Part 12Zea saat ini tengah berdiri di dekat pintu masuk kelasnya menatap dengan raut tak terbaca pada pemandangan di dalam kelasnya yang kini terlihat sangat berbeda.
Ya, suasananya jadi berbeda ketika seorang gadis bernama Serenia atau kerap di panggil Sere itu datang.
Awalnya Zea tak perduli tapi lama kelamaan Zea di buat heran dengan orang-orang di kelasnya yang memperlakukan gadis itu layaknya seorang ratu.
Seperti sekarang ini gadis bernama Sere itu terlihat sedang bercanda ria di satu meja yang di isi penuh oleh hampir setengah dari seisi kelas. Dan saat gadis itu akan minum air yang berada dalam kemasan botol yang masih tersegel dengan sigap para laki-laki yang berada di sekelilingnya berebut ingin membukakan tutup botol itu tak lupa senyum manis terpatri dari mereka saat mengembalikan botol itu.
Zea tak tahu kenapa sifat teman-teman kelasnya itu langsung berubah 180° berbeda sekali saat kedatangan Zea beberapa bulan yang lalu. Yang nampak acuh, kaku dan tak bersahabat.
Zea tak iri sungguh hanya merasa aneh saja. Belum rasa penasarannya hilang dengan sistem sekolah yang menurut Zea aneh dan sekarang di tambah dengan keanehan lain yang membuat Zea semakin merasa penasaran dengan ada apa dengan sekolah barunya ini.
Berdiri menyender dengan tangan dan kaki yang di silangkan juga tatapannya yang tetap terfokus pada perempuan bak ratu itu. Zea tak menyadari kehadiran seseorang yang kini sudah berdiri berdampingan di sisi kanannya.
"Liatin apa?" tanya orang itu.
Zea melirik sebentar kemudian kembali memalingkan wajahnya. "Liatin orang," jawab Zea santai.
Orang itu menatap Zea kemudian kembali berucap. "Jangan ngehalangin pintu!" lalu setelahnya orang itu kembali berjalan masuk dan ikut bergabung di meja yang ramai tersebut.
Zea mendengkus cukup mengapresiasi sifat dingin laki-laki itu. Setelah kejadian peringatan oleh laki-laki itu, Zea jadi tahu bahwa nama dia Aksa dan dia itu adalah ketua kelasnya.
Mengalihkan tatapannya Zea mendapati seseorang yang sedang menopang dagu sambil memainkan ponselnya nampak acuh dan merupakan satu-satunya orang yang berada di kelas yang tak ikut dalam kerumunan satu meja itu.
Senyum Zea mengembang dan menatap orang itu penuh arti. Dia adalah kunci utama untuk Zea.
***
"
Lepas!"
Zea tak menggubris ucapan orang yang sedang di tariknya. Zea tetap membawa orang itu menuju suatu tempat.
Sampailah keduanya di taman belakang sekolah barulah Zea melepaskan cekalannya.
"Lo apa-apaan sih?!" pekik tak terima Clarisa saat tiba-tiba dirinya di seret paksa oleh Zea dan di bawanya ke tempat sepi ini.
"Gue butuh lo," jawab Zea.
Clarisa tersenyum sinis. "Itu bukan urusan gue!" ucap Clarisa penuh penekanan.
Zea mendengkus, hal inilah yang harus Zea taklukan yaitu sifat keras kepala juga keangkuhan perempuan di hadapannya ini yang sepertinya sudah mendarah daging.
"Oh... lo gak mau bantu gue?" ucap Zea dengan nada yang di buat-buat.
Clarisa memicingkan matanya menyorot tak suka pada Zea. Sudah Clarisa duga, kehadiran Zea kembali dalam hidupnya hanya sebuah mala petaka.
Baru Zea akan kembali melanjutkan ucapannya dengan cepat Clarisa memotongnya. "Fine!"
Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Zea, sedangkan Clarisa sudah menahan kesal terbukti dengan wajahnya yang memerah padahal keduanya berdiri di tempat yang teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...