[PLAGIAT DIHARAP MUNDUR⚠]
FOLLOW SEBELUM MEMBACA!
#Berandal series 1
Samudra Arkana Agrivada
Seorang pentolan SMA Garuda yang sangat disegani di sekolahnya. Tapi ia memiliki rahasia besar dimasa mudanya. Ya, diusia mudanya ia harus menikah dengan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini Fana dan Samudra hanya bermalas-malasan di atas sofa sambil menonton tv. Tangan Samudra bergerak mendekati perut Fana dan mengelusnya. Fana yang tiba tiba merasakan ada yang mengelus perutnyapun kaget. Ia mendongak dan menatap Samudra.
"Kenapa?"tanya Samudra.
"Hah? Nggak kaget aja aku"ucap Fana lalu segera mengalihkan pandangannya kearah tv guna menutupi kegugupannya.
Samudra merebahkan kepalanya dipaha Fana dan menghadapkan wajahnya ke perut Fana. Ia membelai lembut perut Fana sambil sesekali mengecup perut yang didalamnya terdapat calon anaknya.
Fana yang diperlakukan seperti itupun merona. Ia sangat malu dan gugup jika Samudra tetap berada dipahanya.
"Maaf"
Fana menundukkan kepalanya. Ia menatap Samudra yang masih menatap perutnya secara intens dan disertai tatapan penyesalan.
"Kenapa minta maaf?"tanya Fana.
"Maaf dulu gue berbuat itu tanpa sadar. Mungkin bisa dibilang memperkosa lo? Gue ga jamin dulu gue ga kasar. Sekali lagi maaf" ucap Samudra lalu memeluk perut Fana dan mengecupnya.
"Aku dah maafin kamu kok Sam. Ya walaupun masih berbekas diingatanku. Tapi aku hanya minta satu permintaan sama kamu"
Samudra melepaskan pelukannya dan berbalik menatap Fana yabg juga menatapnya. "Apa?"tanya Samudra.
"Jangan pernah ninggalin kita berdua. Sekalipun aku yang memintanya"
***
Setelah mengucapkan permintaannya tadi. Hubungan Fana dan Samudra agak renggang. Mungkin Fana yang menganggap itu karena ia mengingat saat ia mengucapkan permintaan tersebut Samudra hanya diam lalu pergi ke kamar.
Diamnya Samudra membuat Fana menjadi gusar. Sungguh ia sangat menyesal mengucapkan kalimat itu. Fana memberanikan diri masuk ke dalam kamar. Ia mendapati Samudra yang duduk diatas ranjang sedang memainkan ponselnya. Fana yang menatap Samudra tiba tiba meneteskan air mata. Mungkin bawaan dari bayi dia menjadi lebih sensitif. Ia menganggap Samudra marah kepadanya padahal Samudra tudak menyadari keberadaan Fana.
Mendengar isak tangis, Samudra menolehkan pandangannya kearah pintu kamar yang sudah ada Fana dengan isak tangisnya. Samudra menghela nafas lalu berdiri menghampiri Fana. Ia menangkup wajah Fana dengan tatapan lembut.
"Kenapa nangis?"tanya Samudra. Fana masih enggan membuka suara. Malah tangisannya menjadi keras. Samudra langsung memeluk Fana dan mengelus rambutnya sayang.
"Kenapa hem?"
"Hiks.. Kamu marah sama a-aku kan?"tanya Fana.
"Marah kenapa?" Tangisan Fana mulai reda. Ia mendongakkan kepalanya menatap Samudra.
"Gara gara permintaanku tadi. Trus kamu langsung pergi"lirih Fana.
Samudra mengelus pipi Fana yabg terlihat kemerahan karena tangisannya tadi. Ia mengecup dahi Fana dan kembali menatap Fana.
"Gue ga marah. Cuman gue ga tau mau ngomong apa. Karna gue ga bisa janji, kita ga tau sekarang atau besok kita udah ga ada di bumi" ucap lembut Samudra sambil menatap Fana.
"Huaaa" Fana kembali menangis setalah mendengar ucapa Samudra.
"Kok nangis?"
"Ka-kamu kok ngomongnya kaya gitu? Jangan tinggalin aku"
"Kan kita ga tau Fana. Tapi gue akan usaha buat selalu ada buat kalian"
Pipi Fana bersemu merah. Boleh baper nggak sih sama suami sendiri? Italah yang ada di benak Fana.
"Kenapa pipinya jadi tambah merah gitu?" tanya Samudra menggoda Fana dan sesekali mencubit gemas pipi Fana.
"Ish jangan dicubit! Sakit tau"
"Uluh uluh sini gue cium"
Samudra sengaja memonyong monyongkan bibirnya.
"Apasih kamu ni"
Fana langsung menelusupkan wajahnya di dada Samudra. Ia sungguh sangat malu ketahuan oleh Samudra.
"Ciee blushing" goda Samudra.
"Kamu sekarang kok suka jail banget sih!"
"Yang penting lo suka kan? Kalo ga suka gabakal meluk meluk gue erat banget gitu"
"Tau ah Fana bete" Fana melepaskan pelukannya dan tidur meninggalkan Samudra yang menatapnya gemas.
Samudra menggelangkan kepalanya dan tersenyum geli. Ia bersyukur mendapatkan istri seperti Fana. Samudra menyusul Fana. Ia mengecup perut Fana dan tidur mengikuti Fana yang sudah masuk kealam mimpi.
Fana terus menggerutu kepada Samudra yang sedari tadi belum keluar dari kamar. Ntah apa yang sedang pria itu lakukan. Menyebalkan.
Tak lama Samudra keluar dari kamar dengan gayanya yang seperti biasa. Urakan sekali.
"Itu kenapa bajunya kaya gitu? Udah bagus gitu penampilannya? Enggak sama sekali!"kesal Fana saat melihat Samudra.
"Bawel. Udah ayok berangkat" ucap Samudra lalu menarik tangan Fana menuju basement apartmen.
"Awas kalo dihukum. Aku ga tanggung jawab."
"Sapa juga yang mau minta tanggung jawab. Gue nggak hamil Fana, inget itu. Malahan gue yang harus tanggung jawab. Eh kan gue udah tanggung jawab lama ya, bikinnya juga pas udah nikah"ucap Samudra santai.
"Mesum ih! Ngawur kalo ngomong."
Fana berjalan mendahului Samudra kearah mobil dan masuk dengan menutup pintu keras.
'Duh mobil gue. Nih mulut juga ga punya rem!'
Sampai disekolahan, Fana keluar dari mobil tanpa berpamitan kepada Samudra. Samudra menghela nafasnya pasrah.
'Marah lagi marah lagi. Bego banget sih lo Sam!'
***
Olàà
Gimana nih part ini?
Maaf ya lama upnya soalnya Amm lagi banyak tugas😫
Komen tentang part ini sebanyak banyaknya ya;)
Jangan lupa komen next dan vote sebanyak banyaknya ya.
Ga bakal lama lagi deh upnya suerr;) yang penting comen next sampai 200 ya wkwk😂
Love guyss and then thanks for always comen dan vote♡♡