Azkia dan Kenan menghabiskan waktu istirahat bersama. Hari ini Azri memberi kabar jika ada pertemuan dan tidak bisa menemani makan siang. Alhasil, Kenan lah temannya berbagi cerita di depan hidangan makan siang hari ini.
"Dokter Azri gak pengen beliin lo kendaraan apa gimana?" tanya Kenan. "Kan enak, kalau dia sibuk, lo bisa kemana-mana sendiri, gak usah bergantung?!"
"Ditawarin sih, tapi gue masih belum mau naik kendaraan sendiri."
"Dih manja juga lo. Dulu berjuang sendiri, apa-apa sendiri. Punya suami jadi ketergantungan."
Jika bukan sahabat, Azkia sudah membalas kalimat Kenan dengan kata-kata pedas. Namun ia malah tertawa kecil. Ia juga membenarkan tudingan tersebut. Rasanya ingin sering menghabiskan banyak quality time bersama suami.
"Nan. Gue masih terhitung pengantin baru. Dan gue sama suami gak pacaran. Jadi tiap waktu yang ada rasanya pengen dinikmati berdua," jelas Azkia pelan. "Kalau udah waktunya gue lepas sendiri. Gue bakal jadi istri dan ibu yang mandiri."
"Yakin? Kalau jadi kebiasaan, gimana?"
Azkia tersenyum membalas tatapan Kenan. "Itu tergantung gue-nya aja. Mau lanjut manja atau kembali jadi Azkia yang berjuang sendiri."
Kenan mencebik dan mengangguk kecil. Pemikiran Azkia sedikit mengalami perubahan. Lebih hati-hati dan tidak lagi gegabah.
"Lo gak niat cari calon, Nan? Abis ini udah lulus koas 'kan?" tanya Azkia.
"Kia. Cowok itu beda sama cewek. Kalau cewek lulus dari sekolah gak kerja tetep bisa dapet pasangan. Lah cowok? Gak punya penghasilan mau dapetin cewek? Yang ada dihajar bokap-nya."
Azkia hanya terbahak. Kenan pun melanjutkan pendapatnya. "Gue menghargai jerih payah orang tua si cewek yang udah didik anaknya sampai jadi wanita baik-baik, berpendidikan, beragama, bermartabat, dengan cara memberi kehidupan yang layak juga. Gue gak mau jadi suami nyusahin istri."
Azkia tersenyum bangga menatap Kenan. "Gue cemburu sama calon istri lo, Nan. Dia harus bersyukur punya suami kayak lo."
"Cih, jangan-jangan lo pernah diem-diem suka gue?"
"Sempet terbesit gitu sih, tapi cuma sekelebat doang. Lo gak mikir, kalau kita jadi suami-istri bakal senyaman apa? Gue tahu lo. Dan lo tahu gue!" ujar Azkia menggebu-gebu.
Kenan menggeleng. "Nggak, Kia. Udah bener suami lo Dokter Azri. Mapan, tampan, berwawasan luas. Kita sama-sama bego, kalau dijadiin satu, anak kita tambah gimana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]
RomancePernak-pernik kericuhan dokter duda dan anak koasnya! "Saya tidak mau menikahi wanita yang umurnya setara dengan adik perempuan saya." Azri "Semua cowok boleh, asal bukan duda!" Azkia _______________________________ © Ilustrasi gambar by SINANA © C...