Part 20
"Hiks... hiks... hiks..."
Tangisan, rayuan, bujukan hingga kemarahan yang kini sedang terjadi mampu mengusik seorang perempuan yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja.
"Hiks... di-dia... dia pegang pantat aku hiks..." ucap perempuan berkacamata bundar juga rambut yang di kuncir kuda dengan tersedu-sedu.
"Sialan emang!" murka salah satu dari laki-laki yang sedari tadi mendengarkan cerita yang terdengar menyedihkan itu.
"Udah Sere jangan nangis lagi," bujuk salah satu perempuan disana sambil mengelus pundak milik Sere yang masih saja menangis.
Aksa, laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya kuat. "Siapa nama cowok itu?"
"Aku g-gak tahu hiks..." jawab Sere terbata.
"Ver, lo tadi liat cowoknya?" tanya Aksa pada Vera.
Vera, perempuan yang berdiri di samping meja milik Sere hanya menggaruk kepalanya bingung. "Tadi di koridor waktu nemuin Sere nangis bareng sama si Geo anak IPS itu."
"Geo? Geovano?" tanya Bayu membuka suaranya.
Vera mengangguk. "Tapi tadi Geo bil—"
"Hiks... hiks... hiks..." tangis milik Sere semakin kencang membuat semuanya kini gelagapan.
"Eh Sere kenapa?" tanya Vera khawatir.
"Ja-jangan... di lan-lanjutin hiks... aku ta-takut hiks..." ucap Sere terdengar menyedihkan di telinga siapapun yang mendengar tapi itu tak berlaku dengan dua perempuan yang sedang duduk di mejanya tak ingin repot-repot mengerubungi meja milik Sere yang kini terlihat penuh.
Clarisa menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan tangan yang bersedekap di dada juga tatapan yang tak lepas memperhatikan keributan di depan.
"Di-dia... salah aku ap-pa? Di-dia pe-pegang pan-pan-tat a—"
Brak!
Suara gebrakan yang cukup keras mampu membuat semua orang yang ada di sana menatap ke arah pelaku yang kini sudah berdiri.
Zea yang sedang mengistirahatkan diri karena kepalanya yang terasa pusing akibat mabuk semalam harus terganggu dengan suara-suara yang mampu membuat kupingnya berdengung dan kepalanya semakin sakit. "Berisik!" decak Zea dengan aura kesal yang terpancar.
Semua orang melongo menatap ke arah Zea bahkan tangisan Sere sudah tak terdengar lagi. "Sorry ya, bukannya gue gak simpati sama kejadian yang udah menimpa lo. Tapi, lo ngomong kayak gitu emang ada buktinya kalo lo emang di perlakuin kayak gitu?
Hening, tak ada yang menimpali ucapan Zea. "Juga bukan berarti gue bela anak IPS itu, tapi orang gak ada yang tahu kalo bisa aja lo cuma bilang sesuatu yang omong kosong. Masalah pertama lo aja belum beres kan? Jadi gak usah nambah masalah dengan kelakuan lo yang sekarang!"
"Penuh drama!" sentak Zea kemudian berlalu meninggalkan kelas yang masih terpaku akan ucapan yang telah Zea lontarkan.
Clarisa diam-diam tersenyum samar. Sepertinya Zea sudah mulai menunjukan taringnya.
Bayu cowok itu pun diam-diam merasa senang karena ucapan Zea barusan mampu membuat semua yang ada di sana terpaku. Sebenarnya Bayu penasaran akan sosok Zea karena waktu itu Bayu pernah di mintai tolong oleh anak IPS kenalannya agar bisa membawakan sebuah tas yang Bayu ketahui milik Zea yang sayangnya pada saat itu tas milik Zea sedang berada di tangan Aksa. Dan dengan terpaksa Bayu harus membohongi Aksa dengan berkata bahwa ada keluarga Zea yang ingin mengambil tas milik Zea juga alasan kenapa Zea meninggalkan tasnya dengan berkata bahwa saat itu Zea pulang karena sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah? Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah biasa. ...