Chapter 35

1.4K 157 29
                                    

Selesai melakukan itu, Robert langsung memasuki kamar mandi dan segera menggosok-gosokan gigi serta mulutnya menggunakan pasta gigi. Dia menangis disana. Dia memutar kucuran air agar tangisnya tidak terdengar oleh Arkan.

Sedangkan Arkan sendiri duduk diam di sudut ranjang. Tidak tahu harus berbuat apa. Tidak tahu harus melakukan apa.

Setelah dosa yang mereka lakukan terjadi, anehnya Arkan malah merasa bersalah dan merasa telah melecehkan Robert.

Tak lama kemudian, Robert keluar dari kamar mandi tersebut dengan hidung yang merah akibat tangisnya.

Arkan berdiri dari duduknya, kemudian memandangi Robert dengan kasihan. "Bert..."

Robert menatapnya balik, dengan senyuman paksa.

"Lo gapapa, Bert?" tanya Arkan.

"Ndapapa toh, Mas. Saya baik-baik saja" jawab Robert, suaranya berat. Habis nangis.

Arkan memandang ratap pada Robert. Lantas dia pun turut memeluk Robert dengan erat, "Maafin gue ya, Bert. Maafin gueeeeee banget. Gue bener-bener hilaf. Sorry banget ya"

Robert manggut-manggut, berusaha kuat. "Ndapapan toh, Mas. Dilupakan saja. Toh, saya juga yang mau"

Arkan mengangguk pahit. Pandangannya terus ke arah Robert yang memilih tidur di kasur, membelakangi Arkan.

Arkan gamang dalam diamnya.

~

Besoknya Arkan pulang ke Jakarta bersama Robert. Keduanya masih saling canggung sampai tiba di Jakarta. Tapi Robert tetap menuruti apapun yang dipinta oleh Arkan.

Mereka di jemput oleh Pak Muhlis di Bandara. Robert masih diam saja, tak berujar apa-apa di dalam mobil perjalanan pulang.

Sampai kemudian Arkan mencoba menggenggam tangan Robert seketika. Hal itu membuat Robert sedikit terkesiap dan menjurus pada tangannya yang digenggam Arkan. "Ada apa toh, Mas?"

"Lo kenapa diem aja?" tanya Arkan.

Robert menggeleng.

"Gue gak suka lo diemin gue kayak gini!" cetus Arkan to the point.

Robert memegang dadanya.

"Capek ya?" tanya Arkan.

Robert tak menjawab. Dia sejak dia pesawat merasa sangat mual dan enek. Perutnya seperti salah. Tenggorokannya tidak enak. Dia ingin sekali muntah. Hingga kemudian tak dapat menahan rasa di perutnya, dia melotot dan menarik-narik pelan kaus putih polos yang dikenakan Arkan.

Arkan terkesiap, "Hah? Kenapa, Bert?"

"Mmm... Mmm.." Robert mengode lewat mulut, dia juga turur memegangi dadanya.

"Kenapa sih?" tanya Arkan.

"Huwwleeee..." Robert memuntahkan isi perutnya ke celana Arkan.

Arkan hanya bergidik, menelan ludaj berat dan menahan sabarnya.

Robert menengadahkan kepalanya kw arah Arkan sambil berkata pelan, "Maaf toh, Maaas..."

~

"Makasih ya, Mas. Sekali lagi, Maaf" ujar Robert ketika dia sudah turun di depan gang menuju kompleks rumahnya. Ditangannya sudah banyak beberapa paper bag belanjaan oleh-oleh untuk orang-orang di rumah.

Arkan yang sudah sempat mengganti pakaiannya di Masjid sisi jalan tadi turut mengangguk. "Iye. Besok masih masuk kerja kan lu?"

"Nje, Mas"

"Yaudah"

"Hati-hati, Mas"

"Hm" jawab Arkan, lalu dia beralih pada Pak Muhlis. "Jalan, Pak"

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang