Stase 17 (Hai, Mas Ipar)

14K 1K 45
                                    

Azri berdiri di depan hotel menunggu jemputan datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Azri berdiri di depan hotel menunggu jemputan datang. Untuk kedua kalinya pria berstatus duda itu dipaksa menerima jemputan yang ditawarkan padanya. 

Setelah 20 menit menunggu. Azri mulai diserang rasa jenuh. Padahal Azkia bilang jika sudah on the way. Namun mobil putih yang mengajaknya jalan-jalan semalam belum juga muncul.

Azri melihat jam tangan dan memutuskan menunggu di lobi. Namun dari kejauhan, sepasang matanya melihat mobil putih memasuki area hotel. 

Mobil berjenis Van berhenti tepat di depannya. Kaca mobil turun dan ia melihat dua adik Azkia berada di dalam.

"Pagi, Mas Ipar. Hehe. Maap telat, tadi mampir pom bensin dulu," sapa Deffa. Pemuda itu segera turun dan menyeret koper Azri untuk dimasukkan bagasi.

"Masuk, Mas," suruh Daffa.

Azri mengangguk dan membuka pintu mobil bagian depan. Setelah semua berada di dalam mobil. Daffa melajukan kendaraannya. 

"Mas, sudah kenal Mbak Dira sejak kapan?" Interogasi Deffa.

"Sekitar 8 bulan lalu. Awal ketemu di KRL, dan ketemu tiap hari di RS." 

Kedua pemuda seumuran itu mengangguk bersama. "Ndak nyangka. Mbak Dira akhirnya punya pacar," kekeh Deffa.

"Dira beneran gak pernah pacaran?" tanya Azri.

"Ndak pernah, Mas. Ada yang pernah main ke Solo jaman kuliah. Cuma temen kuliah katanya bukan pacar. Namanya Mas Kenan."

Azri menanggapi dengan anggukan kepala. "Padahal Mbak Dira yo ayu, tapi heran aku. Kenapa ndak punya pacar," gumam Deffa.

"Kalau dulu jaman SMA emang masih dilarang pacaran. Kalau sekarang, udah dapet izin sama Abi Umi tapi ya kudu langsung nikah." Deffa terus menjelaskan. Azri hanya diam menyimak.

"Eh, Mas Azri. Kapan main ke rumah bawa orang tua sama ngasih seserahan?" ceplos Deffa yang duduk di jok tengah. Tubuhnya condong ke depan dengan tangan memegang sandaran kursi mobil bagian depan.

Azri meringis bingung. "Saya bukan pacarnya Dira."

"Iya, saya tahu. Calon suami, 'kan?" simpul Deffa. Pemuda bernama Deffa itu memang lebih cerewet atau paling cerewet diantara saudaranya yang lain.

"Bukan juga, Dek Deffa." 

"Lho, seriusan, Mas. Saya kecewa kalau Mas Azri cuma mainin Mbak Dira!" pekik Deffa bersedekap.

Azri menggaruk pangkal hidung yang tidak gatal lalu menjelaskan. "Saya Dokter pembimbing Mbak Dira selama koas aja. Saya ke sini cuma mau mastiin, kalau Mbak Dira masih lanjut koas."

Deffa menarik diri dan bersandar di sandaran kursi. Azri melirik pemuda itu dari spion tengah. Sepertinya Deffa kini benar-benar kesal. "Kalau Mas Azri datang bawa orang tua. Abi Umi mau nerima?" tanya Azri tiba-tiba. Raut wajah Deffa langsung berubah cerah.

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang