Clarisa

6.5K 474 8
                                    

Part 41

Zea menatap kursi kosong di sebelahnya yang sudah dua hari ini tidak ada yang menempati. Orang yang biasa menempati kursi tersebut dua hari ini tidak masuk tanpa keterangan alias alfa. Zea tahu betul bagaimana Clarisa yang tidak pernah membiarkan absennya di labeli alfa. Lalu kenapa dua hari ini Clarisa membiarkan absennya alfa?

Zea menoleh saat seseorang kini berdiri di sampingnya. "Kasian ya temennya gak masuk jadi gak punya temen deh," ucap orang itu dengan suara yang di buat-buat.

Zea menatap datar Diana yang kini juga sedang menatapnya. "Gak salah denger gue? Sebelum lo ngasihani orang lain mending ngaca dulu deh," balas Zea.

"Kek yang udah paling sempurna aja hidup lo," lanjut Zea.

Diana berdecih. "Seenggaknya gue bukan penghianat kayak lo yang diam-diam punya hubungan sama anak IPS."

"Bener ya yang selama ini gue duga, lo tuh udah kerjasama sama anak-anak IPS," ucap Diana dengan suara keras yang berhasil menyita seluruh perhatian satu kelas.

"Ohh... apa jangan-jangan lo dalang dari pembulian Sere?! Lo kaki tangan mereka kan? Ngaku lo!"

Zea mendelik sinis lalu menatap seluruh anak kelas yang menatapnya dengan tatapan yang sungguh membuat Zea sangat muak. Lalu tatapan Zea berhenti pada Sere yang juga sedang menatapnya balik. Zea menatap cewe itu dengan dingin kejadian beberapa hari lalu kembali terngiang di pikirannya sedangkan Sere yang di tatap seperti itu oleh Zea memilih menundukkan kepalanya tak ingin terlalu lama tenggelam dalam perasaanya yang campur aduk.

"Heh! Gue ngomong sama lo ya!" kesal Diana karena ucapannya yang di abaikan.

Zea menatap malas Diana yang sungguh menurut Zea sangat caper pada anak kelas. Hingga Aksa datang dan sedikit menyenggol bahu Diana agar menyingkir membuat cewek itu berdecak kesal. "Aksa kamu-"

"Bacot lampir," potong Aksa cepat sebelum Diana menyelesaikan ucapannya.

"Ze di panggil Bu Salwa sekarang," ucap Aksa pada Zea.

Zea mengangguk, berdiri lalu keluar kelas beriringan dengan Aksa namun sebelum itu Zea menoleh pada Diana dan berucap. "Bacot lampir," ulang Zea mengikuti perkataan Aksa lalu dengan sengaja Zea menjulurkan lidahnya bermaksud meledek.

Diana yang melihat itu tentu saja sangat kesal. "Liat aja, gue bales lo."

***

Zea kini sedang berhadapan langsung dengan Bu Salwa sesuai yang di sampaikan Aksa tadi jika guru perempuan tersebut ingin bertemu dengannya.

Bu Salwa nampak sedang menatap Zea dengan serius. "Tolong pikirkan kembali Zea."

Zea menghela napasnya pelan. "Ini sudah keputusan saya Bu. Saya juga sudah mempertimbangkan semuanya jadi Ibu jangan khawatir."

Gantian Bu Salwa yang kini nampak menghela napasnya. "Baiklah jika itu keputusan kamu, Ibu bisa apa. Semoga keputusan kamu ini adalah yang terbaik ya Zea."

Zea mengangguk sambil tersenyum. Keputusan Zea adalah untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya, lagi pula mana bisa Zea ikut serta sedangkan saat ini dirinya tengah berbadan dua. "Ada lagi yang ingin di sampaikan Bu?"

Bu Salwa menggeleng. Namun, sedetik kemudian guru tersebut nampak teringat akan sesuatu lalu mencondongkan badannya pada Zea.

"Kamu teman dekatnya Clarisa kan?" tanya Bu Salwa yang di balas anggukan oleh Zea.

(Not) Bad Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang