Ajaran Sesat

8.4K 580 3
                                    

Part 16

Zea menopangkan dagunya merasa bosan. Di liriknya ke kursi kosong di sampingnya, Zea menghela napasnya kasar saat tak mendapati teman sebangkunya di sana.

Clarisa, perempuan itu sedang izin tidak masuk sekolah. Rasanya aneh jika Clarisa tak ada di sampingnya, ya meskipun ada dan tidaknya perempuan itu tetap tak ada bedanya karena Clarisa nampaknya tetap tak mau berteman lagi dengannya. Ugh, miris sekali.

Di liriknya kursi yang sama kosongnya berada di jajaran depan yaitu kursi milik Sere. Mendengar sekertaris kelasnya tadi, katanya Sere sedang sakit. Zea tak ambil pusing dengan kabar Sere yang kembali sakit. Hanya saja, Zea jadi tak bisa mengobrol bersama lagi dengan perempuan berkaca mata itu.

Merogoh ponsel di sakunya Zea mulai mengetikan sesuatu di sana. Lama, hingga sebuah getaran di ponselnya membuat Zea kembali membuka ponselnya yang sempat di kunci.

Dmn?

Asetan

Knp?

Bosen, pen makan

Tngg gdng

Gak vaham monmaap

Tangga gudang!

Gk jadi! Ada kelas bentar lagi!

Skrng! Atau gw seret!

Bacot!
Tunggu bentar!

Zea mendengus sebelum beranjak ingin pergi, namun sebuah suara mengintrupsi langkah Zea yang sudah berada di ambang pintu.

"Kemana?" Zea mendelik, mengapa orang itu jadi kepo dengan urusannya.

"Toilet!"

"Bentar lagi Bu Fara masuk," ucap orang itu mengingatkan.

Dengan malas Zea menjawab ucapan Aksa. "Iya!"

Kembali melanjutkan langkahnya, Zea mulai berjalan melewati koridor perbatasan antara IPA juga IPS karena memang letak gudang ada di antara dua jurusan itu.

Zea celingukan mencari keberadaan laki-laki yang mengancam akan menyeretnya jika tak segera datang. Tapi, justru laki-laki itulah yang belum terlihat.

Zea mendengkus kala pikirannya menduga bahwa Sean sedang mengerjainya.

Baru akan berbalik Zea di kejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba memasangkan topi di kepalanya. Zea menoleh dan mendapati Sean si pelaku.

"Emang dasar setan munculnya suka tiba-tiba," gumam Zea yang bisa di dengar oleh Sean yang sudah menampilkan raut tak terbacanya.

Sean merangkulkan tangannya di bahu Zea sambil celingukan melihat keadaan sekitar yang sepi. Zea yang tak paham ikutan celingukan entah mencari apa.

Tatapan Sean kembali pada Zea yang juga menatapnya bingung. "Ngapain sih?!" heran Zea

Sean tak menjawab justru membawa Zea menuju samping gudang. Zea yang tak tahu apa-apa hanya bisa menurut mengekor.

"Ayo naik!" perintah Sean sambil menatap kokohnya tembok di samping gudang.

Zea melongo tak paham. "Naik? Ke tembok?" Sean mengangguk.

(Not) Bad Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang