Part 34
Zea berdiri sambil menatap tajam pantulan dirinya di cermin selama beberapa menit. "Perutnya udah keliatan nonjol gak sih?" gumam Zea melirik dengan teliti bagian perut yang sudah terbungkus baju seragam.
"Ganti yang lebih gede bajunya," sahut suara lain.
Zea melirik Sean yang kini sedang berdiri di belakangnya lewat pantulan cermin. Sean ikutan melirik pada perut Zea yang memang sudah sedikit menonjol di tambah seragam yang Zea kenakan sangat pas di tubuhnya.
"Pake baju gue," Zea mengabaikan ucapan Sean dengan mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya.
Sean yang di abaikan seperti itu mendengus lalu berjalan menuju lemari pakaiannya dan mengambil salah satu baju di sana. "Pake ini."
Zea hanya melirik sekilas lalu kembali dengan kegiatannya. Sean yang kesal lantas menarik pelan bahu Zea hingga kini sudah menghadap pada Sean.
"Eh? Lo mau ngapain?" tahan Zea saat tangan Sean mulai membuka satu persatu kancing baju yang Zea pakai.
"Lo lama. Biar gue yang pakein."
Mata Zea sukses melotot. "Gak perlu!" protes Zea namun bukan Sean namanya jika menurut begitu saja.
"Sean!" pekik Zea saat kini semua kancing baju Zea sudah terlepas semuanya.
"Diem Zea. Lo kek anak perawan yang mau di grepein Om-Om aja berisik banget!"
"Emang! Lo kan Om-Om pedofil!"
Sean terkekeh sambil membuka baju Zea dan menampilkan Zea dengan tangtop yang di pakainya. Sean terdiam beberapa saat seolah sedang meneliti sesuatu. Dan tiba-tiba saja tangan Sean sudah bergerak ingin membuka tangtop yang Zea pakai. "Sean!" pekik kaget Zea.
"Pake bra aja, tangtop lo terlalu neken perut lo," ucap Sean sambil menatap Zea serius.
Zea terdiam ikut membenarkan ucapan Sean. Seakan tahu apa yang sedang di pikirkan Zea Sean lalu kembali bergerak membuka tangtop itu hingga terlepas dan menampilkan Zea yang hanya memakai bra saja. Zea langsung memalingkan wajahnya merasa malu.
Meski sebelumnya tanpa penghalang pun pernah di lihat Sean tapi tetap saja rasanya berbeda. Sean menahan senyum yang ingin mengembang selebar-lebarnya ketika melihat pemandangan pagi yang seperti ini di tambah dengan muka merona malu Zea yang sangat jarang Sean lihat.
"Cepetan dong!" sentak Zea ketika Sean justru hanya memandanginya.
Sean langsung memakaikan seragam sekolahnya yang terlihat kebesaran di tubuh zea dengan telaten. Setelah selesai mengancingkan semuanya tangan Sean kembali bekerja memasukan ujung baju seragam itu ke sela-sela rok abu yang sedang Zea pakai. Zea melotot dan dengan repleks memegang kedua bahu Sean sebagai topangan agar tak jatuh.
Di sela kegiatan itu Sean sengaja melemparkan senyum miring sekilas pada Zea yang menatap Sean dengan terbengong.
Sean meletakan seragam milik Zea yang sudah di lepasnya tadi ke kepala Zea hingga menutupi wajah Zea dan dengan gerakan cepat Sean ikut masuk ke dalamnya dan mencium bibir Zea dengan gemas. "Gemes banget sih!"
***
Zea masuk ke dalam kelas yang di dalamnya sudah banyak teman-teman kelasnya yang sudah tiba mengingat bel tanda masuk sebentar lagi akan berbunyi. Namun, mata Zea terhenti pada sekumpulan orang yang terlihat sedang beradu argumen.
Zea yang penasaran pun melangkahkan kakinya pada kumpulan itu. Clarisa salah satu diantaranya itu menatap Zea dengan pandangan penuh arti di ikuti beberapa orang lainnya yang ikut menatap Zea.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah? Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah biasa. ...