Stase 15 (Jalan-jalan malam)

13.3K 920 17
                                    

Malam Minggu di kota Solo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam Minggu di kota Solo. Azkia menjemput Azri di hotel menggunakan mobil ayahnya. Azri sudah bilang jika pakai jasa kendaraan online saja dan mereka saling bertemu di lokasi tujuan. Namun Azkia memaksa dengan alasan; sebagai tuan rumah ia harus memberi pelayanan terbaik bagi tamu yang berkunjung.

"Nanti pulangnya saya aja yang nyetir," pinta Azri. Azkia menggeleng sembari fokus memarkir kendaraannya. 

"Jangan, Dok. Dokter Azri juga gak paham daerah sini, 'kan!" kata Azkia tersenyum geli. Padahal Azkia sendiri juga agak lupa dengan wilayah tanah kelahirannya. Sejak lulus SMA ia sudah menghabiskan waktu di Jakarta hingga kini sebagai pencari gelar sarjana kedokteran.

"Kita ke Night Market Ngarsopuro dulu ya, Dok. Lihat-lihat orang jualan sama incip kuliner yang dijual," ujar Azkia mematikan mesin lalu mengambil dan memakai weistbag-nya. 

"Memang kita ada berapa tujuan?" tanya Azri melepas sabuk pengaman.

"Kalau bisa tiga tujuan, Keraton Solo sama Alun-alun Kidul." 

"Kemalaman nanti. Besok juga perjalanan jauh lagi." 

"Lokasi kedua sama ketiga itu berdekatan, Dok, jadi bisa didatangi sekaligus," jelas Azkia.

Keduanya mulai menelusuri jalan setapak yang menyuguhkan pemandangan malam dengan para penjual yang berjejer di bawah tenda. Selain mereka banyak pejalan kaki menghabiskan malam minggu di sana. Azri mulai kewalahan menjajaki setiap barang dagangan yang dijual para pedagang. 

"Mau beli baju batik buat anak Dokter?" tawar Azkia. "Itu lucu, Dok." Azkia menunjuk barisan pakaian anak-anak dengan bahan dasar kain batik. 

Belum menjawab. Azkia sudah mencoba menawar langsung ke ibu pedagang. "Bu. 50ribu dua, ya?" 

"Ndak boleh, Mbak. Harga pas."

"60ribu dua deh," tawarnya lagi. 

"Belum boleh, Mbak."

Azkia menunjukkan raut pura-pura kecewa. "Ya sudah, Bu. Permisi," pamit Azkia hendak pergi manarik lengan Azri. Baru sekali menapak Azkia dipanggil oleh ibu pedagang. 

"Boleh deh, Mbak. 60ribu dua." 

Azkia kegirangan. Ia langsung memilih dua baju dengan model rok di atas lutut. Meskipun belum pernah bertemu Zahra secara langsung. Namun Azkia tahu perkiraan tubuh mungil Zahra dari foto profil yang dipasang di WhatsApp Azri. 

Setelah melakukan transaksi, keduanya melanjutkan perjalanan. 

"Ini, Dok. Buat anak Dokter." Azri meraih kantong kresek hitam dari tangan Azkia.

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang