E X T R A P A R T

69.7K 2.9K 225
                                    

Three years letter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Three years letter

"Ayah! angun!"teriak anak perempuan berumur 3 tahun itu diatas dada ayahnya.

"Kalo ayah ndak angun! Na cubit ni! Ayahh!!"teriak kesal anak tersebut. Gadis kecil tersebut adalah Ana, anak Samudra yang tumbuh cantik menjadi gadis kecil yang manis.

"Eughh"

Yang sedari tadi dibangun kan akhirnya membuka matanya. Ia menatap anaknya yang ada di atas dadanya seraya menatap sebal ayahnya. Dia Samudra, lelaki dingin yang mencampakkan istrinya. Tapi itu dulu.

Samudra menatap anaknya tersenyum. Ia menaikkan alisnya seraya menggoda anaknya. "Apa hmm?"tanya Samudra.

"Yayah, kalo ndak bisa di angunin, ntal Na panggil Bang No buat jewel telinga ayah!"ujarnya menggebu-gebu.

Samudra terkekeh, oh dia merasa takut jika yang membangunkannya anaknya yang satunya lagi. "Ayah nggak takut ya."goda Samudra.

"Ih! Ayahhh!"

Samudra tertawa. Ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar pada kepala ranjang. "Bunda kemana?"tanya Samudra.

"Nggak tau!"ujar Ana lalu turun dari pangkuan ayahnya dan pergi meninggalkan Samudra yang menatapnya gemas.

"Astaga anak itu. Kek siapa ya!"ujarnya tak tau diri. Seperti siapa lagi jika bukan seperti dirinya. Makin tua makin bodoh ternyata.

Samudra lalu turun dari ranjang dan mandi. Ia sudah tak sabar menemui istri cantiknya itu. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Samudra melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah.

Netranya tertuju pada seorang wanita yang sedang asyik memasak tanpa tau kehadirannya. Samudra langsung memeluk Fana dari belakang dan memberikannnya kecupan di lehernya.

"Kenapa nggak bangunin?"tanya Samudra.

Fana berdecak sebal. "Kan udah dibangunin Ana."

"Ya tapikan beda aja, kalo sama kamu di cium-cium dulu. Kalo sama Ana main di timpuk dada aku sama badannya. Berat tau."adu Samudra atas kelakuan anaknya jika membangunkannya.

"Halah digituin sama anak aja berat."

"Berat pokoknya!" Samudra terus menduselkan kepalanya pada leher Fana. Tapi, tangan kecil menarik-narik celana pendeknya. Samudra menundukkan kepalanya dan melihat siapa yang menarik celananya tersebut.

"Kenapa?"tanya Samudra kepada anak tersebut. Ternyata dia Ano, anak lelaki itu mencebikkan bibirnya kesal.

"Ayah, angan peluk-peluk bunda! Bunda punya No aja!"ujarnya keras kepada ayahnya.

Samudra lalu melepaskan tangannya pada pinggang Fana dan mensejajarkan tingginya pada anaknya tersebut. "Loh, kan bunda punya Ayah. Bukan punya Ano."

SAMUDRA AGRIVADA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang