Part 36
"Pergi lo!"
"Gak!" balas suara rendah seorang laki-laki.
Zea yang sedang terpejam terpaksa harus membuka matanya ketika mendengar suara keributan yang entah di lakukan oleh siapa itu.
Ketika sudah bisa menyesuaikan penglihatannya Zea dapat melihat di depan sana berdiri Clarisa yang tengah menatap sinis pada Aksa? Keduanya tak menyadari jika kini Zea sedang memperhatikannya.
Decakan tak suka terdengar dari bibir Clarisa. "Pergi Aksa sebelum gue panggil keamanan di sini."
Aksa balas menatap Clarisa dengan datar. "Cukup dulu lo nyuruh gue pergi dan gue turuti. Tapi untuk sekarang," Aksa menggelengkan kepalanya.
"Gue gak akan pergi."
Clarisa mendengus. "Emang lo pikir dulu gue nyuruh lo pergi karena apa? Karena lo juga!"
"Karena gue suka Zea dan Amira suka gue? Itu alasan lo nyuruh gue pergi tanpa pamit? Iya?!"
Zea yang semula berbaring kini menegakan diri saat mendengar ucapan yang baru saja Aksa katakan. Hah? Sejak kapan Aksa ketua kelasnya itu suka padanya? Dan apa katanya? Amira suka Aksa? Tapi sejak kapan Amira kenal Aksa? Juga dulu Clarisa menyuruh Aksa pergi? Dulu kapan? Pergi kemana? Banyak pertanyaan yang kini hinggap di kepala Zea.
Clarisa langsung memajukan tubuhnya beberapa langkah lebih dekat pada Aksa. "Ya lo mikirlah anjing! Lo pikir dengan keadaan kayak gitu semuanya akan tetap sama? Beribu persahabatan di dunia ini tapi tetep aja cuma karena salah satunya punya perasaan ke sahabatnya sendiri itu pasti akan merubah semuanya!"
"Dan gue gak mau itu terjadi," gumam Clarisa.
"Ya itu kan dulu Cla, waktu gue masih bocah. Time flies begitupun perasaan gue." Aksa memalingkan wajahnya tak mau menatap Clarisa. Hingga suara Zea yang sedari tadi di tahannya agar tak keluar akhirnya keluar juga. "Jelasin ke gue, maksudnya apaan coba?"
Clarisa dan Aksa kompak menoleh saat mendengar ucapan Zea. "Lo sejak kapan sadar?" tanya Clarisa.
Zea menatap keduanya dengan tatapan menyelidik. "Lo berdua jelasin ke gue maksud dari adu bacot kalian barusan," desak Zea mengabaikan pertanyaan Clarisa.
Clarisa dan Aksa saling tatap. "Gak ada yang perlu di jelasin," ucap Clarisa.
Aksa mendengkus. "Ada, jelas ada." balas Aksa tak mau kalah.
Zea menatap kesal kedua orang itu. "Yaudah, lo jelasin ke gue sekarang." tunjuk Zea pada Aksa.
Aksa menoleh pada Zea sepenuhnya dengan Clarisa yang sudah bersedekap sambil berdecak. "Sebelumnya gue mau minta maaf karena dulu gue pergi tanpa pamit. Mungkin lo lupa sama gue, terbukti untuk pertama kali lagi kita ketemu cuma gue yang kenalin lo."
"To the point aja, lo siapa?"
"Gue Aksa," jawab Aksa cepat.
Kening Zea mengerut. "Sumpah ya gue baru aja bangun dari pingsan bukan bangun dari koma bertahun-tahun sampe lupa kalo lo itu emang Aksa." Aksa menggaruk kepalanya jadi bingung sendiri.
"Bangke! Lo tuh bisa lebih di mengerti gak sih ngomongnya? Jabatan aja lo ketua kelas!" sinis Clarisa.
"Yaudah Cla, lo aja yang jelasin ke gue ribet amat sih ya ampun," kesal Zea.
Menghela napas kasar Clarisa melangkahkan dirinya ke samping brangkar yang sedang Zea tempati dan duduk di kursi yang ada di sampingnya. "Dia temen SD kita dulu. Pindah karena gue yang suruh waktu gue tahu dia suka lo dan ternyata Amira suka sama dia," jelas Clarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...