"Jadi itu toh, yang membuat Pak Faiz benci pada Pak Yugo" tutur Robert di kamar Hema.
Malam itu ia dan Hema duduk berhadapan di atas ranjang. Hema bersandar di dinding sambil merokok, gamang. Sedangkan Robert duduk bersila.
"Gue bingung banget, Bet! Sumpah" tutur Hema.
Robert menatap Hema dengan saksama. Lalu dia menghela napas sambil bertanya, "Tapi... Ap-apa... Apa Mas Hema sayang sama Pak Yugo?" tanya Robert hati-hati.
Hema menatap Yugo serius, "Kok lu tanya itu?"
"Maaf toh, Mas. Kalau saya lancang. Tapi toh, Pak Yugo iku Bapak kandungnya Mas Hema, toh. Dan sejak lahir, baru sekarang Mas Hema bertemu lagi dengan Pak Yugo. Makanya... saya bertanya toh, Mas. Apa Mas Hema sayang dengan Pak Yugo? Apa Mas Hema ndak merindukannya?" tanya Robert.
Hema tertegun seketika. Pantang untuknya menangis didepan Robert. Tapi perasaannya tak bisa berbohong, dia juga merindukan Yugo. "Gue akuin, gue sayang sama dia, Bert! Karena biar gimanapun, dia tetep orang tua gua! Tapi kalo disuruh inget lagi cerita Bapak... maksud gue... kakek gue. Tu... kayaknya nyakitin banget gak sih, Bet? Nyesek gitu! Gak kebayang gue perasaan dia sama nyokap gue saat itu, Bet! Di usir gitu aja. Mereka gak nganggep gue sebagai anak dan cucu mereka! Gila!"
Robert kemudian membuang napas, berpikir sejenak. Lalu dia berujar, "Tapi toh, Pak Faiz ndak cerita yang jelek-jelek tentang Pak Yugo, toh, Mas?"
Hema berpikir sejenak. Dia terengah dan menyadarinya. Iya juga ya. "Kok lu bisa tau, Bet?"
Robert tertegun sejenak, lalu dia berujar, "Karena... Pak Yugo juga cerita sama saya toh, Mas. Yang dia lakukan pada saat itu hanya diam. Bahkan dia tidak tega melihat hal itu terjadi di depan matanya. Tapi Pak Yugo ndak bisa berbuat apa-apa toh, Mas. Soalne, dia juga takut toh, sama Bapaknya"
Hema terdiam seketika, memikirkan baik-baik. "Tapi tetep aja, Bet. Kenapa dia gak bantah aja Bokapnya gitu aja? Malah diem aja, Nyokap sama kakek gue di usir!"
Robert pun memegang tangan Hema dengan erat, "Mungkin pada saat itu... yang bisa dia lakukan hanya satu, Mas!"
"Apa?" Hema bingung.
"Menurut saja" jawab Robert.
Hema terdiam lagi. Membenarkan semua kalimat Robert.
"Mungkin... kalau Mas Hema yang ada di posisi dia, Mas Hema juga akan melakukan hal yang sama toh, Mas?" tutur Robert.
Hema diam lalu menekuk alisnya, "Ah, enggak! Gue ini laki-laki. Berani berbuat, berani juga tanggung jawab! Jangan cuma bisa diem aja"
"Mmmm... mungkin Pak Yugo punya alasan sendiri toh, Mas?"
"Ya apa, alesannya??? Lu kok, kesannya jadi ngebela dia sih?" cetus Hema.
"Saya bukannya mau membela siapa-siapa toh, Mas. Tapi... ada baiknya Mas Hema dan Pak Yugo itu bertemu. Lalu bicara baik-baik, dengan kepala dingin. Hati ke hati. Jika Tuhan memberkati, semuanya akan membuahkan hasil yang baik juga toh, Mas" ujar Robert menenangkan.
Perkataan Robert mampu membuat Hema terdiam lagi. Sampai dia bertanya, "Kenapa gue harus ketemu dia. Nanti, dia kegeeran lagi. Dih"
"Pertanyaan selamanya ndak akan bisa terjawab, kalau kita juga malas mencarinya, Mas" ungkap Robert.
Hema terdiam lagi. "Tapi, Bert. Dia itu..."
"Percaya sama saya, Mas. Di dunia ini... ndak ada yang namanya bekas anak, apalagi bekas orang tua. Ya toh, Mas?" terang Robert lagi.
Sejurus Hema membenarkan lagi. Dia diam dan menyetujui ucapan Robert barusan.
~
"Kapan, Nak? Kapan kamu mau ketemu sama Papa?" tanya Yugo di telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanficWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...