Seperti biasa, pagi hari Azkia melakukan follow up pada pasien di poli interna. Ia melakukan pengecekan secara menyeluruh pada beberapa pasien. Sibuk menulis. Azri datang membuat Azkia gelagapan. Ia langsung menjelaskan keadaan terbaru pasien pria berusia 60 tahun yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit.
"... Hari ini Bapak Ihsan tidak ada keluhan tambahan, Dok. Hanya batuk sama seperti kemarin. Masih ditemukan ronki di lapang paru dalam batas normal .... " Azri diam menyimak dengan ekspresi dinginnya.
Selepas Azkia diam. Azri pun berkomentar, "Tidak ada keluhan kok dirawat inap!? Yang bener aja kamu. Trus kenapa masih batuk? kenapa bisa ada ronki padahal perawatan hari ketiga? Ronki apa? Memang ronki ada berapa? Ronki itu terjadi karena apa?"
Azkia membatu dibombardir pertanyaan seperti itu. Apa dia salah dalam menyampaikan hasil? Sial sekali hidupnya. Azri seakan balas dendam karena pernah dipermalukan Azkia di kereta listrik saat mereka pertama kali bertemu. Apa benar Azri akan menekan batinnya selama koas?!
"Tugas baru khusus buat kamu selain referat! Cari penjelasan sedetail mungkin tentang ronki."
Azkia hanya bisa mengangguk dan menahan diri untuk tidak berteriak.
***
Siang hari Azri memenuhi undangan parenting dari tempat sekolah Zahra. Undangan itu ditujukan untuk salah satu wali murid agar wajib hadir dan semakin baik jika keduanya sama-sama datang, dengan tujuan mereka mendapatkan penjelasan bagaimana mengasuh buah hati yang diadakan di setiap hari Jumat sebanyak satu bulan sekali."Kok lama banget datengnya. Udah mau selesai baru dateng," sambut Dita langsung mengomel. Azri menghela napas pendek. Selalu saja pertemuannya dengan Dita berakhir cekcok ringan.
"Dit. Tugasku di rumah sakit itu banyak—"
"Alasan banget. Temenku dokter juga gak kayak kamu, dia bisa bagi waktu!" racau Dita. Azri hanya diam. Semua jawabannya pasti akan dibalas dengan perkataan pedas.
"Aku tuh takut kalau Zahra main sama kamu. Pasti ditelantarin karena sibuk kerja," lanjut Dita. Padahal acara masih berlangsung tapi Dita terus saja meracau, seolah-olah tidak ada siapa pun di sana. "Kalau gak bisa jaga anak bilang lho, daripada anakku kamu cuekin di rumah."
"Aku gak setega itu, Dita!" balas Azri akhirnya membuka mulut. Sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak adu mulut di tempat umum, apalagi saat acara penting, bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Namun tak dapat dipungkiri hatinya gatal juga jika mantan istri selalu menyudutkan.
"Buktinya, selama acara parenting. Cuma aku doang yang ikut. Ini juga kamu dateng karena aku paksa dan kamu baru mau dateng! Aya anak kita ya, bukan anak aku doang," debat Dita masih serius membahas permasalahan mereka.
Benar memang, Azri jarang menyanggupi undangan rutin dari sekolah anaknya. Itu semua karena pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal. Apa mungkin ia menolak mengoperasi pasien saat ada yang membutuhkan penanganan segera?! Dita sama sekali tidak paham akan hal yang ia alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]
Lãng mạnPernak-pernik kericuhan dokter duda dan anak koasnya! "Saya tidak mau menikahi wanita yang umurnya setara dengan adik perempuan saya." Azri "Semua cowok boleh, asal bukan duda!" Azkia _______________________________ © Ilustrasi gambar by SINANA © C...