"Bunda janji sesuatu sama Ayah.." ucap Mas Adi yang baru selesai Sholat isya dan membaringkan tubuhnya didekatku.
Harian ini kita cukup sibuk. Dari mulai jalan jalan pagi, Giat Jalasenastri dan sore tadi kami juga membersihkan Kolam Renang bersama dengan Arsya dan Arsyi yang belajar renang.
"j-janji?" aku mendelik kearahnya. Dan seketika aku teringat akan ucapan ku tadi pagi 'aku punya kamu'
"gausah pura pura lupa... Kita kasih Arsya dan Arsyi adik" dengan sekejap Mas Adi menarik tubuhku dan dipeluknya possessive.
"siap lari 300 meter lagi? Eh... Jangan deh ntar pingsan, kan sekarang gendut hahaha" ledek ku padanya. Yang memang saat ini perutnya bisa dibilang sedikit buncit karna sispax nya sudah hilang entah kemana.
Mas Adi menggigit telinga ku pelan. Aku berhenti Tertawa karna merasakan itu.
"yaudah mau apa Ayah?" tanya ku menantang.
Mas Adi beranjak dan membuka kaosnya "e-eh.. Alia belum tidur"
Mas Adi juga mengambil minyak kayu putih di nakas dan mencari koin di dompetku. Setelahnya dia menyerahkannya pada ku dan duduk membelakangi ku.
"kerokin buru"
Aku memutar bola mata ku. Ku pikir dia ingin 'itu'. Nyatanya 'Masuk Angin'
"kalo masuk angin itu bilang, jangan malah godain orang.. Kan orang mikirnya lain" protesku yang memulai aktifitas melukis punggungnya.
"ya biar romantis dikit emang napa sih.. Sewot bener"
"kangen romantisan sama aku, hm?"
"nggak"
Aku mencubit perutnya dengan cukup kuat dan merasakan tubuh Mas Adi menggeliat "ah! Iya kangen iya"
Balasan ku hanya tertawa melihat tingkahnya itu. Sejak kami punya anak memang kami jarang sekali romantisan berdua. Pasti kalo lagi berdua ya keempatnya anak.
"bunda lupa sesuatu ga sih?" tanya nya saat lukisan itu selesai sebentar lagi.
"apa? Gaada"
"besok bunda praktek?"
"iya.. Nanti bunda aja yang anter kakak sama abang kerumah mama kan bunda ga buru buru ke rumah sakit"
"yaudah.. Ayah naik motor berarti"
***
Seperti biasa, aktifitasku dipagi hari setelah sholat subuh adalah sibuk mengurus sikembar. Mereka sudah mulai terbiasa bangun sehabis subuh, ya sekitar jam 6 atau lebih.
Jam segini masih sangat dingin untuk Bayi seperti mereka. Jadi biar mama saja yang memandikan mereka, lagipun mereka dapat hadiah Bak Mandi dari Oom David.
"Bundaaaa baret Ayah mana" panggil Mas Adi menghampiri kami. Bayangkan, repotnya mengurus 3 orang seperti ini.
"itu disana.. Cari yang beber ayah" ucapku yang masih sibuk membenahi popok Arsya dan Arsyi.
"ga ada.." aku dengan sedikit kesal menghampiri Mas Adi dikamar.
"cari yang bener"
"ga ada bunda.. Ayah udah cari dimana mana gaada"
Tanpa kata kata aku mencarikan Baretnya dan langsung dapat. Dia sendiri yang menaruh Baretnya di laci nakas tapi dia sendiri yang lupa.
Aku memakaikan Baretnya dan menjewer telinganya. "besok besok cari yang teliti ya, ayah"
"i-iya bun.. Lepasin dulu sakit ini"
"iyi bin lipisin dili sikit ini"
Cup
"dahh Ayah brangkat" ucapnya setelah berhasil merebut bibirku tadi.
Aku kembali mengurus anak anak ku yang telah dipamiti ayahnya untuk berangkat ke kantor. Setelah Arsya dan Arsyi siap aku langsung menata mereka di mobil.
Jangan lupakan kursi belakang mobilku yang sudah ditambahi kursi kecil untuk Arsya dan Arsyi.
*****
Adi POV
"pagi pagi gini udah buka belum ya.." gumam ku saat melihat kartu nama toko antik yang kemarin diberikan penjual itu.
Aku memang berniat mengunjungi toko itu karna aku yakin disana akan menemukan barang yang unik tapi elegan untuk istriku.
Semenjak kita punya anak, memang kami jarang sekali punya waktu berdua. Karna pasti waktu kami berempat dan kami tak bisa merasakan rasanya saat awal pernikahan.
Tapi aku bersyukur, karna Ira dan anak anak ku yang membuatku seperti itu. Ira adalah sosok perempuan yang Sederhana, meski Ayah dan Kakaknya memiliki pangkat.
Tapi Ira membuatku belajar menjadi sederhana. Dia sosok yang teliti dalam setiap hal jadi layak bila dia disebut Wanita cerdik dalam hal apapun, bisa dipastikan orangtuanya jeli saat mendidiknya.
Aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiri ku. Pukul 07.45, seharusnya toko di kota besar sudah buka dan mulai merapikan tokonya.
"semoga buka deh.."
Aku melanjutkan perjalananku karna memang saat ini aku berhenti di pinggir jalan untuk melihat kartu nama itu. Aku lupa alamatnya.
Aku berhenti di persimpangan dekat toko antik itu. Disana sudah cukup ramai orang ternyata. Sesegera mungkin aku memarkirkan motor ku ditempat yang disediakan dan bergegas masuk kedalam toko itu.
"Pagi pak, mau cari apa?" sapa pegawai toko. Aku melepas masker ku dan kulihat itu adalah bapak yang kemarin.
"saya mau cari barang antik untuk anak dan istri saya.." sahut ku melemparkan senyum padanya.
"wah.. Bapak itu yang kemarin kan pak? Saya ingat bapak menggendong anak laki laki" ia menyalami ku dan aku menerima itu "mari pak saya antar ketempat aksesoris yang bagus untuk anak dan istri bapak"
Aku mengikuti bapak itu. Memang sangat unik barang barang disini. Banyak sekali barang antik yang tersedia disini bahkan aku menemukan Kompas pada jaman Belanda.
"nah etalase ini khusus untuk barang barang antik perempuan dan sebelahnya untuk anak anak" ucap bapak itu
'kalung jangkar' sekilas aku melihat kalung itu saat batin ku menyebutnya.
"pak, kalung ini hanya ada satu?" tanya ku sambil mengambil kalung itu.
"untuk kalung yang ukuran dewasa ada beberapa di belakang.."
"untuk anak anak pak.. Kalo bisa saya minta dua karna anak saya kembar"
"mungkin untuk anak anak lebih baik gelang pak... Takut iritasi kalo kalung"
"boleh.. Untuk anak laki laki saya yang bagus apa ya pak kayanya kalo gelang agak ga cocok"
"ada kalung yang memang di desain untuk laki laki.. Nanti bisa ditambah liontin bentuk jangkar saja"
"saya pesan itu pak.. Saya ingin bahannya bagus dan anggun ya pak" aku melirik jam tangan ku. Ini sudah hampir terlambat "kalo gitu saya pesen itu aja dan tambahan kalung untuk laki laki satu lagi.. Saya hampir terlambat jadi nanti sore saya ambil"
Adi POV Off
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Pelautku {Extra Part}
Fanfiction"Jika kalian memandang menjadi istri seorang prajurit adalah suatu kesenangan karna terjamin, kalian salah karna suka duka hidup bersama prajurit itu berat" "Perwira bukan hanya mencintai wanita tapi dia mencintai negaranya, dia rela berkorban nyaw...