Boy's x Gril's

3.9K 209 0
                                    


"Al! Gimana Ira gimana?" tanya Adi yang baru sampai.

Tampak raut wajah Adi memang sangat panik. Dia pucat memikirkam keadaan Istri dan anak anaknya itu. Bahkan dia sampai tak sempat melepaskan Topi Baret yang ia kenakan.

"mbak Ira masih di periksa di dalam.." jawab Alia lemas.

"kamu bikin Mas khawatir tau! Jaga kakak kamu gitu aja gabisa kamu!" bentak Adi pada adiknya itu.

"Mas! Aku juga panik! Aku juga khawatir! Aku gatau kejadiaannya kaya gini!" Alia balik membentak kakak nya setelahnya Alia terdiam menatap Adi di depannya dengan tatapan sayu.

"Mas bentak Alia... Alia takut mas.." perlahan Alia menunduk. Meneteskam air mata yang seharusnya tak tumpah.

"mas minta maaf Al.. Mas kelepasan" Adi langsung memeluk adiknya yang kini menangis karna nya.

Adi seharusnya tak seperti itu tadi. Dia melukai perasaan adiknya yang memang tak tau apapun. Dengan perasaan bersalah Adi menghapus air mata adiknya.

Sudah hampir 15 menit Adi dan Alia menunggu diluar UGD. Tapi dokter belum juga keluar dari ruangan itu. Semakin lama penanganan, semakin panik perasaan Adi saat ini.

Kreek

Mendengar suara pintu terbuka Adi dan Alia langsung berdiri dan mendapati seorang perawat yang keluar.

"keluarga nyonya Dhamira?" tanya perawat itu.

"ya saya suaminya"

"saya adiknya"

"baik mas dan mbak nya boleh masuk.. Di dalam ditunggu oleh dokter shiren.. Saya permisi" perawat itu meninggalkan Adi dan Alia yang langsung masuk kedalam ruangan UGD.

Sedikit berlari, Adi menghampiri istrinya yang kini terbaring dengan infusan di tangannya. Alia pun sama, dia tampak semakin khawatir melihat kakaknya terbaring dengan infusan di tangan kanannya.

Dengan perasaan khawatir perlahan Adi membungkukan badannya untuk menyeratakan posisinya dengan istrinya. Adi mencium pucuk kepala istrinya sebagai tanda bahwa ia khawatir dengan kondisi istri dan anak anaknya.

"suami Dhamira?" tanya dokter shiren yang juga teman Ira.

Adi mengangguk dan menghampiri Dokter Shiren. "gimana kondisi Ira dan anak anaknya?" tanya Adi.

"Alhamdulillah Ira dan calon bayi nya tidak apa apa... Hanya saat ini Ira masih syok karna dia ada flek tadi, beruntung Ira sampai disini tepat waktu jadi bisa langsung di beri tindakan dan itu masih ringan.

Untuk kedepannya diminta sebaiknya Ira sudah berhenti beraktifitas. Karna usia kandungannya yang sudah mulai berat. Bagi ibu hamil lain mungkin tak apa, tapi untuk Ira ini berat karna ia mengandung 2 janin." jelas Dokter Shiren.

"Alhamdulillah.. Baik nanti saya beri tau Ira untuk mulai berhenti bekerja" sahut Adi dengan senyum yang mengembang kini.

"hasil USG tadi akan keluar sekitar satu atau setengah jam lagi mohon ditunggu sembari saya menyiapkan ruang rawat inap untuk Ira" ucap Dokter Shiren

"saya minta ruang kelas 1" jawab Adi

Setelahnya Dokter Shiren berpamitan. Tak lama dari itu, ada beberapa perawat yang membawa Ira keluar dari UGD untuk di pindahkan keruang rawat inap.

***

"ruang mawar nomer 85" ucap Alia menelfon seseorang.

Ya memang saat ini Alia dan Adi sedang berada di ruang rawar inap. Menunggu Ira siuman dan menunggu keluarga Ira datang.

"siapa?" tanya Adi yang sejak tadi duduk di samping bansal Ira.

"David"

Adi hanya menanggapi dengan anggukan kepala nya. Masih dengan posisi yang sama Adi mengelus pelan perut Ira yang berisikan anak hasil buah cinta nya saat itu. Adi juga terus berfikir apa kelamin kedua bayi nya itu.

"assalamualaikum... Ya allah kakak.." ucap mertua Adi yaitu mama dari ira.

Adi menyalami ibu mertuanya yang tampak khawatir itu. Sesegera mungkin Ariska wanita yang biasa di panggil mama itu mendekat kearah bansal anak perempuannya.

Kini Ariska tampak khawatir dengan keadaan kedua cucu nya. Di samping itu, Alia kini terduduk bersandar pada David. Alia menenagkan diri di dekat laki laki yang dia sukai itu. Sedangkan Adi sibuk menjelaskan kepada papa mertua nya yang bernama Haryadi.

"eungh.." lenguhan yang di dengar Adi dan membuatnya mendekat kearah bansal.

Adi melihat istrinya perlahan membuka matanya. Adi memegang tangan kiri Ira mencium nya dan tangan kanannya mengelus pucuk kepala Ira dengan lembut.


"M-mas Adi.. Mama" lirih Ira perlahan air mata nya menetes. Ia masih teringat hal tadi.

"dek.. Jangan nangis sayang, gapapa gapapa ya jangan nangis" ucap Adi menenagkan.

"aku minta maaf Mas.. Harusnya itu ga terjadi. Harusnya aku bisa hati hati. Kita hampir kehilangan anak kita karna aku mas. Aku terima kalo mas mau marah sama aku" Ira menangis menggenggam erat tangan Adi.

Ia kecewa dan ia menyesal dengan dirinya sendiri. Bahkan dia merutuki dirinya sebagai calon ibu yang tak pantas di sebut "Ibu".

"tenang.. Kamu harus tenang jangan stress, denger mas ya kita ga gagal. Kamu ga salah siapapun gada yang salah. Jangan salahin diri kamu sendiri Ira" ucap Adi tulus pada Ira yang kini masih menangis.


"kak.. Ini cobaan jangan beratkan fikiran kakak dengan hal ini, ini teguran kak" ucap Ariska.


"anak kita sehat, anak kita masih dua sayang, ini cuma teguran dari Allah supaya kamu mulai cuti dari pekerjaan. Kamu fokus sama kehamilan kamu, kamu fokus urus keluarga kamu.

Mas ga marah, Allah masih beri anugrah ini buat kita. Allah masih kasih amanah ini sama kita, kita jaga sama sama ya. Kamu jangan stress jangan banyak fikiran itu ganggu kandungan kamu dek" jelas Adi panjang lebar.


Adi menyeka air mata Ira dan mencium pucuk kepalanya. Dilihatnya kini Ira mulai tenang dan sudah berhenti menangis. Tangan Ira masih tetap menggenggam tangan Adi dengan kuat. Ia merasa seperti mendapat dorongan yang lebih kuat lagi.


"permisi selamat siang.. Maaf menggangu" ucap Dokter Shiren masuk keruangan membawa sebuah amplop.


"ya dokter.." sahut Ariska.

"alhamdulillah Ira sudah sadar.. Jangan stress ya, detak jantung nya harus normal supaya bayi yang dalam kandungan ga kaget juga.

Seperti yang saya bilang tadi, ini hasil USG pagi tadi. Hasilnya baik, hanya tadi sedikit lemah karna Ira syok. Dan baiknya lagi jenis kelamin bayi yang di kandung Ira itu couple nih, laki laki dan perempuan. Laki laki di sebelah kiri dan perempuan di sebelah kanan" Shiren membuka hasil USG tadi dan menerangkan kepada Ira dan Adi.


Perlahan senyum Adi dan Ira mengembang setelah melihat hasil itu. Bahkan Ira terharu dengan hasilnya.


Author POV off

*****

"alhamdulillah ya allah.. Anak kita mas.." ucap ku sangat bahagia ketika Shiren membacakan hasil USG tadi.

Meski aku benar benar merasa seperti tak pantas untuk menjadi seorang ibu. Tapi berkat Mas Adi dan hasil ini, saat ini aku merasa bahwa ini teguran dari Allah untuk aku fokus dengan kehamilan ku.


"alhamdulillah cucu perempuan pertama papa.." ucap papa yang juga berada disini.


"waah 7 bulanan rujak nya 2 bakul ni.." celetuk mama disambut tawaan oleh kita semua.




"jangan pernah merutuki dirimu sendiri hanya karna kesalahan yang kau perbuat, tapi cobalah pelajari hikmah dibalik kesalahan itu dan teruslah belajar menjadi lebih baik lagi"

-Dhamira Azilla-




Awas typooo

Perwira Pelautku {Extra Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang