Robert duduk di kursi menghadap ke arah ranjang Hema sampai subuh.
Dia tidak tidur. Dia berpikir keras, bagaimana seseorang bisa tidur begitu nyenyak di tengah-tengah kebohongan yang berkian lamanya dia lakukan.Bagaimana mungkin ada orang yang bisa setenang itu, memberlakukan kebohongan sebagai alat untuk mendapatkan ketulusan cinta yang sejati.
Padahal Robert sudah sangat ikhlas untuk mencintainya. Menyayanginya, bahkan perlahan melupakan Arkan demi dirinya.
Tapi sepertinya, bagi Hema itu tidak cukup. Dia butuh yang lebih dari itu. Sungguh, bagi Robert, Hema sangat jahat padanya.
Hema terbangun dan terkesiap menatap Robert yang terduduk di gelapnya kamar tersebut.
Hema langsung menyalakan lampu dan bangun, "Sayang? Kamu udah bangun jam segini???"
Robert diam menatap Hema lekat-lekat.
Hema menatap Robert saksama, "Kamu nangis??? Mata kamu sembab banget!"
"Aku tau kenapa kamu gak pernah mau pulang ke Indonesia tiap kali kita liburan. Aku tau kenapa kamu gak pernah ngijinin aku buat akun sosial media. Aku tau kenapa kamu selalu mantau kotak masuk di email aku walaupun itu berhubungan dengan tugas. Aku tau kenapa kamu selalu mau sama-sama aku, itu semua hanya karna obsesi, kan??? Iya????" tanya Robert berapi-api.
Hema gelagapan. Mampus. Kenapa tiba-tiba Robert bisa berkata sepeti ini. "Bert, kamu... kamu kenapa sih? Aku gak ngerti sama sekali maksud kamu!"
"BOHONG!!!" teriak Robert seketika. Dengan pipi yang basah.
"Bert... ini kita di dorm loh, Sayang. Kamu jangan teriak-teriak begini" tukas Hema, ketakutan.
"Kenapa kamu gak pernah kasih tau ke aku, kalau selama ini Arkan selalu kirimi aku surat, Ma???" tanya Robert. "Kenapa kamu malah tega, menyembunyikan itu semua dari aku???"
Jantung Hema seakan mau copot kala Robert sudah mengetahui itu semua.
"Kenapa, Ma??? Apa salah dia??? Kenapa selalu kamu yang usaha untuk aku terpisah dari dia. Padahal udah jelas, aku ada sama kamu! Aku gak akan kemana-mana! Tapi kamu terus berbohong!" tukas Robert.
"Itu semua aku lakuin karena aku cinta sama kamu, Bert!!!"
"Cinta???" Robert tertawa kecil, "Cinta gak seperti ini, Hema! Cinta gak pernah kenal kata bohong! Apalagi untuk membohongi orang yang dicintainya!"
"Bert, maafin aku... maafin aku karena aku sudah..."
"Aku akan maafin kamu, setelah kamu mengakui kebohongan kamu yang lainnya, Ma!" tegas Robert.
Hema terdiam, menelan ludahnya. Mati. Mati sudah. Robert benar-benar serius akan perkataannya.
"Ayo... aku kasih kamu kesempatan kali ini untuk mengakui semua kesalahan kamu yang lainnya! Karena aku yakin, masih banyak yang kamu sembunyikan dari aku, Ma! Dan aku mau itu keluar dari mulut kamu sendiri!" tegas Robert.
Hema semakin gugup dan ketakutan. Dia panik, jantungnya bagai diserang. Dia takut bukan main.
"Ayo! Kalau kamu sayang sama aku, kamu pasti akan melakukan keinginan aku!" tukas Robert.
Hema menelan ludahnya. Gelagapan. "Aku..."
Robert menunggu, ayo Hema. Katakan.
"Akulah penyebab Ayah kamu tahu kalau kamu bekerja di perusahaannya Arkan, Bert! Bukan Arkan"
Deg. Jantung Robert semakin terpacu. Hatinya sakit. Sungguh, setelah kalimat itu keluar dari mulut Hema, Robert malah semakin sakit hati. Dia sungguh tak menyangka bahwa Hema-lah dalang dari semua ini. "J-jadi... kamu???"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
أدب الهواةWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...