Part 27
Sean, Rigel, Arthur, Geo, Zea, Clarisa dan Amira kini sedang berkumpul di apartemen milik Sean setelah memutuskan membolos di pelajaran terakhir. Terdiam dengan posisi yang serempak yaitu menyandarkan punggung di sandaran sofa.
"Jadi Hendrik itu mantannya Amira?" ucap Sean memecahkan keheningan diantara mereka.
"Terus si Sere itu pacarnya Hendrik?" Sean melanjutkan.
Amira langsung menegakkan tubuh dan menatap semua orang bergantian. "Tapi yang gue gak paham, kenapa tampilan Sere di sekolah sama di luar sekolah itu beda?"
Zea ikut menegakkan tubuh di ikuti yang lainnya. "Apa si Hendrik ada hubungannya sama kasus yang terjadi sama si Sere? Lagi pun sampai sekarang si Sere gak mau klarifikasi masalah pembulian itu."
"Kalo iya ada sangkut pautnya sama si Hendrik, apa motifnya coba?" heran Geo.
Semuanya kembali diam memikirkan setiap kemungkinan yang ada.
"Eh! Harusnya tadi pas si Sere sama Hendrik ciuman kita ambil fotonya!" decak Amira baru terpikirkan.
"Udah gue ambil," semuanya langsung menoleh pada Rigel yang baru saja berucap dengan santainya.
"Serius?" tanya Amira tak percaya. Rigel berdehem meng-iyakan.
"Gue masih penasaran kok kalian berempat bisa ada di sana?" tanya Zea menatap Sean, Arthur, Rigel dan Geo bergantian.
Geo tertawa. "Gue sama Arthur sih emang udah punya rencana buat ngikutin si Sere, penasaran aja soalnya bukan cuma hari ini doang lho dia ke lab kosong itu," ucap Geo mulai serius.
Arthur mengangguk. "Dulu gue pikir dia cuma asal lewat aja ke sana karena mungkin kurang nyaman kalo lewat area yang ramai-ramai, tapi setelah di pikir-pikir arah lab kosong kan ada di ujung nggak mungkin dong tiap hari dia ke sana cuma buat lewat-lewat gak jelas aja."
"Hendrik cowok yang waktu itu kita liat bareng Sere di depan mini market waktu itu gak sih Se?" tanya Zea menatap Sean yang ada di sampingnya.
Sean mengerutkan kening mencoba mengingat. "Cuma emang waktu itu si cowoknya pake helm full face gitu jadi kurang jelas. Tapi, gue yakin itu si Hendrik," lanjut Zea.
"Jadi maksudnya tampilan Sere di luar dan di sekolah itu beda, Hendrik pasti tahu gitu?" ucap Clarisa mengangkat suaranya.
"Ya jelas tahulah, orang dulu waktu dia nyelingkuhin gue ceweknya gak freak kayak Sere yang gue liat tadi di sekolah," balas Amira melupakan sesuatu.
"L-lo... di selingkuhin?" ucap Geo menunjuk Amira dengan raut yang sulit di artikan.
Amira merutuki ucapannya. "G-gak lah!" sangkal Amira cepat.
Lama hening hingga suara tawa Geo terdengar sampai memenuhi setiap penjuru ruangan. Amira yang tahu Geo sedang menertawakannya langsung melempar bantalan sofa tepat mengenai wajah laki-laki itu.
"Gak ada yang lucu ya!" delik Amira. Geo mulai mengatur suara tawanya sambil menarik napasnya dalam-dalam ketika tatapan tajam dan menusuk milik Amira menghunus tepat padanya.
Zea menggelengkan kepalanya. "Terus lo sama Rigel kok bisa ada di sana?" tanya Zea pada Sean.
Sean menatap Rigel yang juga sedang menatapnya. "Kita ngikutin lo bertiga," jawab Sean.
Kening Zea mengerut. "Awalnya kita nyari Geo sama Arthur tapi gak sengaja denger suara ribut cewek di samping gudang. Pas kita liat ternyata kalian, ya udah deh kita ikutin," jelas Sean.
Suasana kembali hening setelah penjelasan Sean. Zea menatap Sean dari samping merasa ada yang sedang menatapnya Sean menolehkan kepalanya dan langsung menemukan Zea yang sedang menatapnya lekat. Cukup lama keduanya saling tatap hingga Sean lebih dulu memutuskan kontak mata itu dengan menatap semua yang ada di sana satu persatu lalu senyuman penuh arti terbit di bibir Sean membuat semua yang melihat mengerutkan kening. Tapi tentu saja mereka mengerti bahwa Sean punya sebuah rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...