Part 11
Seorang perempuan dengan rambut sebahunya itu terus saja mendelik kesal saat melihat bagaimana kelakuan orang yang notabene adalah sahabatnya.
Bagaimana tidak kesal saat sudah hampir larut malam tiba-tiba sahabatnya itu menyuruhnya untuk datang menemuinya, dan setelah dirinya datang sahabatnya itu justru mendiamkannya dan asik sendiri dengan makanan di hadapannya.
"Ze, lo tuh bener-bener ya!"
Zea yang sedang meminum minumannya lantas mendongkak menatap Amira yang wajahnya sudah memerah menahan kesal.
"Apa?" tanya Zea polos.
Amira menggeram tertahan. "Wah, gue baru sadar ternyata ini alasan Clarisa gak mau sahabatan sama lo lagi."
"Apaan?" heran Zea.
"Lo nyuruh gue datang di jam segini cuma buat liat lo makan? Seriously?"
Zea melipat tangannya dan menumpukannya di meja. "Nggak kok, bukan cuma itu."
Amira mengangkat alisnya. "Terus?"
"Selain liatin gue makan gue juga mau minta Lo buat bayarin makanan gue," mata Amira sukses melotot.
What?!
"Kenapa? Mendadak miskin lo?!" dengus Amira.
Raut Zea langsung berubah. Amira yang melihat itu menaikan alisnya tahu betul dengan ekspresi Zea saat ini.
"Ada apa?" tanya Amira pelan.
Zea tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Amira. Zea terenyuh dengan kepekaan Amira yang tahu betul dengan kondisinya saat ini.
"Semua keuangan gue di blokir Papah," ungkap dengan tangannya yang asik mengaduk-aduk minuman.
Amira diam, membiarkan Zea mengeluarkan apa yang ada di hati dan pikirannya. "Gue gak tahu harus apa. Se-nakal itukah gue sampe harus di kasih hukuman kayak gini?" kekehan hambar keluar dari bibir Zea.
Amira menghela napasnya saat melihat raut frustasi di diri Zea. Amira tahu betul seperti apa Zea. Senakal-nakalnya Zea dia juga tetap seorang perempuan yang masih memiliki hati. Di berikan konsekuensi atas segala kenakalan yang sudah Zea lakukan dengan hal seperti ini, sungguh sangat keterlaluan pikir Amira.
"Mau gue bantu bicara sama Papah lo?"
Zea menatap Amira kemudian menggeleng. Amira tak perlu repot-repot melakukan itu Papahnya tak akan merubah pikirannya hanya karena permintaan Amira."Gak perlu you know my Dad so well."
Hening, keduanya sama-sama diam memikirkan hal apa yang harus dilakukan Zea ke depannya. Hingga, Zea kembali membuka suaranya.
"Lo inget Winda?" Amira mengerutkan kening hubungannya dengan Winda si tukang sepatu dengan masalah Zea itu apa?
"Hm, si tukang jual barang-barang branded itu?" tanya Amira tak yakin.
Zea mengangguk, "Gue pesen sepatu sama dia tapi gue gak bisa bayar."
"Terus maksud lo gue harus bayar sepatu lo gitu?! Gue cukup tahu kalo barang yang di jual si Winda bisa buat bayar SPP setahun ya. Jangan maen-maen lo!"
Zea tertawa ngakak melihat ekspresi Amira. "Emang mau bayarin?" goda Zea
"Ogah!"
Zea menghentikan tawanya lalu menatap Amira serius. "Semisal nih ya Mir, lo bayarin sepatu gue yang kata lo bisa buat bayar SPP setahun itu. Nah kalo gue gak bisa ganti pake uang? Lo mau apa dari gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...