Robert menatap Arsen kecil dengan was-was, "Oalah, Deeekk, kamu ndapapa toh?" tanya Robert pada Arsen dalam gendongannya.
"Aaaaaa, take me down!!!" tunjuk Arsen, gemas.
"Ngomong opo toh saiki?" tanya Robert.
"Lepaaaasssiiiinnn!!!" Arsen berteriak lalu menggigit lengan kiri Robert dengan kencang.
"AAAAAAAAAAARRRGGHHHH!!!" Robert berteriak meringis kesakitan. "Astaga, Tuhaaan!!!"
Arsen loncat dari gendongan Robert, sejurus Arsen langsung kembali menggigit bagian penis Robert dengan kencang.
"Aaaaaarrrggghhhhh!!! Tuhan Yesuuuusss, masa depanku iki lhooo!!!" ringis Robert dengan wajah yang memerah bagai kepiting rebus.
Arkan kemudian menghampiri Arsen di taman tersebut. Robert, Arkan dan Arsen, ketiga orang itu kini terkumpul di bawah pohon kersen tersebut. "Loh, elooo!!!" tatapan Arkan menajam pada Robert. "Ngapain lo disini??? Mau nyulik ya?"
"Astaga Tuhan. Mas Galak jangan asal tuduh begitu lha, wong saya ini baru aja nyelamatin anak ini toh, yang jatuh dari atas pohon!" jelas Robert.
"Betul itu, sayang? Ha? Are you alright?" tanya Arkan cemas pada Arsen.
Arsen manggut-manggut. "But I hate him, Daddy"
Arkan mengelus-elus rambut Arsen kecil, "No, you dont! Arsen gak boleh membenci orang yang sudah menolong Arsen ya"
Arsen manggut-manggut.
"So lets say thank you very much to him, kiddle" suruh Arkan.
"Thank you, ugly" ujar Arsen.
"Sama-sama, Dik" ujar Robert.
"Makasih, lo udah mau nolongin anak gue" ujar Arkan.
Robert terpelongo, lebih tepatnya tak percaya. "Jadi... anak ini..."
"Arsen" senyum Arkan.
"Arsen iki... anaknya Mas Galak???" tanya Robert, tak percaya.
Arkan manggut-manggut.
"Astagaaaa... mana masih muda" cetus Robert.
"Heh, ngomong apa lo???" omel Arkan.
Robert menutup mulutnya, "M-maaf, Mas Galak. Keceplosan"
Arkan memutar bola matanya.
"Yowis, kalo gitu, saya permisi dulu, Mas Galak"
"Heh, mau kemana???"
"Mau balik jualan toh, Mas"
"Susu kedelai?" tanya Arkan.
Robert manggut-manggut.
Arkan kemudian teringat bahwa dia akan membayar semua susu kacang Robert saat malam itu. Malam dimana Robert menemaninya membelikan hadiah untuk Arsen. Dan benar saja, Arsen amat menyukai hadiah pilihan Robert tersebut.
Arkan lalu mengeluarkan dompetnya. Namun lagi-lagi dia menggerutu kala uang cash tidak ada lagi di dompetnya.
"Kenapa toh, Mas?" tanya Robert.
"Mmm... lo ikut gue deh, ke dalem yuk!"
Arsen melotot, "What???" Dia berujar tanpa suara.
"Dalem mana toh, Mas?"
"Ke rumah gue lah. Ayo"
"Rumah Mas Galak yang mana? Adanya ini loh, cuma gedung besar iki"
"Ya itu rumah gue lah!"
"Haaahh??? Iki rumah Mas Galak??? Gedung ini???"
"Itu rumah kali, bukan gedung!"
"Astaga, Tuhaaan. Rumah ki opo gedung DPR???" cetus Robert terpana melihat rumah besar Arkan.
"Ayo, masuk"
Arsen sudah geleng-geleng dan bergumam, "No, Dad. Please dont" ujarnya pelan sekali.
Arkan tak mendengar. Dia fokus pada mata cokelat Robert.
"Masnya bohong yaaa, ngaku-ngaku toh? Kalo iki rumah Mas Galak" ledek Robert, tak maksud menyinggung.
Nyatanya Arkan malah gemas, "Kalo bukan rumah gue, ngapain gue ngajak lu masuk, dodol!!!"
Robert tertegun, "Iya juga yo" dia menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal.
"Ayooo!!!"
"Mau ngapain toh, Mas?"
"Masuk aja. Ada acara ulang tahun anak gue di dalem"
"Wah, ndak usah, Mas. Ndak usah. Saya ndak enak"
"Thank God" cetus Arsen kecil, lega.
"Gak enak kenapa lo??? Tinggal masuk aja" tegas Arkan.
"Pakaian saya serasa ndak pantas untuk saya kenakan di acara formal seperti itu, Mas Galak. Lagi pula, saya juga tadi pagi sudah sarapan nasi uduk di rumah. Sekarang saya harus jualan dulu, Mas. Agar saya bisa mendapat uang. Permisi..." jelas Robert sambil melangkah.
"Eettt, tunggu dulu!!!" tahan Arkan.
Robert menoleh, "Nje, Mas. Ada apa lagi?"
Arkan menatap Robert dari atas sampai bawah.
Robert menutup tubuhnya sendiri, "Kenapa toh, Mas? Ngeliatinnya begitu banget, toh. Malu diliatin anak kecil toh"
Arsen menekuk alis, mengeluarkan lidahnya, geli.
"Gausah mikir macem-macem!" tukas Arkan. Kemudian dia mengambil kartu namanya dari dompetnya. Lalu diberikannya kartu nama itu pada Robert, "Nih!"
"Opo iki, Mas?"
"Kartu nama lah, ya masa kartu pelajar!"
"Lha, terus, Mas?"
"Besok lo dateng pagi-pagi ke alamat ini. Pake baju rapih. Jangan sampe ada kotoran sedikit pun di baju lo!"
"Kalo ndak ada baju rapih, Mas?"
"Ya usaha lah! Mau kerja yang layak gak sih lo???" cetus Arkan, galak.
"Mau Mas, mauuu!" Robert terlihat bahagia, girang dan antusias. "Saya mau sekali"
"Inget ya! Dateng tepat waktu!!!"
"Jam berapa toh, Mas?"
"Usahakan sebelum gue dateng ke kantor! Ngerti?"
Robert manggut-manggut terpaksa sambil berpikir.
"Jangan lupa lo! Awas aja sih kalo sampe gak dateng! Gue sumpahin lo susah dapet kerja disini!"
"Astaga, Tuhaaan, jahat banget toh, Mas Galak ki"
"Bodo!"
"Tapi tetep ada baiknya juga yo, biarpun sedikit!"
"Aaahh, udah jangan banyak omong! Pokoknya pikirin terus tuh omongan gue! Awas aja kalo sampe gak dateng!"
"Iyo iyo iyooo, siap, Mas Galak!"
"Yodah, gue ke dalem dulu!"
"Nje, Mas. Selamat ulang tahun, Dik Arsen" ujar Robert sambil melambaikan tangan ke arah Arsen. "Makasih banyak, Mas Galak"
"Hm!" Arkan pun berjalan menuju rumahnya. Kemudian Arsen menoleh ke belakang lagi menatap Robert.
Robert tersenyum dan melambai lagi pada Arsen.
Arsen lalu memberikan jari tengah ke arah Robert.
TO BE CONTINUED
Mau tetep lanjut? Komen yang banyak yaa. Terima kasih :*
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...