Part 46
"Saya di sini ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada semuanya yang telah saya rugikan baik murid-murid maupun para guru. Semuanya telah terjadi dan yang bisa saya lakukan adalah mengakui tindakan yang telah saya lakukan dan meminta maaf. Saya menyesal meskipun saya pada saat itu berada di bawah tekanan tapi tetap saja saya sungguh merasa sangat bersalah."
Semua murid juga para guru kini sedang mendengarkan pengakuan seorang gadis yang biasanya bernampilan cupu dengan rambut di ikat juga kaca mata yang kini justru bernampilan dengan rambut tergerai tanpa kaca mata. Semuanya nampak mendengarkan dengan seksama isi dari ucapan yang di sampaikan oleh gadis itu.
"Saya juga ingin menyatakan jika selama ini saya tidak di ganggu ataupun di buli oleh murid-murid dari kelas IPS. Saat itu saya hanya mengada-ada dan melebih-lebihkan ucapan saya, agar semua orang mempercayai perkataan saya dan dapat terprovokasi."
"HUUUU..." teriakan dan sorakan langsung terdengar nyaring saat gadis itu mengucapkan kata-kata tersebut. Gadis itu semakin menundukan kepalanya.
Tangan gadis itu bergetar. Mendapatkan respon seperti itu memang sudah di wanti-wantinya jauh sebelum pengakuan ini ingin di lakukannya. Namun, tetap saja merasakannya secara langsung seperti ini dirinya merasa takut, malu, sedih dan kecewa pada dirinya sendiri secara bersamaan.
Ketika sedikit melirik kedepan dirinya mendapatkan anggukan meyakinkan dari seseorang yang selalu meyakinkannya jika tindakannya ini memang sudah benar agar beban yang selama ini terasa menumpuk dalam dirinya dapat sedikit terangkat.
"Saya tahu kalian marah, kecewa dan emosi kepada saya, saya memaklumi itu karena saya memang pantas mendapatkan itu semua. Tapi jauh dari lubuk hati saya, saya amat teramat berharap jika semua orang-orang yang pernah saya kecewakan dapat berlapang dada untuk memaafkan saya."
Menghela napasnya perlahan, gadis itu mulai mendongakkan kepalanya menatap kerumunan orang-orang yang ada di hadapannya. "Seperti yang sudah kalian semua lihat saya melakukan tindakan bodoh itu semua di bawah tekanan dan paksaan seseorang. Saya takut dan tidak bisa melawan, tapi Tuhan akhirnya mengabulkan doa saya untuk mengirimkan seseorang yang mungkin bisa membantu saya untuk keluar dalam tekanan itu. Dan Tuhan mengirimkan Zea untuk membawa saya keluar dari sana.
Sere menatap Zea yang berdiri jauh di sana dengan senyuman. Zea yang kini menjadi pusat perhatian orang-orang hanya bisa memberikan senyum tipisnya juga membalas senyuman yang Sere berikan.
"Tanpa Zea saya mungkin tidak akan seberani ini untuk mengungkapkan kesalahan yang telah saya perbuat, dia membantu saya untuk mencari bukti-bukti agar saya bisa segera terlepas dari tekanan itu. Dan saya bersyukur akhirnya saya sudah bisa terlepas dari lingkaran tekanan itu."
"Terimakasih Zea dan terimakasih semuanya. Dan sekali lagi saya ucapkan maaf dengan sebesar-besarnya."
Sere mengakhiri pengakuannya dan memberikan mikrofon yang di gunakannya pada guru kesiswaan yang memang sedari tadi berdiri di samping Sere di atas podium.
Sere berjalan melangkah menghampiri Zea juga yang lainnya dengan perasaan teramat luar biasa lega. Senyuman tipis Sere berikan pada orang-orang yang bersitatap dengannya.
Saat sudah sampai di hadapan Zea, rengkuhan langsung Zea berikan pada Sere yang balas memeluknya. "Good job Ser," bisik Zea tepat di telinga Sere.
"Thank's Ze, ini semua karena lo."
Zea melepaskan pelukannya dan menatap Sere yang juga menatapnya. "Gue cuma sebagai pendorong, semuanya itu lo yang lakuin. Lo hebat," ungkap Zea. Mata Sere nampak berkaca-kaca. "Maaf ya Ze, gara-gara gue lo jadi banyak kena imbasnya. Di teror, di ancam, hampir kejebak di lab yang kebakaran, rahasia lo di bongkar, di skors. Ba-banyak banget yang lo korbanin buat bantu gue," ucap Sere dengan sedikit isakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Подростковая литература17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...