Chapter 21

1.6K 171 14
                                    

"Kenapa, Pak?" Hema keluar dari kamarnya menuju Bapaknya.

"Robert mana? Udah tidur?" tanya Pak Faiz.

"Ada, di dalem, abis mandi. Ini Hema baru aja keluar, dia mau ganti baju" ujar Hema.

"Kamu kok gak pake baju?" tanya Pak Faiz. "Boxeran doang gitu?"

"Kan mau tidur, Pak. Ngapain pake baju?" tanya Hema.

"Iya tapi gak enak dong sama Robert, dia kan juga tidur sama kamu. Kasian dia, Maaa. Tolong kasih kenyamanan juga untuk dia" ujar Pak Faiz.

"Udah gapapa, Pak. Dianya aja biasa aja kok. Cowok sama cowok ini. Emang mau ngapain?" ujar Hema.

Pak Faiz geleng-geleng. "Kamu nih ah, selalu aja ngeyel kalo dibilangin"

Hema menyengir, "Bapak ada perlu sama Robert?" tanya Hema.

"Iyaah. Bapak mau kasih sesuatu sama dia. Bekal untuk di Manado"

"Yaelah, Pak. Ngapain repot-repot sih, kasih dia duit segala?" Hema protes.

"Hus, ah. Gak boleh gitu. Bagaimanapun dia itu jadi tanggung jawab Bapak juga"

"Yaelah, Paaak. Dia kan cuma numpang disini. Ngapain coba merhatiin dia"

"Hemaaaa... gak boleh begitu. Semiskin-miskinnya kita, kita juga patut menolong sesama. Kalau gak gitu untuk apa kita tinggal di dunia?" tanya Pak Faiz. "Lagian kita juga gak tau-tau kan, nantinya akan seperti apa. Kalau ternyata dia lebih sukses dan berhasil dari kamu, gimana?"

"Hm. Terserah Bapak aja lah" Hema malas berdebat dengan Bapaknya. Pasti selalu kalah, walaupun menurutnya benar.

Pak Faiz lalu memanggil Robert, "Robert... apa kamu sudah selesai?"

"Dalem, Pak???" Robert keluar dengan kaus polos putih lusuh bekas Hema.

Hema memutar bola matanya dan duduk di sofa kusut depan TV.

"Ono opo, Pak?" tanya Robert.

"Saya mau kasih ini ke kamu" Pak Faiz memberikan amplop pada Robert.

"Opo ini toh, Pak?"

"Uang jajan buat di Manado"

"Hah?" Robert pun membuka amplop tersebut. Uang senilai dua ratus ribu terlipat disana. "Oalah, Paaak. Ndak usah repot-repot toh, biar saja. Ndak usah, Pak. Ndak usah"

"Sudah, kamu tuh gak usah nolak rejeki dari orang. Pamali" ujar Pak Faiz.

"Tapi, Pak. Saya yakin, Pak Faiz lebih butuh uang itu daripada saya. Atau ndak, buat Mas Hema saja toh, siapa tau Mas Hema perlu" ujar Robert.

"Iya, Pak. Buat Hema aja kalo si udik gak mau!" cetus Hema.

"Hus, gak boleh gitu, Hema ah!" usah Pak Faiz.

Hema mengoyo, "Huu. Semenjak ada si udik, gue jadi cinderella di rumah ini!"

"Sudah, gak usah di dengerin si begundal itu, Robert! Ambilah!" seru Pak Faiz sambil berbalik badan menuju kamarnya.

"Tapi, Pak..." Robert bersuara lagi. Namun Pak Faiz tak mendengarkan. Dia masuk ke kamarnya.

Hema melirik ke arah kamar Bapaknya, begitu aman, lantas dia kembali menghampiri Robert dan mendorong Robert sampai di kasur.

"Aduuhh, kenapa lagi, toh, Mas?" tanya Robert.

"Dapet berapa lu dari Bokap gua, hah?" tanya Hema sambil mengambil amplop yang ada di tangan Robert. Lalu dilihatnya, "Widiiihh, dua ratus rebu! Enak banget ya jadi lo! Baru kerja udah dapet duit dari Bokap gue" cetus Hema.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang