Stase 37 (Kesempatan kedua?)

11.2K 723 29
                                    

Benar dugaan Azkia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar dugaan Azkia. Grup WhatsApp keluarga besar pagi ini heboh membicarakan dirinya. Dari pembahasan; belum lulus tapi kok udah mikir nikah? Koas cuma main-main? Niat koas cuma cari jodoh? Hingga prediksi tidak lulus koas diturut sertakan di dalam obrolan. Belum lagi perbandingan dirinya dengan sepupu yang menikah setelah sukses dan tidak menyusahkan orang tua. Bukankah hal itu bukan urusan mereka sama sekali?!

Namun ada kubu lain yang setuju-setuju saja jika dia menikah sebelum lulus koas. Karena mereka pikir; daripada Dira maksiat, 'kan kita gak tahu, di sana mereka ngapain aja?! Yeah, sama saja. Dua kubu dengan pemikiran menjengkelkan. 

Azkia menarik napas dalam. Merasakan keluar masuk oksigen dengan mata terpejam.

Fokus, fokus, fokus. 

Kenan pernah bilang padanya; "semua pilihan yang lo ambil tetep bernilai salah di mata mereka, so, putuskan dan buktikan kalau pilihan lo gak pernah salah!" Oke, Azkia kembali tenang. Toh, tidak setiap hari juga ia bertemu dengan keluarga besarnya. Untuk apa dipikir terlalu dalam hanya takut dibicarakan. Jika lelah mereka akan berhenti membicarakannya.

"Dek Kia, ayo masuk. Ada pasien yang perlu diagnosis," suruh Ezra. Hari ini Azkia sedang ujian sebelum meninggalkan stase pedriatic. Ia harus tetap fokus meskipun Ezra tidak menuntut kesempurnaan dan pasti akan meluluskannya.

Setengah jam memberi pelayanan pasien sebagai ujian. Azkia bisa mencari angin segar sejenak agar perasaan gugupnya berangsur hilang. Ia pergi seorang diri ke taman belakang. Tangannya membawa satu botol susu almond untuk mendinginkan isi kepala.

Setelah sadar jika di tempat itu ia melihat Azri memeluk mantan istri. Azkia lantas membalikkan badan. Dadanya masih sesak mengingat momen yang seharusnya sudah mengubah statusnya menjadi calon istri Azri secara resmi. 

"Mau kemana?" Pria yang ia hindari menghadang langkahnya. Sosok manusia egois yang mampu mengosongkan pikiran hingga semua tentang pria itu memenuhi ruang otaknya. 

Azkia tidak menjawab dan lanjut mencari jalan lain. Cepat-cepat Azri meraih pergelangan tangan gadis itu agar tidak pergi meninggalkannya. "Ngobrol sebentar ya."

"Dokter mau ada gosip diantara kita? Lepas!" 

"Kalau begitu bagus. Saya bisa klarifikasi sekalian, jika kita memang dekat."

Azkia tertawa sumbang. "Dok. Mereka tahunya saya pacar polisi. Dokter mau dituduh perebut pacar orang?"

"Kenapa saya harus mendengar ocehan keliru itu?"

"Sekali-kali Dokter jangan egois dong. Mungkin bagi Dokter itu gak masalah. Bagi saya itu petaka. Lagi-lagi saya yang akan dijadikan bahan pembicaraan orang rumah sakit!"

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang