cucu pertama Alamsyah fams

4.6K 203 1
                                    

"alhamdulillah kak.. Selamat atas lahirnya putra putri kakak dan Mas Adi, David punya ponakan lagi" ucap david yang baru datang.

"cucu perempuan pertama di keluarga Arbianto" ucap papa ku

"cucu perempuan pertama di keluarga alamsyah juga pak" sahut mertua ku tak mau kalah.

Gelak tawa terdengar dirungan ini. Sekarang tugas ku bertambah, dari yang hanya mengurus suami dan keperluan rumah kini bertambah mengurus anak anak ku.

Mas Adi terduduk disamping bansal ku. Dia masih setia mengelus pucuk kepalaku, aku tau dia pasti tadi merasa sangat khawatir padaku. Bahkan sampai dia mengeluarkan semua jurus dzikirnya untukku.

Kulihat tangan kirinya tadi ada bekas bercak darah. Aku tak tau kenapa, atau dia memegang ali ali anaknya? Ah sepertinya tidak.

"ayah.. Liat tangan kirinya" ucapku

"hm? Kenapa" dia menyerahkan tangan kirinya dan kulihat ada bekas luka berbentuk kuku.

Aku mengira ngira panjang kuku ku. "kuku bunda ga sepanjang itu" ucapku

"ya emang... Tapi kan bunda cengkramnya kuat banget.. Ayah ga ngerasa kalo luka tau tau darahnya ngalir"

"sakit yah?"

"ngga... Gapapa gapapa bunda lebih sakit dari ayah"

"ayah tadi waktu ayah dateng itu kayanya ayah cape.. Ayah juga ngos-ngosan kringetan ken-"

"ayah tadi lari dari prempatan lampu merah 300 meter dari sini.. Soalnya macet ada truck masuk pabrik"

"ayah sadar ga kalo dari tadi topi pet ayah ga dilepas.." ucap ku melepaskan topi petnya

Mas Adi tertawa pelan saat ia menyadari hal itu. dia lalu mengelus lembut pucuk kepalaku dan kami tertawa bersama saat itu.

Ceklek

"permisi ibu Dhamira dan pak Adi" ucap suster yang pertama masuk keruangan, disusul suster satu lagi mendorong bansal bayi kami.

"ya" sahut Mas Adi

"saat ini kedua bayi sudah boleh diberi asi untuk pertama kali"

"bund asi nya udah keluar emang?" tanya Mas Adi sedikit berbisik

"mungkin udah.. Sini sus yang perempuan dulu"

Suster itu membawakan Arsy kepangkuan ku. Bayi perempuan yang di dambakan Mas Adi kini ada dipelukan ku. Mas Adi menggendong Arsya, Bayi laki laki yang tampan seperti dirinya.


"kalo udah besar mereka jadi apa ya Bund.." ucap Mas Adi

"jangan terlalu mengekang mereka ayah.. Berharap yang terbaik aja ya siapa tau Kakak jadi dokter, Abang jadi Tentara kan"

"ciap bunda nanti abang jadi tentala" sahut Mas Adi dengan suara seperti anak kecil.

*****

"kondisi Ibu Ira sudah membaik dan sudah di persilahkan pulang besok pagi.. Nanti saya buatkan resep untuk pemulihan dan Ibu Ira diharap untuk memperpanjang cuti kerja dan tidak boleh bekerja terlalu keras kurang lebih satu atau dua bulan, pemulihan pasca persalinan" ucap Dokter yang saat ini mengecek kondisi ku.

"terimakasih dok.." ucap ku dan Mas Adi

"jadi mau dimana? Dirumah mama atau dirumah sendiri?" tawar mama

"kalo dirumah mama kan kamar bawah udah di pake, lagian ada ayah sama ibu juga... Dirumah sendiri aja ya mas.." sahut ku dibalas anggukan oleh Mas Adi.

"papa gabisa liat cucu papa setiap hari nih" basa basi papa

Seketika diruangan ini ramai suara tawaan. Ayah ibu, papa dan mama serta adik adik ku berkumpul disini. Menengok keluarga baru mereka.

Sekarang identitas ku tidak hanya seorang Jalasenastri yang mengurus Perwiranya, tapi aku juga seorang Ibu dari anak anak Perwira. Rasa bangga yang aku rasakan saat ini, berhasil menjadi istri yang sempurna untuk seorang prajurit negara.

Ku harap suatu saat anak anak ku kelak menjadi penerus keluarga yang baik dan bijak. Aku tak berharap mereka menjadi Tentara atau Dokter seperti kedua orang tuanya, yang ku harapkan apapun yang mereka pilih itulah yang berguna bagi nusa bangsa dan dirinya sendiri.

"assalamualaikum.. Waaaaa iraaa!!!" siapa lagi kalau bukan sahabat ku Dhea "om tante.." dia menyalami dua orang tua ku dan lanjut menghampiri ku.

Sekarang dia juga tak sendiri. Dia sudah menikah hampir satu tahun dan sedang mengandung 29 minggu.

"akhirnya lo kasih ponakan juga buat gue!" histerisnya sambil memeluk ku.

"lo juga bentar lagi kasih ponakan buat gue.. Kembar ga nih?" alibi ku

"pengennya sih cuma request nya gadikasih hehehe belum rezeki aja.. Eh gimana gimana rasanya persalinan anak kembar?"

"sama aja kaya anak tunggal cuma bedanya ini dua kali merasakan"

"bentar lagi gue.. Kabarnya anak gue laki laki tar kita bisa jo-"

"jodohin? Gada jodoh jodohan" sahut datar Mas Adi

"yeee kalo anaknya mau gimana?" lawan Dhea

"gada sejarahnya Laki laki sama perempuan tua an perempuan" ucap Rendra suaminya sendiri

"ko ikut ikutan sih mas.."

Gelak tawa ku terdengar lagi kali ini melihat Dhea dan Rendra yang ribut didepan ku dan Mas Adi. Setidaknya aku merasa bahwa sahabatku ini masih peduli dengan ku.

Della dan Velda juga sahabatku. Tapi mereka pindah ke luar kota ikut suami mereka masing masing, tak apa yang penting aku sudah mengabari Della dan Velda.

*****

Malam ini Mas Adi menemaniku di rumah sakit. Sedangkan Ayah dan Ibu pulang untuk menyiapkan kamar kami nanti. Rencananya kamar kami sememtara akan pindah di kamar bawah untuk itu barang barang nya di pindahkan.

Aku melihat Mas Adi tertidur pulas di sofa ruangan ini. Sepertinya dia lelah. Dan entah kenapa setelah kehadira dua buah cinta kami, aku jadi merasa memiliki rasa Cinta yang semakin besar kepada Mas Adi. Atau karna anak anak kami atau karna yang lain aku tak tau yang pasti aku sangat Mencintai dia.







Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang orang tersayang tersenyum tanpa beban.

-Dhamira-




Perwira Pelautku {Extra Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang