Part 22
Zea menatap hasil masakannya dengan alis menaut. Ini baru satu piring nasi goreng lho, tapi kalian tahu berapa lama Zea menghabiskan waktu untuk satu piring itu? Dua jam! Sungguh perjuangan yang patut di acungi sepuluh jempol bukan?
Salahkan Sean yang benar-benar dengan ucapannya tentang pemberhentian kursus masak yang Zea ikuti.
"Sean!" panggil Zea keras.
Sean dengan celana kolor rumahannya tanpa mengenakan baju alias telanjang dada melangkah mendekati Zea. Laki-laki itu berdiri bersisian dengan Zea ikut memperhatikan apa yang sedang di perhatikan perempuan itu.
"Not bad," komentar Sean setelah meneliti hasil masakan Zea.
"Serius?" tanya Zea menatap Sean tak yakin.
Sean melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Zea dan menariknya lebih dekat. "Keliatannya sih normal gak tahu rasanya."
Lama berdiri sambil meneliti sepiring nasi goreng itu Zea menghembuskan napasnya pelan. "Lo coba deh," suruh Zea pada Sean. Laki-laki itu menurut menyeret kursi lalu di dudukinya di ikuti Zea.
Satu suapan tanpa ragu Sean masukan ke dalam mulutnya. Sedangkan Zea sudah harap-harap cemas. "Gimana?"
Sean mengunyah dengan perlahan seolah tengah meresapi. "Not bad," kata itu kembali terucap. "Cuma kayaknya kurang asin dikit dan kecapnya kebanyakan," lanjutnya.
Zea menopangkan dagunya merasa senang dengan respon dari Sean. "Nanti gue belajar lagi."
Sean melirik Zea lalu menyuapinya. "Masih layak makan," gumam Zea merasakan hasil masakannya karena saat membuatnya tadi Zea tak berani untuk mencoba, aneh memang.
"Kalo mau belajar lama-lama nanti juga bisa," jeda Sean.
"Asal jangan sampe lukain diri lo kayak waktu itu make it flow!" Zea mengangguk.
Satu piring berisi nasi goreng tadi itu kini benar-benar hanya tersisa piring Zea beranjak lalu mencuci piring bekas itu. Setelah selesai Zea kembali menghampiri Sean yang masih terduduk di kursinya tadi.
"Se?" panggil Zea yang di respon Sean dengan deheman tanpa mengalihkan tatapannya pada ponsel di tangannya.
"Besok gue mau ke rumah Mamah," ucap Zea yang langsung mendapatkan atensi dari Sean.
"Mamah mana?"
"Memangnya gue punya berapa Mamah?"
"Dualah, Mamah lo dan Mamah mertua," jawab Sean yang langsung di sadari Zea. Ah, Zea lupa jika sekarang dirinya punya Mamah mertua.
"Mamah gue, mau ambil barang yang masih di sana," jelas Zea.
"Besok gue gak bisa anter lusa mungkin bisa."
Zea menggeleng. "Gue ke sana sendiri aja lagi pun cuma sebentar."
Teringat sesuatu Sean menatap sepenuhnya Zea. "Motornya gimana? Nyaman?"
Zea mendelik. Ini Zea pake motor udah lama lho dan bisa-bisanya Sean baru menanyakannya? Memang bener-bener punya laki model Sean begini.
"Gak senyaman naik mobil sih tapi not bad-lah!" jawab Zea.
Sean mendengus. "Matre!"
Zea tak menimpali justru perempuan itu kini semakin merapatkan diri pada tubuh Sean yang telanjang. "Se? Inget gak lo pernah bilang kalo lo mau ngasih gue mobil?"
Kening Sean mengerut. "Halu lo?"
Zea mencebik. "Waktu itu lo mabok, wajar sih kalo lo gak inget."
Sean terdiam. Emang iya? Apa saat dirinya menang balapan dan berakhir mabuk waktu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...