Stase 5 (Penilaian Berubah)

16K 1.1K 16
                                    

Nara terus-menerus melirik ke arah sang ibu yang sedang sibuk mengunyah makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara terus-menerus melirik ke arah sang ibu yang sedang sibuk mengunyah makanan. Adik perempuan Azri itu terlihat ingin menyuarakan sesuatu. Dirasa waktunya telah tepat, ia pun mengangguk-angguk kecil dan memanggil ibunya.

"Buk."

Wanita beranak dua itu mengangkat pandangan untuk memperhatikan anak ragilnya. Nara lantas menunjukkan kebiasaannya, cengengesan dan tidak langsung mengatakan keperluannya.

"Apa, Dek?" tanya sang ibu.

Meskipun sudah menginjak usia lebih dari seperempat abad, Nara tetap dipanggil adik oleh keluarganya, kecuali Azri. Pria itu sudah menganggap Nara wanita dewasa. Menurutnya, sudah tidak cocok lagi dipanggil adik.

"Adek punya kenalan, Buk. Orang TNI AL-"

"Waw, jenderal laksamana?" serobot Azri dengan nada meledek, seakan mendengar adiknya sedang berhalusinasi.

"Pangkatnya belum sampek setinggi itu, Bang. Dia masih Bintara. Tapi, Buk, Adek gak masalah yang penting kita saling nyambung."

Nara ini sangat mengagumi sosok pria berseragam prajurit abdi negara. Di matanya, pria dengan tubuh tegap berambut rapi itu sangat karismatik.

"Gak ah, Dek. Nanti kamu terus-terusan ditinggal kalau dia dapet kerja di luar pulau, atau bahkan di perbatasan negara? Kamu bakal kesepian, apalagi kalau kamu hamil trus ditinggal nugas. Gak deh, Ibu gak mau kamu digituin. Cari suami yang profesinya kayak Bang Azri aja, setiap hari di rumah, bisa main sama anak istri."

Selalu seperti itu. Sang ibu menjadikan Azri sebagai tolok ukur. Entah dari segi pekerjaan, karakter, bahkan rupa. Bagaimana bisa dia mendapat suami, jika ibunya memberi batasan sekeras itu. Nara menghela napas payah.

"Bang Azri udah jadi dokter nyatanya tetep ditinggal istri," gumam Nara pada akhirnya. Sorot matanya menunduk menatap tidak bergairah ke arah piring.

Azri melirik sekilas dan menghela napas pendek. Mengingat kegagalan rumah tangganya mood seorang Azri mendadak berubah.

"Beda, yang gak bisa jaga rumah tangga Abang kamu itu Dita. Andai dia gak negatif thinking terus sama Azri. Aya pasti gak akan punya ayah dan ibu tiri," bela sang ibu.

Azri terbatuk mendengar kata ibu tiri untuk Zahra. Itu artinya, sang ibu berharap dia menikah lagi, 'kan? Kini Nara tersenyum. Dia memang sangat berharap kakak tampannya itu memiliki istri lagi agar ibunya bisa sedikit teralihkan.

"Nara. Ayo kita berangkat!" ajak Azri.

Nara bekerja di tempat yang sama dengan Azri sebagai kepala bagian obat-obatan di rumah sakit Medical Center.

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang