Part 37
Tatapan tajam empat pasang mata kini menghunus tepat pada dua insan yang kini justru duduk diam tak merasa terintimidasi oleh tatapan itu.
Dua wanita paruh baya yang duduk saling bersebelahan itu mengalihkan tatapannya turun tepatnya pada perut milik salah satu dari dua insan itu.
"Bisa kamu jelaskan Asean?" ucap salah satu laki-laki paruh baya.
Sean yang di perintahkan seperti itu oleh sang Papah hanya menghela napasnya pelan.
"Apanya yang harus Sean jelasin sih? Zea hamil anak Sean. Masa harus Sean jelasin gimana cara bikin— aww!" Sean menoleh cepat pada Zea yang sudah mencubit perutnya dengan keras.
"Sakit Zea!" protes Sean.
Zea mendelik. "Lo kalo ngomong ngotak dulu kenapa sih?"
Para orang tua yang terdiri dari Mamah Papah Sean dan Zea pun hanya menghela napasnya kasar. Kok bisa sih ada sepasang suami istri seperti mereka? Udah mau punya anak satu kekakuannya masih saja begitu. Begitulah isi pikiran para orang tua.
"Papah serius Sean. Kok bisa-bisanya kamu hamilin Zea saat posisi kalian yang masih SMA?"
Sean mendelik terang-terangan. "Terus? Kok bisa-bisanya Papah nikahin Sean sama Zea yang masih anak SMA?"
"Sean," tegur Linda pada Sean. Cowok itu memalingkan wajahnya saat melihat tatapan teduh dari sang Mamah.
Beni yang sedari tadi terdiam mulai bersuara. "Saya kecewa pada kamu Asean, saya nikahkan kamu dengan anak saya bukan karena saya ingin cepat mendapatkan seorang cucu. Tujuan saya nikahkan kamu dengan anak saya itu karena—"
"Bisnis?" potong Zea cepat.
Beni menoleh menatap anaknya dengan gamang. "Papah nikahin aku sama Sean karena bisnis kan?" Zea tertawa sinis.
"Jangan pikir Zea gak tahu Pah. Zea denger langsung kok niat Papah jodohin Zea karena bisnis."
"Kamu tidak mengerti Zea," ucap Dendi.
"Apa? Apa yang Zea gak ngerti?" balas Zea cepat pada mertuanya itu.
Sean yang tahu Zea sedang emosi langsung mengusap kasar wajah Zea dan membawa kepalanya untuk di sembunyikan di dadanya.
Zea yang di perlakukan seperti itu jelas memberontak. "Inget perjanjian kita, lo diem gak usah ikutan nge-bacot biar gue aja," bisik Sean.
Zea mendelik namun tak ayal tetap menurut dengan melingkarkan tangannya di pinggang Sean lalu memindahkan kepalanya untuk menyender di bahu milik Sean tak memperdulikan para orang tua yang masih memperhatikan keduanya.
Sean menatap Beni dan Dendi bergantian. "Zea ada di sana saat kalian ngobrolin tentang perjodohan ini juga bisnis kalian. Kita kecewa karena kalian gak jujur dari awal tentang alasan adanya perjodohan ini. Dan soal kehamilan Zea itu murni karena Sean dan Zea ingin," jelas Sean.
Zea yang mendengar penuturan Sean memutar bola matanya. "Murni karena Sean dan Zea ingin. Tai!" tiru Zea dengan gumaman lirih yang hanya bisa di dengar oleh Sean saja. Sean terkekeh pelan.
"Lalu? Kenapa baru sekarang kamu bilang?" tanya Dendi.
Sean menatap rambut Zea sebentar sebelum menjawab. "Saat tahu Zea hamil Sean nyuruh Zea buat gugurin."
"APA?" pekik kencang keempat paruh baya itu berbarengan. Sean memejamkan matanya karena terkejut.
"Kamu gila Sean!" pekik Linda menyorot tajam pada anaknya itu. Bukan hanya Linda saja yang kini menatap Sean dengan tajam Rima, Beni dan Dendi pun sama-sama melayangkan tatapan tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...