Sebuah ruangan yang jarang di kunjungi murid-murid yang berada di sekolah karena beritanya merupakan tempat yang angker dan banyak penunggunya itu kini justru terdapat dua orang gadis yang tengah berdiri saling berhadapan.
Tatapan sinis salah satu gadis itu layangkan pada lawan bicaranya. "Turutin apa mau gue atau...?"
"Iya, iya. Gue turutin apa mau lo!" potong lawan bicaranya dengan nada putus asa.
Senyum mengembang langsung terpancar dari bibir gadis yang sebelumnya akan mengeluarkan sebuah ancaman apabila lawan bicaranya itu tidak mau menuruti apa maunya.
"Good girl."
Lalu gadis itu memilih melangkah keluar ruangan meninggalkan satu gadis yang kini memijit keningnya, tak tahu dengan cara apa dirinya bisa terlepas dari tekanan yang di berikan orang itu.
Tak lama suara pintu kembali terbuka, dengan perasaan muak gadis itu berucap. "Mau apa lagi Dian-na," cicitnya di akhir kalimat saat tahu jika yang masuk bukanlah sosok Diana.
"Zea?" lanjutnya dengan gumaman.
"Sere," panggil Zea pelan.
Sere, gadis itu tampak menelan ludahnya susah payah saat melihat keberadaan Zea di dalam ruangan itu bersamanya.
"Lo? Sejak kapan lo di sini?" tanya Sere dengan nada sinis.
Zea melipat tangannya di depan dada. "Gue bakal bantu lo," ucap Zea yang membuat kening Sere mengerut dalam.
"Maksudnya?"
Zea melangkah lebih mendekat pada Sere yang terdiam kaku di tempatnya. "Gue udah denger semuanya," jelas Zea yang sontak membuat mata Sere membulat.
Sere langsung merubah ekspresi wajahnya. "Apa yang lo denger itu semuanya gak bener. Lupain!"
Zea menganggukkan kepalanya ringan. "Ohh lupain?"
Mengedikkan bahu Zea berbalik sambil berucap. "Padahal gue bisa bantu lo lepas dari dia. Itupun kalo lo mau sih! Kalo nggak? Ya gue gak maksa."
Baru akan beranjak pergi suara Sere langsung menginterupsi langkah Zea. "Bantu gue Ze," ucapnya pelan dan bergetar.
Kembali membalikkan badan Zea menatap Sere santai. "Gampang Ser, kuncinya ada di diri lo sendiri."
Sere mengerutkan keningnya dalam. "Gimana caranya?"
"Itu soalan gampang. Tapi, sebelum itu..."
Zea semakin mendekatkan diri pada Sere hingga kini jaraknya cukup dekat Zea kembali melanjutkan ucapannya. "Kita bikin perjanjian."
Alis Sere menyatu. "Simbiosis mutualisme," ucap Zea penuh arti.
"Satu cara, tapi menguntungkan lo maupun gue," lanjut Zea
Kembali menjauhkan diri Zea menatap Sere menunggu jawaban. "Deal?"
"Deal!" jawab Sere mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah? Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah biasa. ...