Stase 26 (Kondangan)

12.4K 851 24
                                    

Azri bersama Nara berada di perjalanan menuju gedung acara pernikahan Meilin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azri bersama Nara berada di perjalanan menuju gedung acara pernikahan Meilin. Jika Azkia mau diajak berangkat bersama, Azri jelas menjemput anak koasnya tanpa mempedulikan cibiran orang-orang. Pria itu sudah tidak mengkhawatirkan bagaimana persepsi orang lain karena mengincar gadis dengan usia yang terpaut jauh lebih muda darinya.

"Kamu sekarang deket sama siapa?" tanya Azri sibuk menyetir. 

Nara yang sedang merapikan tatanan rambutnya menjawab, "Gak ada, males nyari pasti ditolak Ibu," gerutu Nara. Azri mengangguk memikirkan rencananya.

"Masih suka sama cowok berbau militer?" tanya Azri.

Nara menangkap ekspresi berbeda dari pria dengan pakaian jas rapi di sampingnya. "Tetep dong. Ada apa nih? Mau kenalin aku sama TNI AU atau AL?" 

"Polisi mau?" tawar Azri.

Kening Nara lantas mengerut. Gadis dengan kulit cerah itu mengira jika kakaknya hanya bergurau. "Abang punya kenalan? Tumben bahas ini?" 

"Kamu tahu, 'kan. Abang sekarang deketin Kia. Nah, ada cowok lain yang juga deketin dia—"

"Tuh! Tuh! Aku bilang juga apa!" serobot Nara heboh.

Azri berdecak lirih. "Kebiasaan nih, orang lagi ngomong dipotong gitu aja."

"Hehe. Lanjutin kalau gitu, Bang," cengir Nara berubah kalem. 

"Cowok yang deketin Kia itu ganteng, umurnya mungkin 2 tahun lebih tua dari Kia. Berarti cocok juga buat kamu—"

"Abang mau nyuruh aku jadi wanita penggoda!" potong Nara lagi. Mata kecilnya melotot sempurna.

"Ya nggak gitu. Tapi ya bisa dibilang gitu," ujar Azri tidak pasti. Membuat Nara menggeleng payah.

"Emang Abang tahu rupa cowoknya?" 

Azri mencebik seraya mengangguk remeh. "Dari kejauhan doang. Tapi dari penampilan udah ganteng, jelas ganteng, Kia gak mungkin kagum sama cowok biasa." Azri menggeleng yakin.

"Bisa jadi Kia suka dia karena bakat si cowok," pikir Nara berpendapat.

"Ah, gak tahu deh. Yang penting cowok itu gak jadi penghalang Abang gitu lho, Ra," ujar Azri dengan raut gelisah.

Nara terkekeh mendapati ekspresi kakaknya. Ia baru tahu jika Azri bisa bermain licik seperti itu. "Nanti ya, kalau kamu bisa dapetin cowok itu. Abang bantu rayu Ibu buat nerima dia." Azri memberi kepastian.

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang