Part 17
Sean, laki-laki itu mulai melangkahkan kakinya menuju area lebih dalam tempat yang di penuhi banyaknya peralatan yang biasanya orang gunakan untuk bongkar pasang mesin.
Meninggalkan Zea yang celingukan meneliti tempat itu. Di bilang kotor nggak, di bilang bersih juga juga nggak, itulah deskripsi yang terlintas di benak Zea saat itu.
Di lihatnya Sean, cowok itu sedang berbincang dengan seorang laki-laki agak dewasa dengan pakaian yang di penuhi bercak hitam dan tak luput juga tangannya yang sama hitamnya.
Zea melangkahkan kakinya mendekat pada Sean saat laki-laki itu seperti mengkodenya lewat tatapan. Ketika sudah berada di hadapan dua orang itu Zea tersenyum menyapa pada laki-laki yang tak di kenalnya.
"Pacar baru Se?" tanya orang itu dengan tatapan menggoda pada Sean.
Sean tak menjawab, justru menyuruh laki-laki itu untuk ke dalam entah di suruh mengambil apa. Zea yang tak banyak perduli pun hanya diam.
"Nih," laki-laki tadi kembali datang dan menyerahkan sebuah kunci pada Sean.
"Oke thank's, gue cabut!" setelah mengatakan itu Sean meraih tangan Zea dan membawanya menuju sebuah motor hitam besar yang berada di samping bengkel tersebut.
"Naik," tanpa mengucapkan apapun Zea bergerak menaiki motor itu. Keduanya sudah berjalan pergi meninggalkan bengkel.
Laki-laki yang berada di bengkel tadi hanya memperhatikan temannya itu dengan alis mengerut.
"Siapanya ya? Kok tumben di ajak pergi-pergi?"
***
"Pantai?" bingung Zea. Saat Sean membawanya pergi untuk bolos Zea tak banyak tanya akan di bawa ke mana, namun juga tak menyangka bahwa laki-laki itu justru membawanya menuju pantai.
Sean tak menjawab, laki-laki itu justru melangkahkan kakinya di atas pasir yang luas itu berniat masuk area pantai lebih dalam. Zea mendengus namun tak ayal ikut mengekor.
"Pantai tempat favorit gue," Sean kembali memulai obrolan sambil berjalan santai menyusuri pinggir pantai.
"Gue lebih suka gunung," balas Zea membuat Sean melirik sebentar.
Hening kembali tercipta. Sean memutuskan duduk di pasir tanpa alas menatap lurus menuju hamparan laut yang luas.
Cuaca pantai yang seharusnya terik di jam menjelang siang ini justru redup karena awan kelabu kini menghiasi langit membuat cuacanya sedikit sejuk dan nyaman.
Zea ikut mendudukkan diri di samping Sean. "Kenapa gunung?" pertanyaan tanpa atensi itu membuat Zea melirik sekilas pada Sean.
"Sejuk, damai, tenang yang terpenting hijau, gue suka liat banyaknya pohon-pohon yang berjejer bergoyang tertiup angin gitu. Rasanya... beda aja dan buat gue jadi tenang," jelas Zea.
"Lo sendiri? Kenapa pantai?"
"Hm, seperti yang lo rasa. Bedanya gue lebih suka denger deburan ombak sama birunya laut."
Dua orang yang masih berseragam SMA itu kembali diam. "Berarti gue salah bawa lo kesini," ucap Sean.
"Kenapa salah?" tanya Zea melirik Sean dari samping. Sean ikutan menoleh dan membalas tatapan Zea.
"Lo suka gunung bukan pantai," jelas Sean.
"Suka gunung bukan berarti gak suka pantai kan?"
Sean terkekeh mendengar jawaban Zea. "Gue juga emang suka pantai, tapi gue juga suka gunung kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...