Part 1
—Happy Reading—
Suasana kelas yang ramai tak membuat seorang perempuan dengan rambut berponinya menghentikan lamunannya. Pikirannya melayang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dihidupnya kedepan nanti.
"Muka lo melankolis amat," celetuk seseorang yang berada disamping perempuan tersebut.
Tak mendapat respon apa-apa atas ucapannya teman dari si perempuan itu memutar bola mata lalu memekik kesal. "Ze kenapa sih? Dari tadi kerjaan lo bengong terus?"
Zea menoleh menatap Amira sahabatnya yang tampak mengerut kesal. "Lo kepikiran masalah si Helen kemarin?" tebak Amira yang langsung mendapat delikan tak suka dari Zea saat kembali mendengar nama perempuan yang menjadi pemicu dirinya kembali menyambangi ruangan BK dan membuat Papahnya murka hingga rencana perjodohan konyol itu tiba-tiba saja tercetus dengan tujuan agar Zea berubah. Berubah status jadi istri maksudnya? Hah konyol!
Zea mendengus. "Cih, ngapain mikirin dia menuhin otak aja."
"Ya terus?" desak Amira.
Zea menghela napasnya sesaat dengan pandangan menerawang. "Kalau gue bilang gue bentar lagi bakal married? Lo percaya?"
Amira menatap Zea geli, kemudian terkekeh. "Lo halu ya?"
Zea berdecak sudah dia duga bahwa sahabatnya itu tidak akan percaya. Amira itu selalu berpikiran logis dan masuk akal dan saat Zea mengatakan bahwa dirinya sebentar lagi akan menikah tentu saja menurut seorang Amira itu adalah ucapan tak masuk akal.
Tetapi ketika melihat raut sendu dan serius sahabatnya membuat Amira langsung menghentikan kekehannya berganti raut yang tak kalah serius.
"Jadi... beneran?" anggukan dari Zea sukses membuat Amira melotot.
"Kenapa? Lo kecelakaan? Bukannya lo sekarang lagi gak pacaran sama siapa-siapa ya? Dan juga gak mungkin lo berani nganu juga kan? Atau..." Amira menggantungkan ucapannya ketika pikirannya menjurus pada satu kemungkinan besar.
"Di jodohin?"
Zea yang berwajah datar karena ucapan-ucapan Amira barusan langsung mendengkus dan mengangguk membenarkan.
***
"Ini kayaknya cocok buat kamu deh Ze," ucap Rima dengan sangat heboh ketika memilih pakaian yang akan Zea kenakan untuk pertemuannya dengan sang calon suami.
Iyaa secepat itu memang keinginan Beni untuk menikahkan Zea. Mengingat itu sanggup membuat hati Zea kian sesak.
Zea menghembuskan napasnya kasar duduk diam di tepi ranjang sambil menatap Rima malas.
"Ini nih kalo pakai yang ini pasti cantik," senyum bahagia terpatri di bibir wanita paruh baya itu.
"Mah..." panggil Zea lirih.
Tahu bahwa suasana hati anaknya sedang tidak baik Rima langsung menghentikan kegiatannya dan ikut mendudukan diri disamping Zea.
Rima menghela napasnya sesaat sebelum berucap. "Zea dengerin Mamah, Mamah dan Papah melakukan semua ini bukan tanpa alasan sayang ini semua demi kebaikan kamu. Mamah dan Papah hanya berharap semoga setelah menikah nanti kamu bisa merubah sifat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...