Hari kedua setelah Azkia melakukan kuretase. Ia diperbolehkan istirahat di rumah. Azri memintanya untuk cuti dan meninggalkan masa koasnya sementara waktu. Setelah perdebatan panjang, Azkia menyetujui permintaan suami.
Selama dirawat di apartemen, Azri melakukan tugas rumah tangga seorang diri. Tadi pagi Nara datang menjenguk dan membantu beberapa kebutuhan rumah tangganya. Siang harinya ganti ibu Azri yang berkunjung, sekedar ingin mengetahui keadaan dan menemani sang anak menantu. Mendapat penjagaan seperti itu, perasaan bersalah Azkia semakin berkurang. Setidaknya keluarga Azri tidak menyalahkan perkara ia yang tidak bisa menjaga sang calon bayi.
"Mas. Adek-adekku jadi ke sini?" tanya Azkia memastikan.
Sebelum pulang dari rumah sakit. Ibu Azkia memaksa ingin menjenguknya di Jakarta. Namun Azkia menolak karena ia tidak ingin orang tuanya wara-wiri diperjalanan. Maka, Deffa dan Daffa lah yang menggantikan keberangkatan orang tuanya.
"Jadi. Katanya sekarang mau otw ke bandara. Mungkin abis Magrib udah nyampek," jelas Azri yang baru pulang dari rumah sakit.
"Dikasih makan apa, Mas? Aku belum bisa masak?!" pikir Azkia. Mendengar kalimat itu Azri tertawa sembari berjalan mendekati istrinya di atas kasur. Tubuhnya masih memakai kemeja panjang dengan bagian lengan digulung.
"Delivery semau mereka bisa, atau minta dibuatin Mbak Arum makanan juga bisa."
"Kalau delivery Deffa bisa-bisa membabi buta Mas. Anak itu suka gak wajar soalnya." Azri tertawa tanpa beban.
"Gak masalah. Jarang-jarang mereka ke sini. Jadi harus diistimewakan."
"Ya udah. Aku beres-beres kamar tamu dulu." Azkia hendak turun dari kasur. Namun Azri melarangnya.
"Mas aja. Kamu istirahat total dulu."
"Alhamdulillah." Azkia tersenyum lega. "Tadi aku sok-sokan aja," kekehnya jail. Keadaan hatinya semakin membaik. Ia mulai menerima kepergian calon anaknya.
Azri berdecak. "Untung istri. Kalau bukan udah Mas lempar ke mulut ikan paus."
"Enak dong. Ketemu Nabi Yunus."
"Hih~" Azri mencubit pipi istrinya geram. "Istri Mas gemesin gini. Gimana ceritanya Mas tega duain."
Mengingat itu Azkia menggembungkan pipi. "Biya cantik banget gitu Mas gak tergoda?" pikir Azkia.
"Tergoda kalau dia lepas baju."
"Ih, aku serius tanya!" pekik Azkia alisnya menukik tajam.
"Jadiin kamu istri aja Mas mikir berulangkali. Apalagi dia yang lebih muda dari kamu. Ngurus kamu aja Mas repot. Apalagi ngurus dua orang."
Azkia menunduk memikirkan kegelisahannya. "Mas. Misal aku susah punya anak. Mas bakal ninggalin aku gak?"
Tidak ada ekspresi terkejut saat Azkia mengutarakan kecemasannya. Sebisa mungkin, Azri tidak akan membiarkan Azkia mengetahui PCOS yang ia alami. "Sayang. Rumah tangga bukan cuma perkara nerusin keturunan. Mas menikahi Dira bukan cuma ingin berkembang biak. Mas bakal di samping Dira apa pun yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]
RomancePernak-pernik kericuhan dokter duda dan anak koasnya! "Saya tidak mau menikahi wanita yang umurnya setara dengan adik perempuan saya." Azri "Semua cowok boleh, asal bukan duda!" Azkia _______________________________ © Ilustrasi gambar by SINANA © C...