Chapter 17

1.5K 177 22
                                    

Arkan dan Robert menghampiri Mal tempat saat mereka berdua membeli kado untuk Arsen lalu.

Arkan langsung tertuju pada sebuah store yang menjual baju-baju pria. Lantas ia pun menghampiri toko baju tersebut.

"Lo pilih deh baju yang lo mau tuh!" ujar Arkan.

"Baju, Pak?"

"Iyeee!"

"Yang saya mau?"

"Hm!"

"Sama toko-tokonya juga, Pak?"

"Ya enggaklah! Lu mau beliin buat satu RT?"

"Maap toh, Pak"

"Hrrrggghhh..." Arkan menggaruk-garuk rambutnya. Lalu dia berteriak memanggil seorang pegawai, "Mbaaak!"

Pegawai toko itupun datang menghampiri. "Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong deh, pilihin baju-baju formal yang bagus buat ukuran dia tuh. Pilihin yang cocok, nyaman sama gak norak ya kayak mukanya dia tuh" cetus Arkan.

Robert menghela napas sabar.

"Baik, Pak. Dengan segera" ujar Pegawai. Lalu dia beralih pada Robert, "Mari pak ikut saya"

"Saya ikut Mbaknya toh, Mas?" tanya Robert bingung.

"Iye udah sono"

"Terus Mas Galak sama sopo toh? Mosok sendirian"

Arkan hanya menekuk alisnya. "Sana gak lu!"

"Nje Mas" Robert menurut, dan pergi bersama pegawai tersebut.

Selagi Robert pergi memilih-milih baju, Arkan ke area baju anak. Dia ingin membeli untuk Arsen. Arkan memang seperti itu. Tidak pernah tidak membelikan sesuatu untuk Arsen. Arsen tak boleh mati gaya. Arsen harus punya class.

Sedangkan Dia tidak pernah membelikan Maudi apapun. Dia hanya mengeluarkan uang jika Maudi menginginkan. Tak pernah ia sekalipun membelikan sesuatu untuk Maudi selama sepuluh tahun pernikahannya.

"Arsen pasti suka nih" ujar Arkan sambil memperhatikan satu set kemeja dan rompi tosca tua yang di pegangnya beserta celana cinno cokelat.

Tak lama kemudian Robert datang dengan berbagai set pakaian yang dipegang oleh pegawai tersebut. Kira-kira ada sebelas set pakaian formal dan juga kasual.

Robert lalu setengah berbisik pada Arkan, "Mas, iki piye toh? Saya dari tadi cuma bisa diem aja ee, pegawainya milih-milih pakaian yang dia ambil, tapi jadi banyak begitu. Saya juga ndak enak bilang ndak toh"

"Udah ah, gausah bawel" cetus Arkan, lalu dia berujar pada pegawai tersebut, "Ayo, Mbak di bayar di kasir"

Setelah mereka ke kasir dan mbak-mbak kasirnya sibuk menghitung total keseluruhan, Robert resah bukan main.

"Mas... iku, opo ndak kebanyakan toh bajunya? Saya ndak enak toh"

"Udah gapapa ah. Itu kan sekalian buat kerja juga kan. Masa lu mau pake set formal itu-itu aja. Kan enggak dong" cetus Arkan.

"Mas Arkan baik banget toh sama saya. Saya ndak tahu harus gantinya kayak gimana toh"

"Kerja yang bener! Sikap! Attitude! Kata-kata tuh harus di jaga mulai sekarang! Ngerti?" omel Arkan.

"Nje, Mas Galak. Terima kasih banyak"

"Kok Mas Galak lagiii siiiih??? Ini gue udah berbaik hati loh mau beliin baju-baju mahal"

"Yo kan Masnya sendiri toh yang bilang, kalo ndakpapa panggil Mas Galak selain waktu kerja" jawab Robert.

Arkan memutar bola mata. "Taulah, terserah!"

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang