Ungkapan Zea

8.6K 562 7
                                    

Part 29

Tiga perempuan yang masih mengenakan seragam SMA kini tengah berkumpul di sebuah ruangan milik salah satu dari mereka. Kamar Amira, kini di jadikan tiga perempuan yang tak lain adalah Zea Clarisa dan Amira itu tempat kumpul sepulang sekolah.

Zea yang sedang tidur terlentang dengan sebelah tangannya yang mengelus perut yang masih terlihat datar, Clarisa yang sedang bermain ponsel sambil menyandar di bawah kasur dan Amira yang asik menonton film dari laptop sambil memakan ciki di atas karpet berbulu.

"Liat—" Clarisa dan Amira langsung saling pandang ketika baru saja mengucapkan hal yang sama secara bersamaan.

"Gue dulu," ucap Amira saat tahu Clarisa juga akan berbicara. Clarisa mendengus dan membiarkan Amira berbicara terlebih dulu.

"Liat ini anaknya lucu banget gak sih?" tunjuk Amira pada layar laptop yang sudah dia pause terlebih dulu.

Tak ada yang memperdulikan Amira, Zea dan Clarisa justru masih asik dengan kegiatan sebelumnya. Amira yang menyadari itu mendelikkan matanya kesal.

"Cla lo mau ngomong apa barusan?" tanya Amira saat sudah menutup laptopnya menyudahi acara nontonnya karena memang sudah selesai.

"Ini," tunjuk Clarisa pada layar ponselnya yang menampilkan postingan foto dari sebuah akun.

"Eh? Dia Sean bukan sih?" tatap Amira pada Clarisa yang juga sedang menatapnya, lalu Amira membaca nama akun yang memposting foto yang terdapat Sean di dalamnya juga seorang cewek yang Amira yakini si pemilik akun. "aurelia_relrel?"

Saling pandang dalam diam kedua cewek itu dengan kompak menggerakkan kepalanya menatap Zea yang masih dalam posisinya tadi.

"Ze?" panggil Amira.

"Hm?" jawab Zea tanpa mau membalas tatapan kedua sahabatnya.

"Aurel posting fotonya bareng Sean, saling rangkul and how she write a caption? Menjijikan," ucap Clarisa frontal.

"Gue tau," balas Zea acuh.

Kompak Amira dan Clarisa melompat menaiki kasur yang sontak membuat tubuh Zea yang sedang berbaring terpental-pental kecil.

"Serius? Lo gak marah?" tanya Amira heran.

Zea mengedikan bahunya. "Lo udah kasih tahu dia kalo lo hamil?" kini giliran Clarisa yang bertanya.

Memilih menegakkan tubuh dan bersandar pada kepala ranjang, Zea menatap bergantian kedua sahabatnya. "Dia udah tahu bahkan sebelum gue kasih tahu."

"Kok bisa?" bingung Amira.

Zea menghela napasnya kemudian tersenyum, senyuman yang entah bermakna apa. "Lo mau denger cerita?"

"Gue gak suka denger cerita, but for now gue sukain dulu," ucap Clarisa.

"Lo berdua tahu gue nikah karena perjodohan dengan alasan gue yang nakal ini bisa merubah sikap gue lebih baik lagi," ucap Zea memulai cerita yang di dengarkan dengan baik oleh Amira dan Clarisa.

"Akhirnya kita nikah, tapi bukan itu aja tindakan orang tua gue untuk merubah gue belum selesai mereka pindahin sekolah gue yang bahkan mereka gak tanya gue dulu sebelumnya."

"Setelah menikah Sean memutuskan untuk bawa gue tinggal di apartemennya, karena dari awal gue udah gak suka sama dia sampai gue gak mau untuk satu kasur sama dia. Kita gak dekat, kita gak tahu hal-hal apa aja yang kita sukai, hal-hal apa aja yang kita gak sukai. Karena memang kita gak sekenal itu. Semuanya berubah, kehidupan gue, kehidupan dia, status dan mungkin tugas kita udah beda dari kita sebelum menikah."

(Not) Bad Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang