Part 10
Tawa serta asap mengepul yang mendominasi tempat itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Banyaknya cowok berseragam putih-abulah yang mengisi tempat tersebut.
"Oh ayolah, kapan lagi kan kita balapan? Terakhir kali udah lama banget," ucap seorang laki-laki berambut coklat terang sambil menatap Sean sebagai lawan bicaranya.
Sean menghembuskan asap rokoknya kemudian menatap balik laki-laki itu. "Apa taruhannya?"
Laki-laki bernama Doni itu tersenyum sumringah. "Ferrari?" jawabnya.
Sean menatap sekilas Doni, kemudian mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Kapan?"Pertanyaan Sean sukses membuat yang lainnya menoleh menatap tak percaya pada Sean.
"Serius? Lo nerima Se?" tanya Geo tak percaya. Masalahnya seperti yang sudah Doni katakan jika sudah lama sekali mereka tidak melakukan taruhan melalui balapan liar. Dan Geo juga tahu seperti apa lawan yang akan Sean hadapi jika menerima taruhan ini, karena balapan yang biasanya ada Doni di dalamnya bukanlah balapan dengan taruhan yang main-main dan petarung yang kaleng-kaleng.
Sean mengedikan bahunya acuh. Doni menatap takjub pada Sean yang berhasil di bujuknya mengikuti balapan. "Bakal seru nih!"
"Apa yang lo taruhin?" kini giliran Arthur yang bertanya.
"Porsche gue."
Mata Geo dan Arthur langsung membelalak tak percaya. Porsche milik Sean yang mereka ketahui adalah mobil kesayangan Sean karena untuk memiliki mobil tersebut Sean menggunakan uang hasil kerja kerasnya sendiri.
"Gimana?" tanya Sean pada Rigel meminta pendapat yang di jawab gedikan bahu santai oleh laki-laki itu.
"Bener kan Se lo ikut?" tanya Doni memastikan.
Sean mengangguk. "Atur waktunya, nanti lo kabarin gue."
Sean beralih menatap pada Rigel. Seakan mengerti tatapan Sean Rigel menjawab. "Nanti gue siapin."
Dalam hal otomotif Sean berserta teman-temannya memang cukup handal apalagi salah satu Om Rigel memiliki bengkel yang cukup besar dan Sean sempat bekerja disana selama setahun. Bukan hanya karena uang Sean bekerja disana tetapi dirinya memang tertarik untuk belajar otomotif dan kebetulan Om Rigel ini bersedia memberi tempat untuk teman-teman keponakannya itu.
"Oke nanti gue kabarin waktunya," setelah mengucapkan hal itu Doni memilih pamit.
Geo masih menatap Sean tak percaya. "Yakin lo?"
"Ini taruhannya mobil yang lo beli dari hasil kerja keras lo sendiri lho!" Arthur menimpali mencoba mengingatkan pada Sean tentang mobil yang akan jadi bahan taruhan.
Sean menghisap batang nikotin di tangannya dengan santai. "Kalian ngeraguin gue?"
Geo dan Arthur saling tatap kemudian menggeleng polos. Rigel yang melihat itu langsung menggeplak kepala bagian belakang milik kedua cowok itu. "Muka lo berdua bikin jijik anjir!"
Tawa Sean pecah sedangkan Geo dan Arthur sudah mendelik kesal pada Rigel yang ikutan tertawa seperti Sean.
Sean menghentikan tawanya ketika ponsel yang berada di saku celananya bergetar. Merogoh sakunya, Sean menatap layar ponselnya dengan alis mengerut.
Tumben.
"Apa?" tanya Sean langsung tanpa basa-basi pada orang yang barusan menelponnya.
Terdengar decakan kesal di seberang sana. "Lo dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...