5 bulan

3K 173 4
                                    


5 bulan setelah anak kami lahir, Arsyi dan Arsya tumbuh menjadi anak anak yang sehat dan semakin pintar. Aku yang kerepotan di bulan awal mengurus mereka kini sudah terbiasa.

Mas Adi juga turut serta dalam mengurus anak anak kami. Ya, dia mencintai anak perempuannya melebihi rasa cintanya pada ku dan Arsya. Setiap sebelum berangkat dines, Mas Adi selalu menyempatkan waktu untuk menyapa anak anaknya.

Bahkan diwaktu subuh, kadang dia sudah membangunkan anak anaknya untuk ikut sholat subuh. Padahal anak anaknya baru terlelap tidur sekalipun.

Pagi ini Mas Adi libur dines, rencananya kami ingin jalan jalan pagi bersama si kembar. Siapa lagi kalau bukan Ayahnya yang punya ide. Emang sehabis punya anak tuh laki laki suka jadi cute tiba tiba.

"Ayah... Bangun yah, katanya mau jalan jalan pagi" ucapku yang saat ini melihat Suami ku tidur lagi setelah ia sholat subuh dimasjid. Bahkan ia masih mengenakan sarung dan baju koko nya.

"Ayah..." aku mendekat kearah tempat tidur.

Terlihat wajah sayu nya yang kini tengah terpejam. Ia tampan, sangat tampan dan apalagi sekarang dia udah jadi 'Bapak Bapak'. Udah cocok lah ya dipanggil Bapaknya Arsyi.

"Mas.. Ayo bangun ih, udah jam 7 ni jadi ga?" lagi lagi dia tak menjawab dan masih tertidur pulas "ga bangun aku cubit ya" perlahan ia membuka matanya.

Dia mengerjap seperti orang ketakutan. Tampangnya seperti tak mau sesuatu terjadi. Ya dia gamau ngerasain cubitan ku lah apalagi hahaha.

"apa?" ucapnya sambil sesekali mengusap wajahnya

Aku mengelus kepalanya yang kini berada diatas paha ku. Dia sangat manja memang kalau saat bangun tidur seperti ini, makannya aku sering kewalahan saat pagi hari.

"jadi jalan jalan pagi sama anak anak?" jelasku singkat sambil memainkan pipinya.

"jadi" ucapnya seraya meraba perutku. Ia sengaja mendesal perutku dengan wajahnya dan sedikit mengangkat baju ku.

"mas.. Masih pagi, malu sama anak anak" aku terus berusaha menyingkirkan kepalanya tapi justru dia malah memeluk pinggangku secara 'Possessive'

"keburu siang mas... Ada giat Jalasenastri nanti" Mas Adi menggigit perutku cukup kuat dan setelah nya ia beranjak bangun untuk mengganti pakaiannya.

Aku tau dia ingin apa jika seperti itu. Memang sejak melahirkan aku tak pernah memberikan itu karna sibuk dengan anak anak kami.

Aku beranjak keluar kamar dan pergi ke kamar Arsyi Arsya. Mereka sudah rapi karna sudah habis mandi sibantu Aunti Alia. Jangan salah, Alia lihai mengurus keponakannya.

"Bunda jaket Ayah mana" ucap Mas Adi dari kamar dan sedikit berteriak.

Aku kembali lagi ke kamar kami dan melihat Mas Adi belum juga memakai pakaian santainya. Dia masih berbalut kaos dan celana pendek yang biasa ia kenakan.

"kan jaket di lemari tengah.. Ga ada emang?" ku carikan jaket itu dilemari tengah yang berisikan seragam seragamnya yang tergantung rapi.

Aku terkesiap saat Mas Adi tiba tiba memeluk pinggangku dari belakang. Saat aku melirik kearah pintu, entah sejak kapan pintu itu sudah tertutup.

"M-mas.." ucap ku gugup saat ia menyingkirkan rambutku dan dapat ku rasakan hembusan nafasnya di leherku.

Mas Adi tak menjawab dan masih di posisi seperti tadi. Mungkin sebentar lagi dia akan menggigit leherku layaknya drakula yang lapar darah.

"Anak anak nungguin kamu.. Kakak sama Abang udah rapi, ayo" alibi ku agar dia tak melihat pipi ku yang saat ini seperti kepiting rebus.

Lagi lagi Mas Adi tak menjawab. Ia hanya terdiam dan menikmati leher ku.

"sekarang kita ajak anak anak dulu.. Trus siang nanti Giat Jalasenastri.. Malamnya A-aku" aku melepas pelukannya dan berjalan kearah pintu. "Aku punya kamu"

Dapat kulihat Mas Adi tersenyum atas perkataanku tadi. Sesegera mungkin aku pergi meninggalkan kamar sebelum wajahku ini seperti bunga mawar.

Aku merapikan bawaan Arsyi dan Arsya. Membawa tas kecil saja untuk perlengkapan kecil mereka. Itupun nanti yang menenteng tas nya ya Mas Adi lah.

***

"Ayah gendong Abang sini bund" terdengar suara Mas Adi memasuki kamar anak anak ketika aku baru saja ingin menggendong Arsya.

"yaudah Bunda gendong kakak" ucap ku

Kami memakai gendongan depan, jadi tak perlu memegangi Arsya dan Arsyi. Cukup di pasang pengaman yang kencang dan mereka sudah aman digendongan kami.

"sini biar Alia bawain tasnya mbak.." aku menyerahkan tas kecil milik Arsya dan Arsyi.

Setelahnya kita pergi ke taman perumaha untuk sekedar jalan jalan pagi. Sudah beberapa kali aku dan Mas Adi mengajak anak anak pergi keluar, jadi bukan hal asing lagi bagi Arsya dan Arsyi ditempat keramaian seperti ini.

Kami juga bertemu beberapa tetangga dekat rumah, mereka menyapa kami juga menyapa Arsya dan Arsyi. Saat ini perhatian semua orang lebih tertuju pada Arsya dan Arsyi ketimbang aku dan Mas Adi.


"bund" panggil suamiku.

"apa yah" sahutku yang sibuk dengan Arsyi.

"ayah mau..." aku mirik Mas Adi yang sedang melihat lihat sekitar.

"beli aja yah.. Bunda sama kakak tunggu sini, ayah mau apa sana cari aja" ku lihat Mas Adi pergi bersama Arsya. Tak mau ganggu akhirnya aku duduk dibangku taman bersama Alia dan Arsyi.

Adi POV

"Kerak telor 2 bang" pesan ku pada penjual kerak telor kesukaan ku.

Aku menunggu bersama Arsya. Anak laki laki ku yang nenurutku dia tampan seperti ku. Ya selalu tampan mestinya hahaha.

Saat ini aku dan Arsya sedang berkeliling mencari cari makanan. Tadi Istriku mengizinkan, yasudah aku membeli apa yang aku inginkan.

Setelah aku membeli kerak telor, lanjut aku membeli beberapa makanan lain. Seperti Nasi Bakar dan Siomay.

Tapi ada sesuatu yang kulihat disebelah penjual Siomay tadi. Penjual Barang Barang antik. Dan aku teringat soal... Mensiv 1 tahun kita yang sudah terlewat sebulan lalu.

"pak.. Barang barang antik ini ada tokonya atau hanya dijual seperti ini?" tanya ku pada penjual itu.

"ada tokonya pak.. Bapak bisa kesana kalau ingin melihat lebih banyak, disini saya menjual sampel aja dan nanti memberikan kartu nama" sahutnya.

"saya boleh minta kartu namanya? Nanti saya akan berkunjung ke tokonya"

"boleh pak" ia memberi selembar kertas berukuran kecil dan disana aku melihat alamatnya. Dekat tanjung priok ternyata.

"terimakasih pak.. Nanti saya berkunjung kesana"

"baik pak"


Kali ini aku akan memberikan hadiah antik untuk Ira. Pasti dia menyukainya karna selama ini dia tak punya koleksi barang antik. Hanya beberapa barang barang antik milik ayahku dirumah.

Aku menghampiri Ira dan Alia yang duduk di bangku taman dan terlihat mereka sehabis membeli minuman dan makanan lain.

"Bundaaa" panggilku antusias mendekati mereka

Ira seketika melotot kearahku melihat plastik yang aku bawa "Ayah.. Itu banyak banget siapa yang makan? Seisi taman ini ayah beli gitu?" protesnya.

"ayah yang makan nanti... Pulang yuk, udah siang ni kasian Kakak sama Abang kepanasan nanti item kaya ayah" Ira hanya mendengus sebal mendengar perkataanku.

Dia saja yang lupa kalau aku suka ngemil.

Adi POV Off




Im sorry for slow update

Perwira Pelautku {Extra Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang