salah

2.4K 155 1
                                    

Setelah magrib, aku dan Mas Adi disibukkan dengan peralatan yang akan dibawa Arsyi dan Arsya. Mereka sejak Magrib tadi sudah bangun dari tidurnya dan bahkan mereka ikut sholat Maghrib bersama.

Dan setelah semuanya beres, Mas Adi lalu menyiapkan mobil. Sengaja tak mengajak Alia, karna Mas Adi bilang dia ingin Me Time dengan keluarga kecilnya. Lagi alay hehehe.

"Abang mau nyetir sama Ayah?" tanya Mas Adi pada Arsya yang kini dipangku untuk duduk di kursi kemudi.

"sini Abang.." ucap ku hendak meraih Arsya tapi ditahan oleh Mas Adi.

"Abang nemenin ayah nyetir.. Bunda duduk di belakang, kursinya abang taro di kursi depan aja" ucapnya yang ku balas dengan tatapan datar.

Aku langsung menuruti permintaannya dan memindahkan kursi bayi ke kursi depan. Mas Adi meletakkan Arsya disana. Dan aku? Duduk dibelakang sama Arsyi. Emang, ga adil dia tuh.

Setelahnya kami bergegas berangkat sebelum akhirnya makan malam di Korean Cafe. Emang nyidam atau lagi pengen banget atau gimana ya dia tuh, kalo punya keinginan harus dituruti.

***

"ummm ga Ayah aja yang di urut Bun?" tanya Mas Adi begitu kita sampai di rumah dukun bayi.

"Ayah nanti Bunda yang pijitin.. Sampe ke sana sana juga bunda pijitin" Mas Adi menatapku serius. Aku pun terkejut atas apa yang aku ucapkan.

Aku hanya membalas cengiran padanya dan langsung pergi dari hadapannya. Beneran dia paham soal yang ku ucapkan tadi?

Sampai di dalam rumah dukun bayi, Mas Adi malah mengajak Arsya kemana mana. Biasanya yang takut diurut itu anak anak, tapi kenapa ini bapaknya yang udah sepuh?

"Mas... Arsya nya" panggil ku pada Mas Adi yang kini sibuk mengalihkan Arsya.

"nanti aja dek... Arsyi dulu" sahutnya enteng.

"Arsyi udah Mas.. Sin- ohh atau nanti gajadi ke Korean Cafe?" smirk. Aku tau ancaman itu berhasil. Dan benar saja, ia langsung memberikan Arsya padaku.

Dukun itu melepas sebagian baju Arsya. Mas Adi tampak sewot, padahal Arsyi juga gitu tadi. Dia aja ga liat.

"Bu jangan di buka nanti anak saya masuk angin" ucapnya. Aku hanya diam memperhatikan tingkahnya.

"gapapa ko pak.. Cuma sebentar" oke kali ini Mas Adi diam mendengarkan perkataan dukun itu.

Tapi jika dia sudah melihat Arsya menangis? Dukun itu memijat mijat Arsya yang mungkin baginya kasar? Tak bisa di bayangkan.

"ini disini capeknya" ucap dukun itu memijat bagian punggung Arsya yang membuat...

Arsya menangis sejadi jadinya.
Reaksi bapaknya?

"eh Bu udah Bu udah.. Kasian anak saya.. Udah Bu urut saya aja" ucapnya begitu panik melihat Arsya yang menangis kencang.

"belum pak.."

"Mas diem aja ga kenapa napa" ucapku menenangkannya. Heran, udah sepuh masih aja takut liat anaknya diurut.

"Bu jangan jadi Psikopat.. Saya Tentara loh bu" tutur ngawurnya lagi setelah melihat kaki Arsya yang di tekuk tekuk oleh Dukun itu.

"eehh aduh Bu udah udah.. Sakit itu bu"

"Bu jangan digituin Bu bahaya itu Bu"

Sampai aku lelah mendengar ucapan ngawurnya. Aku mendekatkan tangan ku kearah perut nya tanpa dia tau. Satu cubitan kurasa cukup.

"ah sakit sakit" rintihnya saat aku mencubit perutnya

Aku benar benar kesal. Sangat kesal. Gabisa dia gitu terus. Anaknya cuma diurut bukan mau di mutilasi. Gausah heboh.

Ya Allah gusti.

"kita jadi ke Korean Cafe kan?" ucap Mas Adi ketika Arsya sudah selesai diurut dan kini kita sudah di dalam mobil.

"Pulang" ucapku singkat. Aku benar benar kesal. Sikap Mas Adi yang seperti anak anak.

"loh?" tanya nya heran

"makan dirumah" entah kenapa kurasa laju mobil ini semakin kencang setelah aku mengucapkan itu.

***

Setelah sampai dirumah, Mas Adi menggendong Arsya dan Arsyi yang tengah tertidur secara bersamaan. Tapi untungnya dia tak membangunkan keduanya atau salah satunya.

Entah, dia jutek sejak tadi atau mungkin karna lapar. Aku merapikan barang bawaan kami dan langsung masuk kedalam rumah. Kulihat ada beberapa makanan, mungkin milik Alia.

"Mas kalo mau makan di bawah ad-"

"ga laper" ucapnya setelah memotong ucapan ku.

Ia masuk kedalam kamar, mengganti pakaiannya dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Aku yang dari tadi masih berdiri di belakang pintu yang tertutup hanya sibuk melihat gerak geriknya.

Aku memberanikan diri menghampirinya yang sudah memejamkan mata. Aku meraih pipinya dan ku elus lembut pipinya itu.

"Mas.." ia membuka matanya. Menatapku cukup tajam dan memilih untuk membalikkan posisi tidurnya jadi membelakangi aku.

Aku salah apa? Mas Adi kenapa? Atau dia lapar? Atau apa?

Sial. Aku bertindak salah. Aku tak tau sekarang harus apa. Sungguh.

"Mas.. Ayo kalo mau ke Korean Cafe.." ucapku mendekat. Aku memeluknya dari belakang. Berharap ia mau memaafkan ku.

Tak ada jawaban darinya. Ia justru makin larut dalam tidurnya. "Mas.. Mas laper?" tanya ku lagi dengan sedikit mengguncang tubuhnya.

Tak ada jawaban darinya. Aku memutuskan untuk membersihkan diri dan bergegaa tidur bersamanya.

Aku buat kesalahan apa sampai sampai Mas Adi jadi seperti ini? Dia kenapa sampai sangat marah padaku.

Entah. Mungkin aku bisa Overthinking malam ini. Susah tidur dan hanya memikirkan laki laki yang saat ini terlelap di sampingku.



Hayooo
Kenapa kira kira?

Perwira Pelautku {Extra Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang