Brian dan Rangga berjalan berdampingan keluar rumah sakit. Setelah melihat bayi Samudra dan Fana, mereka berencana pulang. Saat berada di lorong rumah sakit, atensi Brian mengarah ke seseorang yang berbaring di bankar dengan didorong perawat. Ia mengernyit, ia seperti mengenali seseorang tersebut. Brian menepuk pundak Rangga dengan keras. "Apaan sih Lo!"sentak Rangga.
"Rang, liat deh itu Samudra bukan?"tanya Brian dengan menunjuk kearah samping depan.
"Mana elah"
"Itu dodol, disana tuh, yang diatas bankar."tunjuk nya.
"Eh iya! Yallah dia kenapa? Ayo kita samperin."
Mereka berdua lari kearah Samudra, "Sus, temen saya kenapa?"tanya Brian.
"Iya sus jawab"
Perawat tadi mengabaikan pertanyaan dari dua pemuda yang mengaku sebagai temannya. Perawat tersebut berjalan cepat menuju UGD. Brian dan Rangga tetap mengikuti perawat tersebut dengan panik, karena melihat keadaan Samudra yang terluka parah.
"Samudra kok bisa gini sih Bri?"
"Mana gua tau bego! Ah Lo bikin gue kesel anjir."
"Apa salah gue? Gue tanya bagus-bagus juga."
"Bodo Rang, Bodo!"
Sesampainya di UGD, Brian dan Rangga tetap menunggu Dokter yang menangani Samudra keluar. Mereka gelisah, ada apa sebenarnya dengan Samudra?
"Jangan kasih tau keluarga Bos dulu Rang."
"Iya Bri, tapi gue masih nggak nyangka. Dihari kelahiran anaknya kenapa dia bisa kaya gitu? Apa ada dalang dibalik ini semua?"
"Gue gatau Rang, ntar kita coba ngasih tau anak-anak buat ngedalami kasus ini."ujar Brian dan diangguki Rangga.
Tak lama, Dokter dan perawat keluar dari UGD. "Dok, gimana teman saya?"tanya Rangga.
"Kalian temannya? Begini luka yang ada ditubuh teman kalian parah. Banyak luka dalam yang akan sembuh lama, saat ini keadaannya sudah baik-baik saja. Tapi kami harapkan jangan ada dulu yang menjenguknya. Kami sarankan segera hubungi keluarga korban."
"Jadi dia nggak koma atau kritis kan Dok?"tanya Rangga.
"Tidak, dia hanya perlu istirahat hingga kesadarannya pulih. Kalau begitu kami pergi dulu, mari."
"Iya Dok."ujar mereka berdua.
Brian dan Rangga berucap syukur, walaupun Samudra masih belum sadar. Seenggaknya mereka berharap Samudra tidak mengalami koma. "Bri, telpon aja keluarganya Samudra."suruh Rangga.
"Iya iya sabar ngapa"
"Yamaap"
Brian menelpon keluarga Samudra, sementara Rangga mengikuti kemana bankar yang ditempati Samudra itu pergi. Rangga tak memperdulikan Brian yang nantinya akan mencari dirinya.
Setelah selesai menelpon keluarga Samudra, Brian celingukan mencari Rangga. "Kemana anak sialan itu? Huh, gue ditinggal bangsul!"
Brian kemudian berlari menuju ruang rawat Samudra. Dia bingung, ia tak tau dimana ruangan Samudra berada. "Ah! Dasar Ranggablek emang!"
Ia berlari menuju resepsionis guna menanyakan keberadaan ruangan Samudra. Setelah mendapatkannya, Brian berjalan dengan sesekali mengumpat karena kelakuan Rangga, yang sayangnya adalah temannya. Wait, sahabatnya.
Brian melihat Rangga yang duduk santai didepan ruang inap Samudra sambil memainkan ponselnya. "Heh anak ular! Ngapain Lo ninggalin gue?"sentak Brian tiba-tiba yang membuat Rangga kaget sehingga menjatuhkan ponsel kesayangannya.
"Astaghfirullah, hamba sabar ngadepin jelmaan maknya ular Yallah."ujar Rangga seraya mengelus dadanya.
"Apalo bilang? Enak aja, udah ninggalin gue di ruang UGD! Sampe-sampe gue nanyain resepsionis tadi ular!"
"Ya makanya nelpon itu sambil liat depan, ada orang jalan kok nggak liat. Ular Lo!"ujar Rangga.
"Lo yang ular bangsul!"
"Ular Lo!"
"Woy! Sama samanya ular nggak usah ngegas. Lo berdua emang nggak punya malu ya! Udah debat didepan ruang inap, dah diliatin kita dari tadi. Pas pembagian malu Lo berdua nggak dateng ya? Pantes sih."ujar Abay tiba-tiba.
"ANJAY MAK ULAR!!"ujar kaget Brian dan Rangga bebarengan.
"Kalian ini emang ya dari dulu. Kita aja panik dengar Samudra kecelakaan, kalian disini malah enak enak an debatin ular."ujar Bundanya Samudra kesal melihat perdebatan mereka berdua.
"Nggak Bund, Si Ranggablek ninggalin Bibri Bund." ujar Brian memelas.
"Apa? Bibri? Gasalah? Kok gue ngakak."ujar Abay tertawa mendengar panggilan yang cukup aneh.
"Udah ah. Ini gimana keadaanya Samudra? Dia nggak papa kan?"tanya Ayah Samudra.
"Nggak papa Om kata Dokternya. Cuma nungguin dia siuman."
"Tapi, kenapa Samudra bisa kecelakaan?"
"Nah itu yang kita pikirin Om, menurut Rangga sama Brian sih kayanya ada yang ngerencanain buat nyelakain Samudra Om."
"Samudra banyak musuh?"tanya Bunda Samudra.
"Bukan banyak lagi Bund, dah seabrek keknya musuh Samudra."
"Yallah, kalian kenapa banyak musuh? Musuhan nggak baik."
"Hehe biasa bund, anak muda."ujar Brian cengengesan.
"Oh iya bund, Fana udah siuman?"tanya Rangga.
"Belom. Kata Dokter kemungkin nanti malam apanggak besok."
"Oh iya bund."
"Kita belom boleh masuk ya Rang?"tanya Abay.
"Belom bisa bang, ntar kalo dia udah siuman baru boleh masuk."
"Huh, tapi syukurlah Bunda nggak deg degan."
Mereka semua menunggu Samudra siuman. Tak lama, perawat kaluar dan mengatakan jika Samudra sudah siuman. Mereka tidak langsung masuk semua. Ayah, Bunda serta Brian dan Rangga yang masuk terlebih dahulu.
"Anak Bundaa"ujar Bunda langsung memeluk Samudra.
"Kamu nggak papa kan nak? Bunda khawatir kamu kenapa-napa."
"Samudra nggak papa bund."
"Woy Sam, makanya kalo bawa mobil jangan kaya ular! Ntar mirip Brian."ujar Rangga seraya melirik sinis Brian.
Samudra menatap tajam Rangga. Ia baru bangun dari siuman malah diberi ceramahan nggak bermutu seperti itu. "Kalian dari tadi bahas ular mulu! Mau Bunda kutuk jadi ular beneran?!"
"Ampun bundddd"
***
Haloooo!
Gimana nih kabarnya? Staysafe ya;) maapin kalo updatenya lama, sama gantungin kalian😂 Ada yang terhibur sama duo ular? Brian sama Rangga ya😂
Part ini membuat lega? Amm gabisa liat sad terus menerus. Sakitnya dihati")
Oh ya asal kota kalian mana sih? Jawab ya!
Amm gabisa lagi gantung gantungin kalian, soalnya serasa digantungin beneran ni wkwk.
Vote+komen tentang part ini ya🤍
See u guys!
TIM GERCEPNYA MANA NIH??
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA AGRIVADA [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DIHARAP MUNDUR⚠] FOLLOW SEBELUM MEMBACA! #Berandal series 1 Samudra Arkana Agrivada Seorang pentolan SMA Garuda yang sangat disegani di sekolahnya. Tapi ia memiliki rahasia besar dimasa mudanya. Ya, diusia mudanya ia harus menikah dengan...