Pagi tadi setelah satu minggu mengalami koma. Dani Aksara dikabarkan sadar. Banyak para awak media kembali memenuhi halaman rumah sakit untuk memberitakan kabar tersebut.
Sore hari setelah Azkia dan Kenan merampungkan tugas di puskesmas, mereka berkunjung ke rumah sakit untuk membuktikan kabar yang menyebar sembari wara-wiri berjalan di area kamar inap Dani.
"Jangan kelihatan kalau lagi mantau gitu. Pakek lirikan tajem aja," himbau Kenan melihat Azkia yang menoleh memperhatikan ke dalam kamar. Kakinya berjinjit agar bisa mengintip dibalik kaca ruang ICU.
"Gak bisa, Nan."
"Bisa! Coba praktekin!" titah Kenan memaksa.
Sibuk berdebat. Dita keluar kamar bertepatan saat Azkia dan Kenan berada di depan pintu. Ketiganya saling melempar pandangan beberapa detik.
"Azkia Indira?" sebut Dita. Azkia mengerjap heran setelah mendengar nama lengkapnya disebut dengan lancar.
"Iya."
"Apa ada yang perlu kamu bicarakan dengan saya?" tanya Dita melihat gelagat Azkia yang kini bertambah kikuk.
"E-enggak, Mbak."
Astaga, melihat Dita dengan tampang tanpa ekspresi saja membuat Azkia seperti sedang berhadapan dengan algojo menyeramkan.
"Kamu yang dulu diantar Azri buat ketemu Dani, 'kan?"
Azkia berusaha tersenyum. Wajah tegangnya semakin terlihat seperti sedang ditindas. Belum menjawab secara verbal. Dita kembali bersuara. "Kamu, cewek yang mau dinikahi Azri?"
Melihat tatapan merendahkan itu. Azkia menyipitkan mata; berusaha mengartikan ekspresi dari pertanyaan wanita dengan bibir merah menyala itu. "Seingat saya Azri dulu suka cewek mandiri. Gak banyak tingkah. Feminim. Dan menonjol dalam hal akademik," sebut Dita.
"Mohon maap, Tante," interupsi Kenan sudah gatal ingin bicara. "Kia ini kurang mandiri bagaimana, coba dijabarkan? Dia dari muda sudah punya usaha lho. Banyak tingkah? Buktinya mana dulu? Perihal feminim? Ayolah, jangan lihat orang hanya dari penampilan! Dan akademik? Hah, pinter doang kalau gak bisa berjuang di tengah kehidupan malah gak guna, Tante."
Manik Dita beralih menatap Kenan dingin. "Kamu siapa?"
Setelah meyakini jika Dita merendahkan dirinya. Azkia baru berani membuka mulut. "Ya. Saya memang calon istrinya Dokter Azri. Kenapa?" jawab Azkia dagunya terangkat ke atas.
Dita kembali menatap Azkia. "Sudah siap menghadapi Azri? Kamu tahu, dia penyimpan rahasia paling handal. Bahkan setelah kami berpacaran lama, saya belum mengenal dia seutuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]
Любовные романыPernak-pernik kericuhan dokter duda dan anak koasnya! "Saya tidak mau menikahi wanita yang umurnya setara dengan adik perempuan saya." Azri "Semua cowok boleh, asal bukan duda!" Azkia _______________________________ © Ilustrasi gambar by SINANA © C...