Part 14
Dalam tidur cantik nan nyenyaknya Zea merasa terusik dengan sesuatu yang terasa janggal di tubuhnya. Seperti, ada beban berat yang menimpanya sehingga membuat dada Zea terasa sesak.
Ada apa ini?
Merasa penasaran, Zea akhirnya membuka mata kantuknya terpaksa. Dan...
Seriously?
Pantas saja badan Zea sangat berat dan terasa akan remuk. Rupanya terdapat orang segede gaban yang sedang nemplok di atas tubuh Zea sekarang.
Apa-apaan orang ini?
"Heh! Lo ngapain nemplok-nemplok di badan gue sat?!" murka Zea.
Orang yang sedang nemplok alias meniban tubuh Zea itu adalah Sean. Ya, Sean siapa lagi?
"Sean! Heh!" Sean tak bergeming, tetap pada posisinya yaitu memejamkan matanya nyaman.
Zea berusaha menyingkirkan tubuh besar Sean, namun sepertinya Sean enggan berpindah dari posisinya dan justru lebih merapat dan memeluk tubuh Zea erat.
"Sean! Sean ih bangun! Sean?!"
Terdengar decakan kesal dari bibir Sean, bergerak Sean mendongkakan kepalanya menatap Zea.
"Diem Zea!" ucap Sean dan kembali nemplok.
Zea yang di perlakukan seperti itu hanya bisa pasrah. Lagian tumben sekali si Sean mau nemplok-nemplok kayak monyet begini.
"Zea..." panggil Sean memecah keheningan.
"Apa?" jawab Zea malas.
Sean mendusel-duselkan wajahnya di dada Zea. Sedangkan perempuan itu sudah ingin menjambak rambut milik laki-laki itu.
"Gue menang," ucap Sean yang tak di mengerti Zea.
"Menang? Menang apaan?" tanya Zea.
"Menang bego! Gue menang! Gitu aja gak paham!" marah Sean membuat Zea tak tahan untuk tak menggeplak kepala Sean. Biar tahu rasa cowok stres itu.
"Lo yang bego! Gue mana paham lo menang apaaan!" jawab Zea nge-gas.
Sean berdecak. "Lo tuh bener-bener ya, merlakuin suami semanis ini!"
Baru Zea akan menjawab, suara erangan yang berasal dari Sean tiba-tiba mengintrupsi. Sean memijit pelipisnya yang terasa berdenyut sakit.
Zea yang terkejut hanya bisa menggoyang-goyangkan bahu Sean yang sudah kembali menenggelamkan wajahnya di dada Zea.
"Sean! Lo kenapa heh?!" setengah panik Zea mengguncang bahu Sean.
"Sean lo lagi sakaratul maut apa begimana?! Se! Ah elah, jan mati dulu dong kita kan belum ena-ena terus juga lo belum ngasih wasiat!" cerocos Zea yang mana membuat denyut di kepala Sean semakin menjadi.
"Se—"
"Berisik bego!" potong Sean kesal. Zea langsung diam mengatupkan bibirnya.
Hening, hanya suara jam dinding yang terdengar. Mata Zea terasa berat lalu kini melirik ke arah jam di dinding yang sudah menunjukan pukuk 2 malam. Uh, pantas saja Zea sangat mengantuk.
"Dia udah tidur kali ya?" gumam Zea melihat pada Sean yang masih nemplok di badannya.
Pelan-pelan Zea mencoba menyingkirkan tubuh Sean karena sungguh berat badan Sean bukan main beratnya. Sudah dua kali Zea memindahkan tubuh besar Sean.
Dan yap! Zea berhasil menyingkirkan tubuh Sean, Zea langsung mendudukan diri sambil meregangkan tubuhnya yang terasa kebas.
Samar Zea mencium aroma alkohol di hidungnya, melirik sinis pada laki-laki yang kini sudah berbaring benar di kasur mata Zea langsung mendelik. Pantas saja cowok itu berbicara melantur.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Bad Marriage [END]
Teen Fiction17+ - Menikah untuk Berubah atau Menikah untuk Berulah - Aeris Florenzea, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, dan itu sudah biasa. Asean Vareri Ocean, nakal, pembuat onar, bulak-balik ruang BK, tawuran, bolos, dan bagi Sean pun itu sudah bias...