Part 3
"SAHH!!" suara serempak itu mendapat berbagai macam respon dan ekspresi dari orang-orang yang berada di ruangan yang tidak terlalu besar tersebut.
Terutama dua orang yang menjadi pusat perhatian semua orang yang kini sedang duduk saling berdampingan. Keduanya menampilkan ekspresi yang sulit diartikan.
"Ayo kasih salam sama suami kamu Ze," ucapan seorang wanita paruh baya dengan kebaya yang dipakainya tak lupa riasan yang menghiasi wajah wanita itu yang terlihat cantik meski sudah berumur membuat orang yang di sebut Ze itu menoleh.
Zea yang diperintah seperti itu oleh Rima hanya mendengus malas tak merespon, bahkan dia tak minat menengok kearah kanan dimana ada sosok cowok yang sialnya harus Zea akui sebagai suami setelah beberapa menit yang lalu mengikatnya dengan mengucapkan namanya dalam satu tarikan napas.
"Zea," tegur Beni saat melihat kelakuan putrinya yang tak menghiraukan perintah dari Rima.
Zea menghembuskan napasnya kasar lalu dengan terpaksa menoleh sekilas pada orang yang berada di sampingnya malas. "Semlekom," ucapnya singkat lalu kembali memandang lurus ke depan.
Mendengar ucapan Zea barusan sontak membuat orang-orang yang berada disana menatapnya tak percaya. Apalagi para orang tua yang dibuat melongo. Berbeda dengan orang-orang, bukannya merasa tersinggung Sean justru mati-matian menahan tawanya agar tak lepas saat melihat kelakuan perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu.
"Zea yang bener dong salamnya! Itu cium tangan suami kamu," ucap Rima.
Menahan agar tak memutar bola matanya dengan tak ikhlas dan tentunya malas Zea mencium tangan Sean lalu di balas Sean dengan mencium kening Zea membuat sang empu melotot tak terima dan Sean yang menampilkan senyum miringnya. Liat saja setelah selesai acara ini Zea bersumpah akan mencuci jidat mulus sucinya yang sayang sekali sudah tidak suci lagi itu. Tak lupa membalas tatapan Sean dengan sengit.
Acara sudah selesai dilaksanakan yang memang hanya di selenggarakan kecil-kecilan dan hanya mengundang kerabat serta keluarga dekat saja."Malam ini—"
Seakan tahu apa yang akan di ucapkan Linda dengan cepat Sean memotong ucapan Mamahnya tersebut. "Sean mau tinggal di apartemen aja."
"Kamu yakin?" tanya Linda sambil menatap putranya itu dengan intens.
Sean mengangguk mantap lagi pula dia sudah memiliki tanggung jawab dan akan membiasakan diri untuk tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya dan belajar tinggal hanya dengan sang istri tentunya.
Itung-itung belajar mandiri.
Zea hanya diam tak banyak berkomentar lagi pun siapa yang mau mendengarkan pendapatnya? Menolak pun rasanya percuma.
"Yasudah kalau begitu, terus kalian kapan pindahnya?" tanya Linda.
"Sore ini," jawab Sean yang langsung mendapat keluhan dari Linda.
"Cepet banget sih, kan Mamah masih mau ngobrol cantik bareng mantu Mamah."
"Sesekali Sean berkunjung gak usah lebay," cibir Sean yang mendapat decakan kesal dari Linda.
"Omong-omong soal pindah, kapan Zea pindah sekolah?" pertanyaan dari Dendi sang Papah mertua mendapat atensi langsung dari Zea. Terbukti dengan wajah Zea yang langsung terangkat karena sebelumnya sedang menunduk dan kini menatap Dendi dan Beni bergantian.
"Pindah sekolah?" beo Zea tak paham.
"Lho?" heran Dendi yang langsung menatap Beni bingung.
Seakan tahu kebingungan dari Dendi Beni langsung menjawab. "Gue belum bilang Den."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...