Mode Jinak

10.8K 606 18
                                    

Part 24

Priiiitttttt

Peluit berbunyi nyaring beberapa orang yang berada di lapangan langsung berlari guna merebut satu bola berwarna oren untuk di masukkannya ke dalam ring net lawan.

"Oper sini!" teriak salah satu perempuan dengan rambut yang sengaja di gulung ke atas itu.

Hap!

Bola berhasil di raihnya, lalu dengan gesit perempuan itu menggiring dengan memantul-mantulkan bola oren tersebut sambil merentangkan sebelah tangannya yang lain guna menghalau musuh yang sedang berusaha merebut bola di tangannya. Lalu ketika sudah berada di area three point perempuan itu menghentikan langkahnya dan dengan sigap langsung menembak bola tepat di lingkaran berjaring yang berada di atasnya.

Priiittt....

Poin bertambah juga keringat yang kini mulai menampakkan diri di wajah masing-masing para pemain.

"Ini cuma main-main gak usah terlalu serius kali!" teriak salah satu lawan. Perempuan dengan rambut yang di ikat satu menggunakan ikatan rambut berwarna hijau itu menatap Zea sinis.

"Itu teknik! Cara mainnya emang kayak gitu kalo lo gak tahu," balas Zea yang baru saja mencetak tiga poin lalu memilih berlalu menuju sudut lainnya membuat lawannya itu mendengkus.

"Zea tangkap!" dengan sigap Zea menangkap bola yang baru saja di oper Vera padanya.

Zea lalu mulai menggiring kembali bola di tangannya dan lagi-lagi three point kembali Zea dapatkan.

Lelah kini sudah menyerang semua pemain sorak sorai ramai dari samping lapangan yang di buat anak laki-laki yang menyemangati para perempuan kelasnya justru terdengar tak ada lelahnya. Namun, hal itu membuat beberapa warga sekolah yang memang kebetulan sedang jamkos tergerak ingin menonton juga.

Zea dengan napas yang tersenggal memilih menghentikan langkahnya dan mulai mengatur napasnya yang menghimpit rongga dada. Hingga tiba-tiba suara teriakan nyaring terdengar di telinga Zea.

"ZEA AWAS!"

Brak!

Brugh!

"Aw... Shh..."

Orang-orang yang melihat itu di buat tersentak karena kejadiannya terlalu cepat. Clarisa yang baru saja meneriaki nama Zea langsung berlari menghampiri Zea yang sudah bersimpuh di bawah.

"Zea bego! Lo fokus dong!" marah Clarisa.

Marah Clarisa = khawatir

Zea meringis memegangi kepalanya. Dan saat memegang hidungnya cairan merah memenuhi telapak tangan kanannya.

"Sialan!" umpat Zea pelan.

Mata Clarisa membola melihat itu. Lalu orang-orang yang tadi sempat tersentak langsung berlari dan mengerumuni Zea.
"Mimisan!" pekik Vera yang terkejut.

Pak Jaenal selaku guru olahraga langsung bergegas membangunkan Zea yang sigap di bantu Clarisa. "Kamu kuat jalan Zea?" tanya Pak Jaenal.

Zea terkekeh. "Gini doang mah biasa Pak," jawab Zea santai berbeda dengan orang-orang yang melihat dengan ngeri kondisi Zea yang terdapat banyak bercak darah di telapak tangan juga kaos olahraga yang di pakainya.

Namun, setelah mengatakan itu Zea justru terhuyung tak bisa menahan berat badannya dan dengan refleks Pak Jaenal juga Clarisa memegangi.

"Eh, Zea kamu—" belum sempat Pak Jaenal menyelesaikan ucapannya tiba-tiba saja seseorang langsung menyerobot mengambil alih Zea lalu di gendongnya menuju arah UKS.

(Not) Bad Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang