Chapter 47

1.2K 140 30
                                    

"Kakek... maafin Hema ya, kalau selama ini Hema punya salah sama kakek. Nakal, badung, susah dibilangin. Tapi kakek selalu sabar ngadepin Hema. Bahkan kakek mau merawat dan menjaga Hema sampai Hema tumbuh seperti ini" tutur Hema pada Pak Faiz.

Pak Faiz tersenyum penuh arti, membelai kepala anaknya tersebut. "Sama-sama, Nak. Maafkan kakek, jika selama ini belum sempurna mencukupi kebutuhanmu, menyekolahkanmu hingga sarjana"

"Gapapa kok, kek. Hema bersyukur, punya kakek sehebat kakek Faiz. Bagi Hema, kakek segala-galanya untuk Hema" tukas Hema.

"Iya, Nak. Sekarang tugas kamu adalah sekolah yang betul-betul ya. Yang rajin, yang pintar. Selagi kesempatan sudah ada di depan. Jangan nakal di negeri orang" tutur Pak Faiz.

Hema mengangguk senyum, "Pasti, kek"

"Terus, kalau kami berdua pergi, Pak Faiz dengan siapa toh?" tanya Robert seketika.

"Pak Faiz setuju untuk tinggal di rumah saya, Robert. Supaya gak kesepian" tutur Yugo.

"Iya, sudah. Kalian tidak perlu memikirkan Bapak. Yang penting kuliahnya yang rajin ya. Jangan nakal-nakal" ujar Pak Faiz.

Hema dan Robert mengangguk.

"Papa sudah kirim orang disana. Namanya Axel. Dia juga satu kampus dengan kalian. Dia juga nanti yang akan mengajarkan kalian bahasa Inggris dan menyiapkan segala kebutuhan kalian" jelas Yugo.

Hema dan Robert manggut-manggut.

"Nah, disana juga ada keluarga Uncle James. Dia itu adiknya Papa yang udah lama menetap di London. Punya istri bernama Leah, dan seorang anak bernama Junior. Jadi Junior itu sepupu kamu ya. Nah, seminggu sekali Uncle James akan memantau kalian di asrama kampus. Jadi kalo bosen stay di asrama, kalian boleh kok sekali dua kali nginep di rumah Uncle James" tutur Yugo.

Hema mengangguk paham. "Iya, Pah. Terus nanti yang jemput kita disana siapa?"

"Si Axel itu. Abis dari Airport, kamu langsung ke Dorm kampus. Kalian kuliah di Oxford University. Fakultas economic and management. Kuliah yang rapih ya. Agar kalian bisa jadi orang sukses" tutur Yugo pada Hema dan Robert.

Hema dan Robert pun manggut-manggut.

"Nah, Robert. Jaga Hema disana ya. Begitu juga Hema, jaga Robert baik-baik. Kalian harus saling support, gak boleh berantem-berantem" jelas Yugo.

"Papa tenang aja, aku sayang kok sama Robert. Jadi gak mungkin berantem-berantem" tutur Hema.

Robert sedikit canggung mendengarnya. Tak enak dengan Pak Yugo.

"Itu baru anak Papa! Penyayang" puji Yugo. Pada subuh itu. "Nah, sekarang. Ayok kita berangkat. Nanti keburu ketinggalan pesawat.

"Ayooo" Hema bersemangat.

Sejurus supir Yugo memasukkan koper-koper Hema dan Robert ke bagasi mobil. Lalu Yugo, Pak Faiz, Hema dan Robert, siap berangkat.

Di perjalanan menuju Bandara, Hema dan Robert duduk di kursi mobil paling belakang. Sejurus Hema menggenggam tangan Robert dan mengecupnya lembut.

Robert tersenyum pada Hema dengan begitu rasa sayang.

"Gue seneng, Bert. Akhirnya kita bisa pergi dari sini, berdua ke London. Sama lo!" tukas Hema.

Robert pun tersenyum manis, "Saya juga, Mas" ujar Robert.

Hema lalu tidur di paha Robert. Sejurus pikiran Robert melayang seketika. Entah apa yang aneh, terjadi demikian. Rasanya seperti berat meninggalkan Jakarta, bukan karena tempatnya. Melainkan... sesuatu yang masih mengganjalnya.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang