas sedang memetik gitar akustik.

"Halo, Mas Robeeeerrttt!!! Baru pulang jualan nih???" goda Syifa.

Robert berhenti melangkah dan balik menyapa Syifa. "Eh, Mbak Syifa. Iya, Mbak"

"Gausah pake Mbak dooong, Syifa aja. Atau Cipa deh, biar akrab" kata Syifa.

"Iya, Syifa" Robert mengangguk manis.

"Eh, deso!!! Ngapain lo goda-godain pacar gue, hah???" gertak Kanam, yang wajahnya mirip Ponari, dukun batu ajaib.

"Yaelaaah, ngarang aja lu, pacar gue Neng Cipa maaah. Ya gak, Neng?" Iwang ambil alih. Kalau Iwang wajahnya sangat mirip dengan Sule nahan berak.

Syifa hanya mengganjal dagu dengan telapak tangannya, senyum-senyum memandangi para cowok-cowok kompleks tersebut.

"Lailaaaah, Cipa mah dihati aye laaah!!!" ujar Ican sambil melempar kartu as ke permukaan tempat duduk. "Jalan woyy!!!"

Kanam berseru, "Gue gue gue!!!"

"Udah gausah didengerin ye, Bert!!!" tutur Syifa.

Robert hanya memberikan anggukan senyum canggung.

"Heh udik! Balik lu ke rumah! Makan sana!!!" suruh Hema pada Robert.

"Aaaaaaaaaa.... so sweeeeeettt!!!" teriak para anak kompleks itu termasuk Syifa. Lalu mereka tertawa geli menertawakan Hema yang kini salah tingkah.

"Nje Mas" Robert menurut dan berjalan ke rumah Pak Faiz.

Sedang Hema kembali memainkan gitarnya di tengah-tengah ledekan teman-temannya. "Diem ah, bacot ae lu pada taiiik" cetus Hema sambil berusaha fokus memainkan gitar.

~

Robert sehabis mandi turut berkaca di depan kaca lemari tua milik Hema. Lalu dia menyergapi rasa penasaran atas tubuhnya sendiri. Dia berkaca dan meresapi pandangannya semakin dalam dan tenang.

Sampai dia pun menurunkan handuk yang dikenakannya, hingga dia benar-benar bertelanjang bulat di depan kaca lemari tersebut.

Dia bertanya dalam hati, "Untuk apa Tuhan menciptakan tubuh dengan beserta isinya. Apa bisa di pergunakan. Apa harus satu sama lain. Apa hanya untuk memuaskan birahi semata" Pikiran Robert kritis pada Kristus. Yang ditanyakannya begitu banyak, tapi pertanyaannya tak satupun terjawab. Sampai dia melihat ke arah penisnya sendiri. Yang lambat laun mulai membesar dan memanjang sendirinya. Sungguh aneh. Umurnya baru 17 tahun. Tapi otak dan hatinya sudah menerawang jauh tentang bahasa tubuhnya.

Penisnya masih merah karena digigit Arsen tadi siang.

Sampai kemudian pintu kamar terbuka cepat dan itu adalah Hema yang membukanya.

Baik Hema maupun Robert sama-sama terkejut. Bedanya, Robert yang panik dan gelagapan. Mencari-cari handuknya sendiri di atas ranjang, padahal sudah jatuh di lantai.

Hema tertawa cekikikan. Sungguh baru itu Robert memandangi Hema yang tertawa. Tawanya manis. Senyumannya mengembang. Matanya menyipit. Bulu matanya yang tebal rasanya sudah cukup membuat dunia Robert terbalik. Inilah pemandangan langka. "Ngapain sih lu, hah??? Coli lu yak???"

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang