Part 19
"I-ini? Beneran?" tanya Geo terbata.
Sean yang sedang di ambang pintu mendelik mendengarnya. Sedangkan Zea hanya tertawa karena ekspresi kaget Geo yang amat menggelikan untuk di lihat.
"Mau masuk gak lo?!" ucap Sean yang membuat Geo mengangguk di ikuti Arthur juga Rigel yang sedari tadi hanya diam.
Akhirnya ketiga laki-laki itu melangkah memasuki apartemen milik Sean dan juga milik Zea sekarang. Masih ingatkan jika harta suami itu harta istri juga.
Ini bukan pertama kalinya bagi ketiganya datang ke apartemen Sean, tapi entah kenapa ketiga laki-laki itu berlagak seolah baru pertama kali berkunjung dengan memindai seluruh isi ruangan yang ada seolah sedang mencari sesuatu.
Berbeda dengan Sean yang ingin menggeplak satu-satu kepala milik ketiga temannya Zea justru menahan mati-matian tawanya karena sikap dari teman-teman Sean.
"Duduk bego! Lo nyari apa sih sebenernya?" akhirnya ucapan kesal Sean lontarkan.
Rigel mendengus kemudian menyeret Geo juga Arthur untuk duduk. "Begonya pending dulu napa nyet!"
Ketiganya sudah duduk di ikuti Sean yang juga mendudukkan diri di sana.
Zea yang masih berdiri menatap kepada mereka dengan seksama."Mau minum apa?" tanya Zea.
"Em... ju—"
"Air putih aja bagus buat tubuh," ucap Zea memotong ucapan yang akan Geo lontarkan tak lupa dengan cengiran.
Geo, Rigel, Arthur bahkan Sean kompak mendengkus saat melihat Zea sudah berjalan meninggalkan mereka menuju dapur. Sepeninggalnya Zea suasana di ruangan yang terdapat empat orang laki-laki itu sangat hening. Keempatnya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Ini lagi mengheningkan cipta apa gimana?" ucap Arthur melirik satu-persatu temannya bergantian.
Sean menghembuskan napasnya pelan kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi menatap ketiga sahabatnya dengan alis menaut. "Dulu gue pernah bilang lho kalo gue udah punya bini."
"Tapi apa? Lo semua gak percaya dan malah ngetawain gue," lanjut Sean.
Hening, Sean kembali berdecak saat respon teman-temannya hanya diam. "Udahlah ngomong sama lo bertiga cuma buat gue darah tinggi," kesal Sean.
"Jadi waktu lo bilang mau bunuh bini lo itu... beneran udah punya bini?" tanya Arthur mengingat ucapan Sean saat berada di rumah milik Rigel dulu.
"Aish, gue kira itu bini orang," ucap Geo saat sudah mengingat ucapan Sean saat itu.
"Berarti waktu itu lo gak jadi bunuh si Zea kan buktinya sekarang masih idup dia," lanjut Geo dengan polosnya.
"Siapa yang mau bunuh gue?!" sentak Zea membuat Geo tersentak kaget karena tak menyadari kedatangan Zea.
Cengiran Geo berikan pada perempuan itu. "Gak ada, siapa yang mau bunuh lo? Lo tuh terlalu berharga untuk di bunuh yakan?" ucap Geo minta persetujuan dari yang lain namun ketiga laki-laki itu justru kompak memalingkan wajahnya, membuat Geo diam-diam mengumpat. Sungguh tatapan tajam dan menusuk dari Zea membuat Geo kalangan kabut.
Zea meletakan nampan berisi empat gelas air putih di meja. "Jangan harap lo bisa bunuh gue karena sebelum itu lo udah gue bunuh duluan!"
Geo meneguk ludahnya kasar. "Bininya si Sean barbar ternyata," gumam Geo.
Zea yang mendengar gumaman dari Geo memilih abai dan bergerak mendudukkan diri di samping Sean.
"Sejak kapan?" akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Rigel.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah? Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah biasa. ...