8 bulan kandungan ku saat ini. Aku seperti orang tak memiliki energi untuk berjalan. Karna sungguh pinggang ku terasa sangat berat sekali membawa dua bayi dalam perutku.
Bulan lalu aku dan Mas Adi pindah di kamar bawah agar memudahkan ku untuk bergerak kesana kemari. Lagi pula kamar bawah juga cukup luas.
Ayah dan ibu juga sudah berada disini untuk menemaniku. Papa mama sesekali berkunjung melihat keadaan ku, mungkin setelah aku melahirkan nanti mama akan menginap disini.
Saat ini sahabat sahabat ku sedang berkunjung kerumah ku. Mereka bertiga juga sudah akan kejenjang serius untuk masa depan. Lain halnya dengan Dhea yang saat ini sudah mengandung 2 bulan kandungan, tapi Velda dan Della baru berencana lamaran dan pernikahan.
"prakiraan lahir kapan, Ra?" tanya Velda
"prakiraan dokter sih lahir akhir bulan ini.. Jadi itungan awal 9 bulan" sahut ku
"seriusan? Lah bentar lagi" sewot Della
"yaudah yaudah kenapa sih.. Kalian tuh harusnya seneng karna nanti anak anak Ira bakal mirip sama gue tau" sahut Dhea dengan gampangnya dan hanya di tanggapi dengan sinisan kedua sahabatku.
"lo siapa bisa bisanya anak gue mirip sama lo.. Yang ada si buaya cari bunda baru" ujarku
"siapa yang kamu bilang buaya?" dengan tiba tiba suami tercinta ku masuk kamar membawa nampan yang berisi makanan ringan dan minuman untuk ketiga sahabat ku.
"kamu.. Semalem aku liat tuh ada Kowal chatt chatt kamu nanyain keadaan aku"
"biasa fans" sahutnya "di minum ya dimakan juga.. Dek, mas mau cuci motor"
Aku mengangguk mengiyakan ucapan suami ku itu. Ya memang dia sedang libur hari ini jadi dia sibuk sendiri dirumah. Biarin daripada respon fans fans gajelasnya.
Setelah sahabat sahabat ku pulang, aku baru bisa istirahat siang dengan tenang. Karna bagaimana pun sekarang aku menjadi sering kelelahan dan mengantuk.
Tak lama aku beristirahat ada lagi yang datang. Tetangga sebelah rumah yang ingin melihat kandungan kembar hehehe. Sebut saja pengantin muda, karna mereka menikah saat usia sang istri 19 tahun dan sang suami 22 tahun. Eits bukan karna 'Hamidun', karna mereka syar'i tidak mau zina. Tampak sang istri pun mengenakan pakaian berhijab yang cukup besar.
Aku banyak mengobrol dengan tetangga sebelah rumah yang membantu menjaga rumah saat rumah ini tak di huni. Mereka paham betul dengan kejadian kejadian dirumah ini saat tak dihuni. Tak ada kejadian macam macam, hanya terkadang mereka masuk ke halaman belakang untuk sekedar berolahraga atau berenang.
***
"loh ma?" tanya ku saat keluar kamar dan melihat mama datang dengan menenteng tas cukup besar.
"mulai malam ini mama nginep disini" ucap Mama "firasat mama kamu lahir ga lama lama lagi"
"mama"
"dek duduk jangan kelamaan berdiri nanti pegel pinggang nya" omelan yang sebulan terakhir ini sering ku dengar dari mulut seorang Adhi Dhamarian
Memang sudah setahun belakangan ini, suami ku menjadi seseorang yang cukup posesif. Dari awal kehamilan ku hingga saat ini yang hanya tinggal menghitung kelahiran buah hati kami.
Aku juga tak menyangka dari awalnya kita hanya bertemu di kapal berlanjut berkenalan di Mabesal. Bahkan Mas Adi sudah kena omelan papa yang menurutku orang lain tak akan mau untuk bertahan.
Tapi Mas Adi adalah bukti nyata kalau laki laki yang tepat pasti bertahan disituasi apapun tang terjadi. Bersyukur pasti jika ternyata seseorang yang tak sengaja bertemu justru menjadi jodoh seumur hidup.
Malam hari aku sudah diam di tempat tidur sambil memainkan ponselku. Sudah sekian lama aku cuti dari pekerjaan ku, awal awal cuti masih banyak pasien yang sengaja kerumah ku hanya untuk meminta rujukan dokter atau rumah sakit.
"mas.." panggil ku saat melihat suami ku masuk kedalam kamar dan menutup pintu kamar.
"bisa ga panggil nya jangan mas mas lagi?! Ayah!" ucapnya sedikit bernada tinggi.
Aku tertegun menatapnya, mengapa? Apa yang membuatnya membentak ku?
"maaf bunda.. Fikiran ayah lagi ga tenang, ayah gatau apa yang buat ayah ga tenang intinya ayah khawatir sama bunda" ucap nya melembutkan nada bicara dan menghampiri ku menarik bangku rias dan duduk di samping ku sambil mengusap kepalaku.
"kenapa?" tanya ku
Mas Adi hanya menggeleng dan memilih melentangkan diri disamping ku.
"tidur ya.. Ayah cape besok kan harus ke kantor" ucapku mengelus kepala bayi besar itu.
*****
AUTHOR POV
Malam ini Adi tak bisa tidur. Ia resah memikirkan keadaan istri dan anak anaknya, entah mengapa matanya seperti tak memiliki kelopak mata untuk menutupi keduanya. Ia hanya ingin berjaga memerhatikan istrinya yang kini terlelap tidur, meski terkadang istrinya menghembuskan nafas mengeluh berat.
Dipandangi perut besar istrinya itu. Dia yang membuat istrinya seperti ini dan dia yang akan bertanggung jawab mendidik anak anaknya nanti. Dia yang akan di panggil ayah dan dia yang akan memanggil mereka dengan sebutan 'Nak'.
"kenapa ayah terus kepikiran kalian nak.. Ada apa, firasat apa yang akan kalian sampaikan untuk ayah" ucap Adi sembari mengelus lembut perut istrinya itu.
Hingga pukul 2.30 pagi Adi baru bisa memejamkan matanya di samping istrinya. Tetap tangannya tak turun dari perut besar istrinya itu.
Saat Ira membangunkan subuh, Adi seperti tak tidur. Karna matanya langsung terbuka tanpa ada bekas kemerahan orang bangun tidur. Benar hati nya memang tak benar benar tenang. Ia gelisah dan khawatir meninggalkan istrinya untuk dines hari ini.
"Bund.. Ayah hari ini ga dines ya.. Mau jagain Bunda sama anak anak" ucap Adi setelah mereka sholat subuh.
"ngga Ayah.. Bunda gapapa, lagian disini ada Ayah Ibu sama Mama yang jagain Bunda.. Ayah berangkat ya biar jadi panutan baby boy" ucap Ira meyakinkan suaminya itu.
"tapi Ay-"
"nanti telfon Bunda dijam longgarnya Ayah"
Adi mengangguk dan menuntun istrinya keluar kamar. Biasanya jam jam segini Ira jalan jalan di halaman rumahnya atau di lapangan belakang rumah. Biasanya Adi juga menemani hanya untuk melakukan hal itu.
Pukul 07.00 pagi, Adi memilih untuk pergi ke kantornya. Hari ini tampak acara jadi Adi memakai PDU ke kantor. Memang seharusnya jika ada acara, Ira sebagai Jalasenastri turut ikut dalam acara. Tapi karna kondisi Ira yang sedang hamil tua jadi mengharuskan Ira untuk tidak kemana mana.
"tunggu ayah pulang" ucap Adi setelah istrinya mencium punggung tangannya.
"iya ayah.." Ira membiarkan suaminya keluar dari kamar tanpa ia ikuti. Karna untuk gerak saja dia sudah sedikit sulit.
Tak berselang lama, suaminya kembali masuk dan langsung berlutut didepan dirinya.
"kenapa?" tanya nya
"aku khawatir sama kalian.. Aku gabisa tinggalin kalian aku gamau" ucap Adi dengan air mata yang mengalir.
"kan aku gapapa.. Disini rame, banyak orang aku juga tenang disini banyak yang jagain" ucap Ira
"tapi aku gada disini"
"kita cuma pisah beberapa kilo meter aja, ga pisah kota, pisah provinsi apalagi negara.. Udah udah tanggung jawab kamu lebih penting disana.. Berangkat"
"baik baik ya dirumah"
![](https://img.wattpad.com/cover/223239401-288-k257749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Pelautku {Extra Part}
Fanfic"Jika kalian memandang menjadi istri seorang prajurit adalah suatu kesenangan karna terjamin, kalian salah karna suka duka hidup bersama prajurit itu berat" "Perwira bukan hanya mencintai wanita tapi dia mencintai negaranya, dia rela berkorban nyaw...