Malam hari, setelah banyak sekali wejangan dari Dea. Belum lagi wejangan dari Mama dan Papa yang sore tadi aku sempat bercerita pada mereka.
Oh ayolah, aku sangat salah saat ini. Bahkan papa sampai bilang kalau Mas Adi memiliki aura yang beda. Ia bukan Tegas tapi Emosional. Tak ada senyuman hari ini, hanya raut wajah marah.
Dia diam dirumah, justru marah diluar. Suami ku, hanya Suamiku yang bersikap seperti itu. Sungguh, hanya dia satu satunya didunia ini.
"taro di mana mbak?" ucap Alia yang saat ini membantuku membereskan area lapangan belakang rumah yang akan kuubah menjadi tempat dinner romantis.
"di pinggir sana.. Biar lega" Alia menurut. Ia menaruh panggangan BBQ itu di taman kecil pinggir lapangan Basket.
Disini juga ada David, tadi dia ikut bersamaku. Dan nanti malam akan jadi makan malam keluarga besar. Aku mengundang Papa Mama dan juga Mas Davin dan Mbak Stella.
Sebelum sampai dirumah juga aku mampir Superindo untuk belanja keperluan malam ini.
Mas Adi? Dia sudah izin tadi akan pulang terlambat untuk menunggu kapal datang. Jadi aku tidak terlalu terburu buru untuk menyelesaikan semua ini.
"Kak.. Kalo David udah punya istri sih nanti David pengennya bukan istri kaya kakak.. Ga peka" ucap David frontal sambil membenahi alat panggangan.
Aku mendelik kearahnya yang hanya tertawa. "doain orang terdzolimi itu gabaik ntar doanya malah balik ke diri sendiri, mau?" sewotku padanya.
Masih kecil udah sok tau. Huh, kalo sampe istrinya lebih parah dari aku, mungkin aku akan tertawa paling kencang. Hahaha
Ting..
Ayah❤
Aku pulang sekarangAku membuka ponselku. Menatap satu pesan yang ku tunggu sejak tadi. Sudah ingin pulang rupanya. Ah iya, semuanya juga sudah siap.
*****
ADI POV
"Arrrghhh" teriak ku kencang saat berada di dermaga kecil pelabuhan ini.
Bisa bisanya seharian ini aku bersikap Emosional kepada siapapun. Bahkan beberapa Sertu dan Serda ada yang kena semprot tadi.
"pulang deh trus istirahat" gumamku. Setelahnya aku mengabari Ira, mengatakan bahwa aku akan pulang.
Mau tidak mau dalam masalah ini aku harus mengalah. Ira tak sepenuhnya salah, tak apa harga diriku rendah atas istriku. Asal ia tak pergi meninggalkanku.
Arsyi Arsya, harapan Ayah semoga kalian dapat pasangan hidup yang lebih baik dari Ayah dan Bunda.
Pukul 20.05 aku bersiap untuk pulang. Berbenah diri dan istirahat. Hanya itu yang aku inginkan sekarang. Gimana keadaan dirumah nanti biar jadi rahasia nanti.
Aku menaiki motor yang sudah sejak lama aku sayangi. Hampir 5 tahun menemaniku. Sudah jadi keluarga. Walaupun hanya motor, tapi ini pemberian Ayah.
"laper, Tapi...." gumamku kala mencium aroma asap sate yang sedang di bakar.
Entah, firasatku memintaku untuk pulang kerumah dengan cepat. Baiklah, makan dirumah aja kalo gitu.
***
Sekitar 20 menit aku sampai dirumah. Didepan, mobil Ira tidak ada. Mungkin sudah terparkir di dal garasi.
Aku mengetuk pintu rumah, tak ada jawaban. Pelan pelan ku dorong pintu itu kedalam. Sepi. Sepi kaya gada penghuni.
"assalamualaikum" ucapku celingak celinguk mencari seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Pelautku {Extra Part}
Fanfiction"Jika kalian memandang menjadi istri seorang prajurit adalah suatu kesenangan karna terjamin, kalian salah karna suka duka hidup bersama prajurit itu berat" "Perwira bukan hanya mencintai wanita tapi dia mencintai negaranya, dia rela berkorban nyaw...