E M P A T P U L U H S E M B I L A N

42.8K 2.5K 282
                                    

Setelah memilih melarikan diri dari ucapan teman-temannya, Samudra berjalan kearah rooftop guna menyegarkan pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memilih melarikan diri dari ucapan teman-temannya, Samudra berjalan kearah rooftop guna menyegarkan pikirannya. Tunggu tunggu! Memangnya dia punya pikiran?

Ia menatap pemandangan dihadapannya dengan bahagia, pencapaian ini belum sempurna ketika ia melihat orang tua dan tiga orang yang ia cintai tersenyum melihatnya.

Ah, dia jadi rindu Fana dan dua bocilnya.

Ting

Suara notifikasi ponselnya mengalihkan pandangannya dari depan, ia menatap bingung pada nomor yang mengiriminya pesan.

+62853xxxxxxxx
Sam? Gue pengen ketemu Lo, jl. Pratama sekarang.

Samudra menghela nafasnya kesal. Siapa lagi ini yang mengiriminya pesan, astaga sudah satu Minggu ini ia diteror pesan seperti ini.

Karena tak mau semakin penasaran, akhirnya Samudra pergi ke alamat yang sudah ada di pesan tersebut. Ia berjalan pelan-pelan kearah gerbang belakang. Gerbang yang biasanya ia gunakan untuk membolos. Sebenarnya sih ada lagi pintu rahasia untuk anak-anak bolos, tapi ia sedang malas lewat disana.

Setelah keluar dari gerbang tanpa ada yang mencurigai nya, ia menghentikan ojek yang kebetulan lewat didepannya.

"Pak ke jl. Pratama."ujarnya pada tukang ojek tersebut.

"Iya mas."

Sesampainya di tempat yang ia tuju, Samudra mengedarkan pandangannya kesegala arah guna mencari seseorang yang telah mengiriminya pesan.

Tiba-tiba ia merasakan pundaknya ditepuk dari arah belakang. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati seseorang yang sangat ia kenal dengan keadaan yang cukup kacau.

"Herma?"

Ya seseorang tersebut adalah Herma, musuhnya. Samudra menatap sosok didepannya nyalang. Mau apa lagi ia mencarinya?

"Jadi Lo yang selalu neror gue lewat pesan? Apa maksud Lo?"tanya Samudra.

Herma menatap Samudra sendu. "Maaf, maafin gue, bantu gue Sam."ujar Herma seraya memegang kedua bahu Samudra.

Samudra menepis kedua tangan Herma, "Bantuan apa? Pas ada masalah aja lari ke gue Lo. Inget Lo bukan sapa sapa gue, Anjing!"

Herma bersimpuh dihadapan Samudra, ia memegang kedua kaki Samudra sambil menangis. "Bantuin gue kali ini, gue mohon Sam."

Samudra berdecak malas. "Bantuin apa?"

Herma mendongakkan kepalanya seraya tersenyum sumringah kepada Samudra. "Beneran kan?"

"Hmm"

"Jadi-"

***

Fana melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia sedari tadi menunggu kepulangan Samudra. Seharusnya pukul 12 siang tadi Samudra sudah pulang kerumah, tapi sampai sekarang malah belum pulang.

SAMUDRA AGRIVADA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang