Stase 28 (Lampu hijau)

11.1K 820 32
                                    

Sabtu malam minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu malam minggu. Pukul 7 malam akan menjadi momen penting bagi Azkia. Pengalaman kali pertama baginya menghabiskan waktu untuk makan malam bersama keluarga dari pria yang bahkan belum lama ia kenal.

Ibu Azri juga sangat ramah menyambut Azkia. Tidak bersikap seperti tuan rumah. Malah ia dianggap anak sendiri.

"Tinggal setahun lagi ya, trus lulus koas?" tanya ibu Azri.

"Iya, Tante."

"Tapi Ibu pengen lihat Azri cepet-cepet nikah, gimana Kia?"

Azkia lantas mematung. Gadis berpakaian tunik polos itu mengira, jika mereka hanya membahas obrolan basa-basi dan melakukan transaksi atau membahas produk jualannya saja. Namun ternyata ranah percakapan sudah sampai ke hal serius.

"Maaf, Tante. Kia masih belum bilang Abi," jawab Azkia. Peluh di tengkuknya keluar tiba-tiba. Kenapa rasanya mendadak panas? Padahal rumah itu ber-AC. Apa karena dia memakai pakaian berbahan tebal? Ah, tidak. Ini pasti karena tema obrolan.

"Abang gimana sih. Masak belum ngomong serius ke Ayah-nya Kia?" cerca sang ibu pada anak pertamanya.

"Azkia-nya yang belum siap, Buk. Dia belum sepenuhnya manteb ke Abang," jawab pria dengan pakaian semi formal itu.

Nara yang duduk dihadapan Azri pun menyahut. "Kalau orang tua Kia mau nerima Bang Azri. Kia mau jadi keluarga kami?" tanya Nara menatap Azkia.

Azkia mengatupkan bibir rapat. Tatapannya berpindah fokus saat tiga pasang mata menunggu jawabannya.

"Diskusi dulu mungkin, Kak. Baiknya gimana," ujar Azkia meringis menunjukkan rentetan giginya yang rapi.

"Abi masih kerja, belum pensiun?" tanya ibu Azri.

"Alhamdulillah masih."

"Punya usaha sendiri di rumah? Atau gimana?" Ibu Azri terus bertanya. Benar-benar seperti calon ibu mertua.

"Abi kerja di dinas perdagangan, Tante."

"Oh PNS?" simpul wanita berusia 60 tahun itu.

"Enak dong. Nanti kalau Kia mau buka usaha ngurus perizinannya gampang," sahut Nara antusias. Azkia hanya tersenyum menanggapi.

"Kalau Umi?" tanya ibu Azri melanjutkan introgasi.

"Ibu ngurus koperasi simpan pinjam. Tapi bunganya ringan kok Tante gak sampek riba, jauh di bawah bank besar pada umumnya. Karena dulu Abi niat bikin usaha itu buat bantu para usahawan mikro," jelas Azkia. Semua yang ada di sana kompak tertawa.

𝐑𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢; Dokter Duda vs Anak Koas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang